Tanpa Suara

Author
Published Juni 05, 2021
Tanpa Suara

Keromatisan Bu Keyshe dan Pak Su tak luput dari perhatian putri bungsunya yang menginjak praremaja.Ning Nia panggilannya. Belajar dari rumah 1 tahun lebih, sangatlah cukup menilai bagaimana romantisnya ayah bundanya.Malam itu bada' magrib. Seperti biasa pulang dari masjid, Pak Su langsung menghampiri Bu Keyshe yang lagi mengaji.Ning Nia yang berada di kamarnya sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan ayahnya_ jika tak mencubit pipi, memencet hidung atau mencium kening bunda. Ning Nia tersenyum membayangkan tebakannya.

Dalam senyum yang masih terkembang Ning Nia mendengar lantunan ayat ayat suci dari suara bundanya.Merdu sekali terdengar di telinganya. Pak Su yang duduk di sofa tak jauh di depan istri mengaji terlihat sangat menikmati. Ia menyimak sepenuh hati, sesekali melirik, dan mengerling memperbaiki bacaan istri jika kurang benar.

Tetiba Ning Nia merasakan keganjilan. Di setiap mencermati bundanya mengaji, sampai pada surat dan penggalan ayat yang sama, suara bundanya melemah bahkan tak terdengar. Beberapa detik berikutnya 
kembali bundanya mengeraskan bacaannya, bahkan diulang-ulang_Fawahidatan_sampai pak Su tertidur. Ning Nia penasaran. Usai bundanya mengaji Ning Nia ajukan pertanyaan. Bu Keyse membawa Ning Nia ke kamar. Berjingkat meninggalkan Pak Su yang ketiduran. Bu Keyse menunjukkan terjemahan penggalan ayat yang ditanyakan. Surah ke-4 ayat 3. Ning Nia manggut -mangut, tanda paham penggalan itu dibaca tanpa disuarakan. Bu Keyse tersenyum keluar kamar sembari mengucapkan fawahidatan, disambut jempol Ning Nia.

Bumi Megalitikum, 5/06/2021
Husnul Hafifah

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021