Diseminasi

Sebagian besar pembaca bisa jadi sampai saat ini masih mengacaukan penulisan kata diseminasi vs desiminasi. Seperti halnya saya ketika itu. Tepatnya di tahun 2017. Saya mendapatkan mandat untuk mengikuti training of trainer program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PPKB). Pelatihan dengan pola in-on-in, dalam kurun waktu 4 bulan itu, mempersyaratkan hampir disetiap kegiatan on para peserta diwajibkan melakukan diseminasi. 

Perbekalan untuk diseminasi disiapkan bersama oleh masing-masing tim/ kelompok peserta. Mulai dari model banner, materi dalam PPT, timeline kegiatan, alur kegiatan hingga  templat laporan.

Awal tahu jika penulisan kata desiminasi salah, saat seorang teman memberikan komentar pada contoh banner yang dibagikan dalam grup wa peserta TOT.

"Ada tulisan salah, Desi Ratnasari bukan Desiminasi"

Merasa penasaran dengan komen tersebut, saya langsung klik KBBI di aplikasi android. Begitu klik kata desiminasi tak ditemukan kata dan makna tersebut. Namun ketika klik kata diseminasi otomatis muncul makna dimaksud. Ada 2 makna diseminasi yang tertera pada KBBI V berlogo kemndikbud di aplikasi android. Pertama, penyemaian benih, bibit dan sebagainya. Kedua penyebarluasan ide, gagasan dan sebagainya. Terkait dengan tugas saya melakukan diseminasi saat itu, maka makna yang pas adalah makna kedua_menyebarluaskan ide atau gagasan dari hasil pelatihan.

Pelajaran berharga bagi saya, mungkin juga pembaca agar tidak lagi mengacaukan tulisan diseminasi vs desiminasi. Tips berikut jitu untuk digunakan. "Desi" selalu diikuti kata  nama orang atau artis_ Desi Ratnasari, Desi Puspitasari dll. Sedangkan "dise" selalu dirangkai dengan unsur kata minasi_diseminasi.

Bagaimana menurut Anda?


Bondowoso,26 Mei 2021
Husnul Hafifah

Ramadan 10 Hari Terakhir


Sekitar dua pekan saya tak melakukan aktivitas menulis. Sibuk? Begitulah kambing hitamnya.Satu alasan klasik atas ketidakberdayaan memanaj diri.  Berawal dari impian besar _keinginan hati agar 10 hari terakhir Ramadan bisa mendulang pahala dengan fokus meningkatkan amalan ibadah. Seperti yang Allah janjikan 10 malam terakhir utamanya malam ganjil ada malam penuh dengan kebaikan. Malam Lailatul qodar. Sesiapa saja yang menjumpai malam itu, dan ia sedang melakukan kebaikan, maka kebaikannya itu akan dilipatgandakannya  hingga seribu bulan.

Setiap insan beriman pasti termotivasi untuk mendapatkan kebaikan malam lailatul qodar. Berbagai ikhtiar pun dilakukan guna meraihnya. Mulai ngejoss poll baca Al-Qur'an, memahami maknanya, membaca buku-buku agama, memperbanyak shodaqoh, berbagi makanan, berbagi kebaikan melalui tulisan, memperbanyak zikir, istigfar, menambah rakaat salat malam (selain tarawih) hingga melakukan ikhtikaf di masjid. Semua mereka lakukan demi mendapatkan malam 1000 bulan.

Sayangnya tak semua orang bisa  mengimplemintasikan impian mendapatkan malam Lailatul qodar dengan maksimal.  Begitu pun dengan saya. Sebagai ASN yang merangkap jabatan ibu rumah tangga. Ada saja pekerjaan tambahan kedinasan  di 10 hari terakhir Ramadan. Sekalipun diri sudah ikhtiar, menghindar dari peningkatan aktivitas tugas tambahan di bulan Ramadan, seperti tidak ikut dalam kompetisi asesor BAN-SM, seleksi Instruktur nasional (IN), Fasilitator provinsi( Fasprov) dan fasilitator daerah (fasda). Saya memang bisa menghidar dari hiruk pikuk agenda seleksi tersebut. Namun ketentun takdir berbeda. Rupanya Allah menguji saya dengan aktivitas lain.

