Berkarya Ketika Senja Merona

Berkarya Ketika Senja Merona

Oleh Husnul Hafifah 

 Judul Buku : Merona Senja ( Kumpulan Cerpen 
Penulis : Sri Ariefiarti Wijaya, S.Pd Editor : Nelfi Harmi Penerbit : CV Pustaka Media Guru 
Edisi : Cetakan Pertama, Juli 2020 Tebal : Vii + 112
Ukuran Kertas : 14,8 x 21 cm 
ISBN : 9786232722064 
Peresensi : Husnul Hafifah 

 Buku bercover didominasi warna merah kecoklatan ini, terlihat begitu serasi dan ekspresif mengambarkan tulisannya, “ Merona Senja”. Suatu gambaran tentang suasana sore menjelang petang yang ditandai dengan rona warna kemerahan di batas cakrawala. 

Buku "Merona Senja" ( kumpulan cerpen) ini , karya Sri Afiefiarti Wijaya, S.Pd. Seperti yang tertera pada profil, penulis merupakan seorang guru bahasa Indonesia, di salah satu lembaga pendidikan pada lingkungan Kemenag Kab. Bondowoso, tepatnya di MTsN 2. 

 Penulis dalam kata pengantarnya menjelaskan jika obsesi untuk menulis buku sudah ada sejak lama. Namun nyalinya baru terbakar ketika Bu Wiji _begitu nama panggilan dari para muridnya, mencoba mengikutsertakan salah satu cerpen yang biasanya ditulis hanya untuk dibaca kalangan sendiri (suami dan kedua putrinya, yang juga guru bahasa Indonesia) menjadi juara l pada ajang lomba cerpen antarguru di tingkat kabupaten. Semenjak itulah ia mulai mengumpulkan cerpen-cerpennya untuk dibukukan.

 Bagi si penulis terbitnya buku “Merona Senja” ini sekaligus juga sebagai jawaban atas kegelisahannya dalam bersastra, yang pada akhirnya sebuah karya sastra lahir saat usia penulisnya mulai merangkak senja Pun  begitu  masih tetap terpikir untuk bisa memberikan sesuatu yang bermakna, setidaknya bagi keluarga tercinta juga para peserta didiknya. 
Semangat bersastra yang ditandai dengan terbitnya kumpulan cerpen ini, seperti yang disampaikan  pada kata pengantar, dijadikan sebagai pelunas hutang pada para peserta didiknya mengingat sebelumnya _puluhan tahun ia berbagi dedikasi hanya sekadar memacu anak didiknya untuk gemar menulis_bukti fisik “ teladan” menulis belumlah ada. 

 Membaca Buku Kumpulan Cerpen Merona Senja, yang terlahir dari pena seorang wanita, pembaca seakan diajak untuk menyelami suara hati, konflik batin dan suka duka dari berbagai peristiwa yang dialami kaum wanita. Sepuluh cerpen dalam buku ini, sembilan di antaranya mengisahkah tentang wanita dengan segala kadar permasalahan yang berbeda-beda. Tema cerita diusung dari realitas sehari-hari asal lingkungan penulis baik itu di lingkungan sekolah saat ia menjalankan profesinya, di lingkungan rumah saat ia menjalankan perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya serta sebagai kaum wanita pada umumnya ketika hidup bermasyarakat. 

 Kepekaan penulis dalam mengungkap hal sederhana dan faktual hingga menjadi jalinan peristiwa serta konflik yang dibangunnya menjadikan cerpen dalam 'Merona Senja' menarik serta mampu mengajak pembaca larut dalam suasana cerita serta mengaduk-aduk emosi pembaca.

 Kesepuluh judul cerpen dalam Merona Senja secara berurutan :1) Ublik, 2) kupu-kupu kuning, 3) 365 Hari, 4) Yang Terbuang, 5) Cerita Dinar, 6) Cadar Afifah, 7) Kupu-Kupu Bersayap coklat, 8) Merengkuh Hati, 9) Bejo dan Wage dan 10) Kana Si Bunga Tasbih. 

 Hal lain yang menarik dari buku kumpulan cerpen ini adalah pada teknik membuka yang diaplikasikan. Ada beberapa teknik membuka yang digunakan penulis antara lain penggunaan penggalan lirik lagu seperti pada cerpen “Ublik” 

 Kemana, kemana, kita pergi bersama Jangan jauh- jauh kita ke Monas saja… 

 Potongan syair lagu lama Roma Irama itu sudah terlalu dihapal oleh Giman yang hanya memiliki tak lebih dari 10 kaset tua untuk disetel pada tape using keluaran tahun 80-an….

 Merona Senja ( kumpulan cerpen ) hal 1 

 Sedangkan pada cerpen” Kupu- Kupu Kuning” digunakan teknik membuka dengan penggalan puisi 

 Ibuku, 
Adalah perempuan yang melukis pelangi di langitku 
Perempuan yang mewarnai hidupku, memberi napas 
Hingga aku bisa menghirup hidup Ibuku,adalah kupu-kupu kuning yang cantik 
Sayang,badai telah mematahkan sayapnya
 Ibuku adalah… 

 Puisi itu tak selesai ditulis di kertas berwarna biru terang. Kulihat di sudut kanan atas tertera nama Laras. Yah laras adalah muridku yang berwajah manis…. 

 Merona Senja ( kumpulan cerpen ) hal 11 

 Selain teknik membuka di atas, pada kumpulan cerpen ini juga menggunakan teknik kalimat langsung atau dialag antartokoh, menggunakan narasi atau paparan baik itu paparan tentang suasana berupa setting tempat, waktu maupun suasana hati para pelaku. 

