Literasiku dan Rindu di Sepotong Donat

Author
Published Juli 12, 2020
Literasiku dan Rindu di Sepotong Donat
"Ma pingin donat buatan mama", begitu rajuk anak no.2, "iya ma, kangen cemilan buatan mama", timpal anak bungsu.


Sore, tiga hari lalu anak saya, M.Ghafar Asidiqqi, nama panggilannya Eqik, merajuk minta dibuatkan kue donat. Rajukan Eqi dikuatkan adiknya Hania Marirza Rahma, panggilannya Hania. Tak seperti biasanya mereka merajuk minta dibuatkan cemilan. Biasanya mereka hanya minta uang beli bahan buat cemilan, jika stok bahan yang dicarinya tak ada di rak lemari dapur. Lima bulan berada di rumah jika pingin ngemil biasanya mereka berkreasi sendri, bermodalkan tutorial youtube.

"Mas Eqik kan sudah bisa buat sendri!", begitu saya membalas rajukannya. Dia tetap merajuk rindu cemilan buatan mama sergahnya. Saya jadi mengingat ingat kapan ya saya terakhir kali membuatkan cemilan buat mereka? Saya cari di lima bulan terakhir ini. Tidak ada jejak rekam saya membuatkan apa. Kue-kue lebaran di bulan Mei  juga tidak ada catatan saya membuatnya. Suguhan kue lebaran  saya beli, atau bingkisan dari saudara dan tetangga.

Menu  khas lebaran keluarga juga tidak kesampaian dibuat (Rawon bebek). Biasanya jika dalam formasi keluarga lengkap menu  lebaran akan memenuhi meja makan. Berbagai hidangan seperti bakso, sambal goreng kentang, opor ayam, rawon bebek, lontong kikil, nuget ayam dan semur daging  tak ketinggalan juga krupuk dan sambalnya. Menu masakan itu disiapkan rata rata hasil olahan tangan saya. Bahagia bagi saya ketika bisa menyajikan masakan buatan sendiri dan menikmatinya  bersama keluarga.

Menu meja makan di lebaran bersama pandemi covid 19 minimalis sekali, hanya ada opor ayam, lontong , bakso dan krupuk. Ketidaklengkapan formasi keluarga (si sulung ) tidak bisa pulang di luar kota menjadi lantaran kurang bersemangatnya sisi ibu untuk menyediakan menu makanan berbagai rupa. Bagaimana akan menikmati nikamat yang sempurna jika salah satu buah hatinya tidak ikut menikmatinya? Begitulah kata hati seorang ibu untuk semua anak-anaknya.

"Kangen donat buatan mama"
Frasa ini memiliki kekuatan magig   mendorong saya buru- buru menutup laptop. Usai posting tulisan di grup wag rumah virus litersi. Walau sebetulnya saya masih ingin menulis  lagi merampungkan tugas resume sebagai pembelajaran diri dalam berlitersi. Usai itu rencana melanjutkan pekerjaan kantor. Namun semua saya tangguhkan, akan dilanjut nanti  saja setelah  usai memenuhi kerinduan anak -anak  pada donat bikinan saya.

 Kata bismillah mengawali saat saya hendak mencampurkan bahan- bahan untuk membuat donat. Bahan bahan seperti umumnya, terigu, telur, mentega, pengembang, gula, susu bubuk, ubi talas bentul ( dikukus dan dihaluskan) pengganti kentang dan bersifat optional. Saya menggunakan ubi talas sebagai kreasi saja, memanfaatkan bahan tersedia di pekarangan rumah, juga mengenalkan  bahan makan alami pada anak anak. 

Singkat cerita "momen of wow"  proses mengolah donat ,tak perlu saya tuliskan di sini. Tutorial di youtube banyak sekali. Saya juga membuat donat kali ini hanya menggunakan insting tidak menggunakan takaran pasti. 

Alhamdulillah, mungkin karena memasaknya dari hati dan niat membahagiakan kedua buah hati, donat bikinan saya kemarin sukses, tampilannya menggoda. Berhasil mendapatkan 4 acungan jempol dari yang merindunya, serta tambahan 2 jempol dari suami. Benar rasanya enak sekali, tidak kalah enak dengan dunkin dunot, kata mereka.

Bahagia  terpancar diwajahnya ketika menikmati setiap gigitan pada donatnya. Sebagai mama saya juga bahagia, sukses memenuhi harapannya. Berhasil membuat donat disela kesibukan dan menahan kerinduan pada salah satu buah hati merupakan sebuah perjuangan. Momen of wow  luar biasa yang juga harus dikisahkan lewat tulisan. Agar kelak mereka tahu bahwa pada sepotong donat ada kerinduan yang tak tertahankan.

15 komentar

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021