Keterlibatan saya dalam Tim Bimtek Pembelajaran yang tak disangka-sangka, pada 10 hari terakhir Ramadan, suka tidak suka harus saya terima dengan ikhlas. Aktivitas harian kedinasan  pun kian meningkat. Mulai mengikuti rapat-rapat zoom sebelum hari H kegiatan, hingga pelaksanaan kegiatan bimtek virtual tanggal 3 sd.6 Mei lalu.

Kegiatan bimtek tingkat Provinsi  Jatim yang diselenggrakan kanwil kemenag itu melibatkan 150 guru dan 12 pengawas dari masing- masing Kab/Kota .Total peserta se -Jatim lebih kurang 6000an. Kegiatan bimtek pembelajaran berbasis literasi dan Numerasi itu, merupakan kegiatan massif dan tersuktrur dalam rangka meningkatan kompetensi para guru. Melalui peningkatan kompetensi guru diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas siswa khususnya serta peningkatan mutu madrasah.

Ada 2 tugas yang diamanahkan pada saya, sebagai bagian dari tim kegiatan bimtek, pertama melakukan monitoring dan kedua menjadi moderator, seperti jadwal yang telah tersusun. Tugas monev saya tanggal 4-5 Mei di daerah Lumajang. Sedangkan tugas moderator pada hari terakhir (6 Mei 2021). Walaupun tugas monev  saya di Lumajang, namun panitia tetap menyarankan untuk bisa melakukan monev di daerah sendiri, mengingat sasaran monev hanya sample di 10 kab/kota.

Tanggal 3 Mei 2021 bertepatan dengan 20 Ramadan, saya pun melakukan monev di daerah sendiri (Kab.Bondowoso). Ada 6 titik zoom pelaksanaan bimtek. Namun hanya 3 titik saja yang saya datangi, yakni di MTsN 2 (1 titik) dan di MAN (2 titik). Selebihnya tidak saya kunjungi, ketiga titik itu ada di luar kota_penghematan energi mengingat saya harus persiapan untuk perjalanan dinas luar kota esok harinya. Alhamdulillah saat saya monev kegiatan berjalan lancar. Peserta antusias menyimak materi melalui sound sistem dan melihat tampilan layar monitor. Lancarnya kegiatan bukan berarti tanpa hambatan, menurut operator hambatan terletak pada lemahnya signal, dan itu bisa diatasi dengan menggunakan paket data yang memiliki signal kuat. Sarana dan fasilitas juga sangat menentukan keberhasilan kegiatan, seperti ruangan yang luas, sejuk ber AC, sound sistem dll.

Melakukan perjalanan dinas luar kota bagi saya terutama di bulan Ramadan yang dibersamai pandemi covid, bukan perkara yang mudah. Mau naik angkutan umum, ragu-ragu. Mau naik sepeda motor walau diantar terlalu jauh. Butuh waktu 2,5 jam untuk sampai tujuan. Mobil pribadi tidak punya. Satu satunya jalan adalah rental mobil. Wow, jika sudah rental kelihatan jelas angka yang harus dikeluarkan.

Alhamdulillahnya belum sampai ke jasa rental, ingat jika kemenakan( putra adik perempuan saya) kuliahnya daring dari rumah. Hanya bermodalkan komunikasi dengan bundanya kemenakan bersedia mengantarkan bu De _nya ke Lumajang. Dengan diantar kemenakan dan ditemani anak no 2 yang juga kebetulan baru semalam datang. Pagi itu, 21 Ramadan bakda subuh kami  bertiga berangkat menuju Lumajang.