Penggunaan teknik membuka yang bervariasi pada cerpen menjadikan cerpen tidak monoton, cerpen lebih menarik serta pembaca tidak bosan untuk terus membaca dari satu cerpen ke cerpen lainnya hingga tuntas. 

 Cerita tentang kehidupan sejatinya seperti jaring laba-laba. Beraneka peristiwa yang membentuknya dijalin hingga menjadi satu jalinan utuh, dan itulah kehidupan. Merona senja, kumpulan cerpen yang begitu sederhana dalam gaya penceritaannya, namun mampu mewarnai langit meski sudah senja, hingga berwarna jingga. Cerpen -cerpen yang disuguhkan pada pembaca memberikan kekayaan hidup dan pengalaman belajar agar lebih bijaksana _menjadikan jingga merona. 

 Buku Merona Jingga saya rekomendasikan Anda untuk membacanya. Jadikan sebagai khasanah literasi di sekolah/madrasah utamanya pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA.

 Salam literasi 
 Bondowoso, 18.12. 2022

Mengikat Makna Peristiwa

Mengikat Makna dari Peristiwa


Menulis apa ya hari ini? Kalimat ini sedari tadi muter muter di kepala. Perasaan baru kemarin saya setor tulisan, eh tahunya sudah sepekan. 

Hari ini sudah waktunya setoran lagi.😅😅😅 Wajib ya ? Untuk sebuah komitmen diri, setor tulisan itu, menurut pribadi saya, wajib hukumnya. Lha terus klo tidak setor apa dosa? Dosa mungkin juga tidak. Tapi bagi saya tidak setor itu tetap berhutang, hutang janji pada diri sendiri. Namanya hutang, ya mesti dibayar donk? Ya iyalah...eit, hutang uang aja kadang ndak bayar apalagi cuma hutang tulisan? 😇😇😇

Stop! daripada debat kusir bisa pusing nih kepala. Mending saya nulis saja. Saya curhat saja. Curhat tentang pekerjaan yang tak kunjung usai. Bagaimana dengan Anda? Apa sama pekerjaannya tak juga selesai?

Masuk Desember, (usai PK kepala madrasah yang dilanjut dengan PK Wasmad, saya pikir  pekerjaan sudah  melandai eh ternyata pikiran itu tak searah jarum jam.

Dua PK ini saja , sudah benar-benar menguras energi dan tenaga. Touring dari satu madrasah ke madrasah lain yang nyaris sebulan penuh, lalu  menyiapkan berkas laporan pekerjaan periode Januari sd. November untuk menghadapi PK wasmad ( audit ) oleh tim penilai ubun-  ubun langsung panas rasanya. 

Allah itu, benar-benar Maha Segalanya, Alhamdulillah_  tim penilai yang semula dikabarkan dari kanwil, ternyata diralat cukup tim penilai kabupaten saja. Ubun- ubun panas pun beringsut mereda.

Panas di ubun memang mereda, tapi masuk  Desember pekerjaan masih terus merayap saja ?  Ini gegara ada target pekerjaan November yang tidak terlaksana. Di bulan November agenda PKG seharusnya sudah di rampungkan oleh kamad. Nyatanya saat ditagih, pengumpulan file hasil PKG lewat wa sepi-sepi saja responnya. 

Semula PKG itu dilaksanakan wasmad bina. Namun sejak adanya perubahan regulasi PKG beralih pada kamad. Wasbin hanya bertugas melakukan pendampingan, menghimpun data, menganalisis dan menyusun laporan.

Sepinya respon itu, mau tidak mau wasbin harus turba. Ya mau gimana lagi, masih bagian dari tupoksi. Penjelajahan dari satu madrasah ke madrasah terus dilakoni, dijalani walau  jenuh  dan bosan kerap menyapa diri.

" Maaf bu, Pak kepala tidak ada, beliau masih bimtek PKB"
" Maaf bu, operator masih menyelesaikan cut off emis"
"Maaf, maaf dan maaf"

Memang sejak awal November ada beberapa kepala madrasah yang mengikuti bimtek PKB, dan operator madrasah sibuk dengan penyelesaian data emis. Tapi bukankan sejak awal sudah disampaikan jika PKG itu tidak harus dilakukan oleh kepala madrasah atau juga operator? Madrasah harus menunjuk tim penilai PKG tersendiri?

Begitulah kondisi riel di kebanyakan madrasah swasta.  Kepala atau operator menjadi satu satunya tumpuan pekerjaan. Menjadi orang serba bisa, yang lain hanya mengajar saja. Jika kamad / operator berhalangan alamat pekerjaan bertumpuk- tumpuk. Tugas-tugas administrasi diabaikan. Lalu dikerjakan rapelan saat ada momen tertentu, seperti Akreditasi dan PKKM. 

Sampai hari ini entah sudah berapa kata maaf yang sudah saya  dapatkan. Kecewa? so pasti ada, tapi kadarnya tipis -tipis saja. Marah? Jangan sampailah, kasihan juga. Pengelolaan madrasah swasta _terlebih jauh memencil di pelosok desa. Jangan dibayangkan seperti madrasah swasta di perkotaan yang mendapatkan dukungan penuh dari wali/orang tua baik finansial maupun moriel dari orang tua/ wali murid. KBM berjalan dengan baik, tugas-tugas manajerial dikerjakan sudah Alhamdulillah. 

Kepala madrasah swasta, hanya label dan tupoksinya saja yang sama, tapi kesejahteraannya masih selalu tanda tanya?😭

# Megalitikum 07.12.22
    Husnul Hafifah