Perjalanan

Author
Published September 01, 2021
Perjalanan





Sebelum tidur semalam, sudah kurancang dengan matang tentang giatku hari ini. Agenda utama mengunjungi 2 sekolah_monitoring pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas. Sekolah berlokasi di Dusun Karang Paras  jadi sasaran pertama lanjut sekolah berlokasi di Dusun Tegal Pasir sasaran berikutnya.

 Bukan tanpa sebab kupilih alur begitu. Pengalaman 4 bulan lalu saat uji coba  PTM terbatas khusus jenjang kelas akhir. Berkat panduan salah seorang guru _untuk pertama kalinya setelah 3 tahun membina madrasah itu, aku baru tahu yang  sebenarnya. Jarak sekolah pertama menuju sekolah kedua  dimaksud sangatlah dekat bila ditempuh melewati jalan pintas (masuk gang perkampungan). Hanya tak lebih dari 3 km Lebih hemat waktu dan tenaga  dibandingkan melewati rute  biasanya.

Dengan perasaan bahagia dan berbunga -bunga pagi ini aku berangkat. Tentu saja bersama scoopy putih jadul yang setia menemani, menyusuri  aneka medan musim kemarau. Dari medan mulus, bergelombang, berlubang , berbebatuan, berkerikil sampai berdebu. Kompleksitas jalanan  mewarnai  perjalanan pagiku. 

Kira-kira 15 menit sudah berlalu, 2 km lagi akan sampai. Seperti tabir tersingkap di alam pikiranku. "Ya Allah begitu mudahnya aku lupa". Tanpa sadar aku keluar dari planing. Mengalir begitu saja. Sekolah di dusun Karang Paras tujuan  pertamaku,  realitanya di Dusun Tegal Pasir diri ini kubawa.
 
Alhamdulillah, walau  tak ada chemistry antara hati dan perbuatanku  Allah melindungi perjalananku, hingga aku sampai di sekolah itu dengan selamat. 

Kuparkirkan sepada persis di depan ruang guru. Suasana pelataran sepi. Sejurus mataku tertumpu pada onggokan sampah di depan pojok kelas. Kulihat pula ruang guru yang kosong, hanya ada sebuah tas dan buku di atas meja itu. Ada 3 ruang  kelas sederet dengan ruang guru.  Semuanya dalam kondisi tertutup. 

Kutuju ruang kelas di sebalah ruang guru. Samar-samar kudengar suara anak-anak. Kuketuk pintunya. Pada lubang  gagang pintu yang rusak aku melihat dengan jelas seorang guru perempuan sedang "nglesot" bersama murid-muridnya di atas karpet lusuh. Tak kurang dari sepuluh siswa saat kuhitung cepat_di ruangan itu.

Pandangan sekilasku juga  menangkap salah satu siswa memberi tahu sang guru yang tak menyadari akan kehadiranku_ sambil menunjuk ke arahku. Spontan siswa lain  berteriak girang sambil menayakan "Bu vaksinan?" Sang guru memberi isyarat agar siswa diam dan melanjutkan belajar. 

Guru itu menghampiri dan membawaku pada kepala sekolah yang saat itu juga masih mengajar di ruang sebelahnya. Aku mengekor saja saat kepala sekolah mengajakku.Usai melihat- lihat pelaksanaan KBM lalu aku disilakan ke ruang guru. Di situ, kepala sekolah dengan ditemani seorang guru_kami bertiga serius dalam perbincangan.

Aku sengaja lebih banyak mendengar apa yang  dicurhatkan mereka. Terutama dari sang kepala sekolah. Sebagai kepala baru kubiarkan dia mengungkap banyak hal terkait  dengan tugas yang baru diembannya. 
Tak terasa waktu 1,5 jam sudah berlalu. 

Waktu segitu memang sangat kurang untuk membahas segala persoalan yang dihadapi sekolah. Mengingat masih suasana perpanjangan "PPKM", sementara  kubatasi dulu perbincanganku di sekolah itu. 

Aku pun  melanjutkan perjalanan sesuai agenda, dengan perubahan skenario-Nya.
Rasa percaya diri yang tinggi, dan dengan alur terbalik kubawa ingatanku melacak jalan yang penah dilewati 4 bulan lalu. 

"Bu mohon bimbingannya "saya berangkat dari nol". 
Kalimat itu mengiang di sepanjang perjalanku. Masalah klasik di sekolah swasta_ pergantian kepala sekolah semaunya yayasan, regulasi yang ada kerap diabaikan. Penjabat kepala sekolah swasta syarat utamanya "tawaddu dan sendiko dawuh" pada yayasan. 

Kompetensi dan kabilitas seorang kepala tak jadi perhitungan. Adalah sebuah kelaziman jika setiap pergantian  kepala akan menyisakan "dosa warisan' kepada penerusnya.

Seperti tape recorder, entah sudah kali keberapa setiap pembinaan dan memotivasi kepala sekolah aku selalu  menggunakan kalimat" tugas dan pekerjaan kepala yang banyak ini jangan dipikirkan ! Anda akan pusing sendiri nantinya. Yang bisa dikerjakan ayo kerjakan. Kerjakan sesuai kemampuan dan kondisi sekolah. Jangan kerjakan sendiri. Kepala sekolah harus membangun kemitraan dengan para guru dan tenaga kependidikan. Bagi habis itu pekerjaan. Jangan gunakan menejemen tukang bakso!" 

Sang kepala sekolah itu tersenyum dan manggut -manggut. Sementara aku terpana, saat keluar dari mulut gang pada  pertigaan itu. Mataku nanar menangkap sebuah gedung di ujung kanan jalan  bertuliskan  "Puskesmas Jambesari Darus Sholah" 

Astaghfirullah. Lagi-lagi aku salah jalan. Maksud hati menembus jalan pintas yang hanya bisa ditempuh sekitaran 5 menit sampai. Siapa sangka hari ini aku dapat bonus waktu, bonus keringat gegara aku salah memilih gang. Endingnya aku semakin menjauh dari tujuan. Inikah teguran? Aku hanya berencana, tapi keputusan di tangan-Nya. 

Ya Allah ya Rabb ...ampuni dosaku, hamba sadar aku hanyalah hamba, bodoh, lalai, tak berdaya tanpa pertolongan-Mu, sungguh tak pantas kesombongan bersemayam di dada.


Bondowoso, 1 Sep 2021
Husnul Hafifah


Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021