Singkat cerita, pukul 08,10 menit saya menginjakkan kaki di pelataran kantor kemenag Lumajang. Suasana masih terlihat sepi saat itu. Sejenak kutebarkan pandangan ke segala penjuru, mengeja literasi. Dengan langkah pasti saya menuju pintu kaca yang sedikit terbuka. Begitu masuk mata tertuju pada meja resepsionis PTSP (pelayanan terpadu satu pintu). Seorang bapak paruh baya sedang asyik di depan komputer. Dengan salam kusapa beliau, namun dia tetap asyik. Kukeraskan sapaanku sekali lagi, baru si bapak merespon dengan sedikit kaget, sambil berucap:

" monggo ibu mlebet mawon, trus lurus notok ngiri"

Tak sulit, dalam sekejap saya pun bisa menemui orang dituju_kasi pendma. Baru saja kami memulai perbincangan, Pak Arif utusan dari kanwil kemenag Jatim (beliau 1tim monev) juga datang. Alhamdulillah keberkahan yang tak terduga pagi itu saya bisa bersilaturahmi dengan Pak Kasi Pendma Lumajang serta berkenalan dengan Pak Arif. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, pihak pendma( 2 mbak cantik) maaf jika tidak salah, yang nyetir mobil mbak Vivin, dan mbak Farida yang menemani. Dengan mobil dinas mereka berdua mengantarkan kami ke lokasi bimtek virtual berlangsung.

Selama monev anak dan kemenakan, saya tinggalkan di pelataran kemenag Lumajang. Mereka lanjut dengan aktivitas hariannya, kuliah daring via androidnya masing-masing, entah di mana.


Pukul 12,30 seluruh rangkaian monev di 6 titik zoom usai. Kami sengaja menuntaskan kegiatan untuk 2 hari dalam waktu sehari saja. Waktu DL yang sehari saya programkan untuk menyusun laporan dan mengerjakan pekerjaan  lainnya .

Tepat pukul 13.00 kami meninggalkan pelataran Kankemenag Lumajang, lanjut perjalanan pulang. Sebelum keluar kota Lumajang kami mampir masjid untuk menunaikan salat duhur dulu. Plong rasanya hati, hari itu sudah diberikan kelancaran menunaikan tugas, pergi dan pulang dengan keadaan selamat berserta raga yang cukup penat.

Tugas harian ASN di bulan Ramadan pukul 15.30 selesai tidak selesai harus diakhiri. Tugas sebagai ibu rumah tangga sejak pukul itu akan dimulai. Biar pun  raga penat, tapi harus tetap semangat memasuki dapur. Memasak, menyiapkan segala sesuatunya terkait dengan ritual buka puasa, sebelum kumandang azan magrib menggema. Secercah kebahagian menjelma saat bisa menikmati buka bersama keluarga, letih dan lelahnya seakan hilang seketika.

Tapi anehnya usai buka puasa, saat menunggu salat isya dan tarawih, seringnya kantuk muncul tiba-tiba. Terkadang tak mampu dilawan apalagi bertahan, akhirnya ketiduran, tahu tahu sudah pukul 21.00. Rupanya hidayah Allah masih ada, di saat penghuni rumah yang lain bersiap beristirahat, saya sendirian memulai ibadah_salat isya, tarawih dan membaca Al qur'an sesuai kemampuan diri bertahan.
Biasanya paling akhir sampai pergantian malam. Lalu tidur lagi babak kedua,

Di penghujung malam, rentang pukul 2 atau pukul 3, sebagai ibu sudah harus  bangun untuk melanjutkan kewajibannya menyiapkan makan sahur untuk keluarga. Sebelum turun ke dapur diupayakan untuk menegakkan salat malam, walau hanya 2 rokaat. Lanjut membangunkan anak anak. Membangunkan anak yang ada di rumah tak cukup dengan waktu 5 sd 10 menit. Perlu berulang dan  kesabaran ekstra. Sangat berbeda dengan membangunkan mereka saat jauh dari jangkauan. Tiga kali vicall tak ada respon diabaikan. Jika dalam jangkauan selama belum beranjak dari tempat tidur, pangilan demi panggilan akan terus meluncur.

