Monitoring dan Touring

Author
Published Maret 23, 2021
Monitoring dan Touring
Foto dokumen pribadi

(Bagian 2)

Rute untuk menuju lembaga ini ada 2 pilihan. Pertama  memotong perlintasan di depan KUA (tempat saya transit)  langsung lurus ke arah timur,  sampai perempatan jalan menuju Tamanan pilih jalur kiri, menuju jalan arah Bondowoso notok sampai pertigaan pasar Kreongan. Hanya saja akses menuju jalan Tamanan ini jalan banyak yang berlubang.  

Saya memilih rute kedua, jalanan relatif mulus di samping bisa menikmati suguhan alam hutan pinus dengan udara sejuk dan asri serta pemandangan langit biru nan indah. 

Rute kedua ini melewati jalan raya kira-kira 2 km ke utara,  sampai di pertigaan Tasnan pemandian, memotong perlintasan ke arah timur,  terus mengikuti jalan utama hingga pertigaan jalan menuju Tamanan. Selanjutnya pilih jalur ke kiri sampai pertigaan pasar Kreongan. Jarak tempuh rute 1 dan 2 relatif sama jauhnya. 

Saat saya sampai di pertigaan  pasar Kreongan, aktivitas jual beli sudah sepi. Geliat pasar dilakukan pagi hari hingga pukul 8 pagi. Lapak pedagang sayur sudah tutup,  hanya tinggal warung permanen saja yang tetap buka. Dari pasar Kreongan,  saya masuk gang perkampungan. Jalanan sudah beraspal, di kanan kiri dipadati rumah -rumah penduduk. Lingkungan relatif bersih dan rapi, halaman rumah umumnya berhiaskan bunga warna warni. Sepanjang jalan juga banyak gang atau jalan kecil menghubungkan pedukuhan. 

Untuk sampai ke sekolah tujuan, saya harus menghafal gang agar tak salah jalan. Penanda gang menuju sekolah tujuan, pertama adalah area pemakaman besar.  Pada tikungan area makam, di seberang jalan ada gang ke arah selatan. Masuk gang. Begitu masuk gang,  mata langsung mendapatkan suguhan alam yang berbeda. Sisi kiri  sepanjang jalan di penuhi rimbun pohon bambu menjulang. Derik gesekan antarpohon, dan gemercik air yang mengalir di sungai kecil di bawahnya,  sungguh menyentuh relung jiwa. Mengingatkan memori jauh ke masa kanak kanak berpuluh tahun silam. (Mandi, menjaring ikan dengan kain panjang di sumber mata air pancuran bersama teman sepermainan). Alangkah damainya hidup di pinggiran pedesaan. 

Ke luar dari rimbun pohon bambu, sejauh mata memandang, hamparan padi menguning tersaji di kanan kiri jalan. Di depan mulai tampak selingkung rumah penduduk. Persis di depan rumah pertama yang terlihat,   jalan bercabang. Aspalan berganti trotoar dan lebih sempit lagi. Pilih jalan cabang kiri ( inilah penanda kedua bagi saya), 250 m lagi sampai tujuan. Gapura tinggi dan lebar di bawah rumpun bambu itu adalah halaman sekolah yang saya tuju. 

Alhamdulillah, di bawah parkiran motor yang tidak besar itu,  terlhat berapa motor memenuhi  area. Artinya giat sekolah tetap ada,  walaupun di tengah covid 19 yang masih belum mereda. 

Senyum rekah, tersungging di bibir para  guru, saat membalas salam saya. Kepala sekolah pun_ Bu Fitrih  (nama panggilan) ada bersama para guru. Ada yang berbeda dari ruang itu. Penataan kursi tamu, tambahan komputer, serta ruangan yang lebih bersih. 

Monitoring pelaksanaan  ujian bukanlah sesuatu yang baru. Ujian Nasional (sebelum dihapus)  merupakan agenda tahunan sekolah. Semenjak dihapusnya ujian nasional dan dikembalikannya pengelolaan ujian sepenuhnya pada sekolah _kegiatan ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah,  utamanya sekolah kecil dan sekolah swasta.

Mengapa? Pelaksanaan ujian sekolah  kali ini,  rata-rata pertama kali mereka alami. Mengingat tahun tahun sebelumnya sekolah kecil (peserta ujian kurang dari 20 siswa) walau terakreditasi  tidak bisa melaksanakan sendiri. Mereka harus bergabung dengan sekolah lain. Kemandirian sekolah kecil tidak ada. Kali ini sekolah harus melaksanakan ujian secara mandiri. 

Selain itu para guru rata belum memiliki pengalaman yang memadai dalam menyusun soal ujian sekolah. Mengingat UN naskah dan kisi soal dibuat oleh tim pembuat naskah UN,  demikian halnya dengan USBN dan ujian sekolah, ada tim pembuatnya. Guru tidak perlu ribet membuat soal. 

Kekhawatiran tentang pelaksanaan  ujian sekolah akan asal-asalan, terpatahkan, saat saya mengamati langsung, wawancara dengan panitia. Bagaimana mereka mempersiapkan dan melaksanakan ujian, membuat saya salut. 
Walaupun peserta ujian hanya 5 siswa, namun  administrasi ketatalaksanaan ujian sekolah disiapkan dengan baik. 

Dokumen administrasi  mulai dari SK panitia,  job deskripsi panitia,  data peserta,  jadwal ujian,  jadwal pengawas, kartu peserta, berita acara, daftar hadir peserta sudah tersedia dan dokumen yang belum tersedia disarankan agar dilengkapi. Sedangkan kisi dan naskah soal merupakan hasil sharing guru MGMP.  MGMP menyiapkan bank soal,  guru mapel menelaah dan memilih kisi serta soal yang sesuai untuk diujikan sekolahnya.

Pelaksanaan ujian tertib sesuai standar pos ujian sekolah dan memenuhi prokes covid 19, hanya saja maskernya rata salah posisi. 
Berdasarkan catatan monitoring itu, saya memberikan masukan dan motivasi untuk menjadikan sekolah lebih baik ke depannya. Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah,  ternyata di madrasah kecil,  yang selama ini dianggap tak berdaya,  ternyata masih punya semangat menyala untuk tetap berusaha mengembangkan sekolahnya. 

Di sela diskusi kecil dengan kepala dan guru yang ada, tetiba seorang guru cantik datang membawa nampan dengan secangkir kopi. Senyum ramah di kulum. Ia akan meletak cangkir kopi pada meja di hadapan saya. Sayang sekali, ini hari Senin. Saya meminta maaf tidak bisa menikmati suguhan yang diberi. 

Tak lama berselang perbincangan pun saya akhiri. Dengan ucapan salam, dihantar para guru sampai halaman, saya pun meninggalkan sekolah itu, melanjutkan touring ke sekolah berikutnya.

Bersambung ...
Kota tape 23.03.2021
Husnul Hafifah

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021