Ratu Dapur


 Dingin masih erat memelukku. Sadar jika hari ini, jadwalku jadi ratu di dapur. Kubuka mukenah batik biru toska yang masih membungkus tubuh. Lalu kusingkap semua korden, serta kubuka  jendela rumah. Sejauh mata memandang terhampar langit tertutup awan tipis putih abu-abu.

Aku segera ke dapur. Pikiranku  berjalan penuh dengan planing sehari  menjadi ratu. Diawali dengan menyusun menu sarapan. Masak apa hari ini ya? Kubuka kulkas. Wow ...nyaris mlompong. Di antara  beberapa boks yang berisi, kutemukan 5 potong tahu putih, 1 bongkol paksay, kecambah, cabe rawit dan tomat_kukeluarkan.

Ide spontan, untuk sarapanku yang hanya  berdua saja dengan mantan, bahan-bahan yang ada akan kubuat perkedel tahu, cah paksay, kecambah telur puyuh. Menu tambahan menyusul menunggu tukang sayur lewat.

Pertama kucuci bahan-bahan yang akan kumasak. Untuk perkedel tahu cincang  halus 2 siung bawang putih, 3 siung bawang merah, cabe rawit sesuai selera. Masukkan semua pada tahu yang sudah dihaluskan, Tambahkan 1/2 sendok teh garam, 1/2 teh lada, 1 butir telur dan 2 sendok makan tepung bumbu. Aduh rata lalu goreng sesendok -sesendok. Jangan lupa tes rasa.

Sambil menggoreng aku menyiapkan bahan-bahan untuk cah. Paksay dipotong-potong, bawang putih, bawang merah, cabe rawit, tomat juga diiris-iris. Semua bahan sudah fiks tinggal cempang cemplung. Tentu menunggu setelah menggoreng perkedel tahu. Acara goreng mengoreng selesai kulanjut membuat cah.

Maksud hati memeluk gunung apa daya semeru erupsi, saat prosesi cemplung mencemplung terakhir kali, box kecambah tak teraih sempurna. Alamak kecambah pun tumpah, semburat kemana-mana memenuhi area dapurku yang luasnya memang tak seberapa.

Insiden kecambah tumpah rupanya sebagai isyarat belaka, saat kujongkok   memunguti kecambah di lantai, pada kolong tempat cuci piring aku menemukan mangkuk rice cooker yang belum dicuci. Artinya?

Bondowoso,5.12.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan menulis
#Day28

Wajah di Balik Masker

Tampang mas Joko. Si mantan cover boy era 80 an itu berseliweran di pelupuk mataku. Aku dan mas Joko sahabatan sejak kuliyah. Semenjak lulus kuliah, kami  tak pernah jumpa. Berkat kecanggihan teknologi, akhirnya kami dipersatukan kembali dalam wag alumni teman kuliah. Di grup itu Mas Jokolah yang paling getol menyemangati teman -teman untuk menjaga silaturahmi, berbagi tulisan pencerahan, di samping juga banyolan-banyolan positif tanpa provokatif serta antipornografi.

Seperti hari ini, lewat tulisan yang kubintangi aku membacanya lagi. Mbak Ana _istrinya saat lebaran kurang 3 hari merajuk mengajak ke mall minta dibelikan piranti lebaran. Tak ingin ada pertengkaran, walau setengah hati Mas Joko menuruti kemauan istri. Usai berbuka bukannya persiapan taraweh tapi langsung meluncur ke mall. Sampai di pintu masuk, satpam melarang Mas Joko masuk karena ia pakai masker scuba, katanya tak layak. Mas Joko balik arah mengambil masker standar di mobilnya, berpesan pada mbak Ana untuk menunggu di dekat pintu masuk.

Setelah ganti masker Mas Joko diizinkan masuk. Sampai di pintu masuk Ia kaget luar biasa. Pengunjung mall yang dilihatnya sangat banyak_membludag. Khawatir akan terjadi gelombang Covid ke-2 Mas Joko spontan menarik lengan sang Istri, mengajaknya keluar, mambatalkan niat shopingnya. Mbak Ana meronta, hendak melepaskan tangan Mas Joko. Rupanya cengkaraman tangan Mas Joko Lebih kuat. Mas Joko tak mempedulikan omelan, dan rontaan mbak Ana.Bahkan omelan Mas Joko bersaing. Sampai di parkiran Mas Joko membukakan pintu dan mendorong mbak Ana hingga terduduk. Mbak Ana kian marah dan kesal, saat itu ia ada kesempatan membuka maskernya sambil teriak" Hei bung lihat- lihat dong jangan main kasar ", bentaknya. Seketika wajah Mas Joko merah padam. Ia baru sadar yang ditariknya ternyata  bukan mbak Ana _istrinya.

Bumi Megalitikum, 1 Desember 2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis 30 hari tanpa
 jeda
 #day 24