Peningkatan aktivitas kerja sebagai ibu rumah tangga juga terjadi saat 10 hari terakhir Ramadan. Sadar jika lebaran sudah di depan mata, persiapan belum ada seperti kue kue kering, masakan menu special lebaran dll.,sementara kantor belum libur, di sinilah menyiasati kesempatan jika ada tugas zoom meeting selama hanya jadi penyimak bisa mengikuti lewat you tube, atau mikropon dan video dimatikan. Androidnya zoom meeting, orangnya membuat kue.Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Terlena dengan pernak pernik lebaran Ramadan yang seakan kemarin petang kita sambut dengan Marhaban ya Ramadan tetiba senja itu Ramadan menghilang dari dekapan.

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan Ramadan terakhir dalam hidupku.
Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi. Aamiin


Taqabbalahu minna wa minkum taqabal yaa karim.

Bondowoso,19-05-2021
Husnul Hafifah

Salah Waktu


 Ketika anak-anak sudah menginjak remaja, kebiasaan berbuka  (membatalkan puasa) di keluarga diubah. Biasanya setelah azan magrib berkandang langsung serbu dari makan pembuka,  lanjut makan besar,  diubah  cukup dengan minum teh hangat, kurma, cemilan atau buah. Lalu dilanjut dengan salat magrib terlebih dahulu. Makan utama dilakukan usai salat. 

Hari ini,  hari kelima aku menikmati buka puasa (membatalkan puasa bersama si bungsu). Dia di hari 19 Ramadan kemarin baru pulang dari asrama. 

Di Ramadan 1442 ini biasanya aku menikmat buka  sendiri saja. Anak -anak sudah memiliki dunianya sendiri. Anak pertama di Probolinggo, anak kedua di Malang, meskipun kuliah daring, ada mata kuliah praktik yang tak bisa melalui daring, katanya. 

Anak kedua sebenarnya juga datang pada hari yang sama dengan anak bungsu. Hanya saja hari ini ia ke Probolinggo, ke kakaknya untuk menukar sepeda motor. Kasihan  kakaknya khawatir lebaran tahun ini tak bisa pulang lagi.  

Informasi pembatasan kendaraan yang akan dimulai tanggal 6 besok, mengerakkannya berikhtiar  menukar sepada kakaknya yang masih berplat no. Bandung itu dengan sepedanya, dengan harapan di hari libur kerjanya tanggal 12 Mei besok dengan motor plat Bondowoso, sang kakak bisa lebaran bersama di rumah. 

Suami semenjak Ramadan,  sebagimana kebiasaannya, setiap harinya pukul 17.00 sudah berangkat ke masjid dengan berbekal kurma dan air putih atau teh. Membatalkan puasa di masjid, usai salat berjemaah pulang baru kami makan bersama. 

Hari ini,  ada hal yang sebabkan hambarnya nikmat berbuka. Entahlah mungkin kata -kataku yang menurutku baik, tapi salah menurut si bungsu. Padahal inginku  memaksimalkan kualitas kebersamaan saat berdua itu saja. Tak ada maksud apa pun. Kecuali memberikan nasihat terbaik untuknya. Untuk anak perempuanku satu- satunya yang menginjak praremaja (15 tahun usianya). 

Aku salah rupanya, dia tersinggung, sampai tidak menghabiskan dan membuang sup kesukaannya. Salat magribnya di kamar lalu mengunci dan mengurung diri di kamarnya. 

Padahal aku hanya ingin memberitahu dan menyarankan agar dia mengurangi ngemil, dalam kalimat:

"Lihat badanmu, kurangi ngemil nduk jika di asrama! "

Eh dengan ungkapan begitu malah tak menyamankan suasana. Jika dengan bahasa yang halus saja "ngambek",  terus dengan cara bagaimana ibumu harus menasihatimu Nduk? 

Maafkan mamamu, mungkin hari ini mama salah waktu atau salah dalam cara penyampainya. Semoga saja dilain waktu kamu sudah bisa menerima dan membenarkan nasihat mama. 

Ya Allah ya rabb,  ampuni aku, jika silat lidahku melukai perasaannya. 

# Bondowoso, 5 Mei 2021/23 Ramadan 1442 H
Husnul Hafifah