Diet

(sumber wa grup )

Bu Keyshe terbangun dari tidurnya, saat terkaget mendengar pengeras suara masjid ramai dengan suara lantunan kalam ilahi. Dikuceknya kedua bola matanya yang masih terasa berat. 

Dalam temaram lampu lima watt,  ditengoknya jam dinding yang berada di kanan tempat tidurnya. Bruaag ia melompat dan berteriak.  Bangun, bangun sudah hampir imsak. Tak lupa ia pun lari ke menuju kamar depan, tempat tidur anak keduanya_dengan teriakan yang sama. 

Sang suami refleks lari ke dapur menyalakan kompor.  Bermaksud menjerang air untuk buat kopi dan menggoreng lauk untuk sahurnya. Rupanya  jiwa raga sang suami belum dalam kesadaran utuh. Bu Keyshe menegurnya "Yah hari ini kita diet, sahurnya cukup kurma dan segelas  air putih, ayo cepetan keburu azan". Baru dia tersadar, lalu kompor itu dimatikan.  

#Ramadan 15/270421
Husnul Hafifah

Bukan yang Terlihat

Waktu 24 jam serasa berputar 
begitu cepat
Tetiba Ramadan sudah hari kesembilan

Bulan ramadan adalah ...
kesempatan menuai pahala berlimpah 
kesempatan berbuat amal kebaikan
kesempatan membasuh dosa-dosa

Mereka yang menggunakan kesempatan...
ada yang berjalan 
bahkan  berlari dengan tilawahnya
Berlari menuju saf terdepan
Berlari menggapai amal kebajikan

Ada yang berjalan gontai bahkan terlihat lemas 
Diam seakan tak bergerak
Diam memang tak tergerak

Ramadan itu bukan tentang yang terlihat 
Yang terlihat berlari
Yang terlihat berjalan
atau yang terlihat diam
Itu bukanlah ukuran
bukan pula timbangan

Ramadan itu tentang tujuan 
tentang keikhlasan 
Ejawantah ketaatan
Sebagaimana firman-Nya
Puasa Ramadan itu untuk-Ku!


Bondowoso, 21.04.2021/9 Ramadan 1442

Husnul Hafifah

Bersama Anak dalam Maya


 Sahur ke -6 , aku bangun mendekati pukul 3.30. Itu pun dibangunkan suami. Mungkin tidurku yang terlalu larut. Hanya persis 4 jam dari berangkat tidur ke bangun. Beruntung suami siaga,  tanpa menunggu saya yang masih  seremonial di kamar mandi,  dia langsung menjerang air buat kopi, goreng lauk buat sahur sendiri. Menu sahur suami pagi ini nasi, rempelo ati ayam,  sambal kacang pedas level 1 dan lalapan timun. Suami jika sahur memang tak bisa lepas dari nasi dan kopi. Berbeda dengan istri,  cukup air putih dan buah saja. Kadang pisang, kurma, atau pepaya. 

Seperti biasanya, tugas emak dari tahun ke tahun Ramadan membangunkan anak- anak . Membangunkan anak era kekinian berbeda dengan zaman bahula. Ramadan tahun ini membangunkan anak pun ikut -ikutan via daring (vicall grup). Alhamdulillah begitu klik no.wa langsung  terkoneksi. Tak perlu memanggil berulang. Mas Adid dan Mas Eki  sudah sahur, ternyata. Mas Adid sahur lauknya beli katanya hanya menghangati. Mas Eki seperti biasanya telur rebus sama fitbar. Sekitar 15 menit kami ngobrol rasanya senang sekali. Info penutup yang disampaikan tentang agenda hari ini (Ahad), usai sholat subuh katanya mereka akan tidur lagi. 😅😅😅

Hari ini pukul 09.16- 09.30, jadwal telepon si bungsu di asrama. Rasanya  tak sabar menunggu. Ingin segera tahu bagaimana kabarnya. Sejak puasa baru kemarin sore pihak asrama mengirimkan foto-foto dan video kegiatannya. Foto pertama kegiatan pesantren Ramadan.  Satu-satu dari sekian foto saya teliti. Aduh susah sekali. Saya tak berhasil mengenali.  Hingga semua fofo tutas dipantengi si bungsu tak ditemukan. Mukanya sama,  berwajah masker semua. 

Foto kedua kegiatan buka bersama (bukber), nyaris juga saya tak menemukan. Dia memang susah jika di foto,  biasanya tak pernah mau,  harus dipaksa. Setelah lama mencari-cari akhirnya ketemu juga. Tak disangka di salah satu foto, si bungsu ada di depan sendiri,  tersenyum dikulum sembari tangan mengacung jempol. Sungguh marem hati walau cuma melihat fotonya. 

Ketiga video tadarus quran. Video dengan durasi singkat itu, menampilkan sekilas wajah seluruh peserta santri yang ngaji. Lagi-lagi saya tak menemukan penampakan  wajahnya. Nah ini perlu klarifikasi saat telepon nanti. 

Hanya bergeser 1 menit dari jadwal. Pipi cabi dengan senyum mengembang terpampang di layar HP. Disusul salam dan sapa yang membuncah. Kalimat -kalimat meluncur deras menceritakan keseruan berpuasa di asrama. Tak ada kesan sedih atau curhat rindu masakan rumah. Ramadan bersama teman-teman asrama serta ustazahnya, begitu dinikmati. Menu makan buka sahur sudah dalam paket/siswa, diterimanya dengan ikhlas. Tak ada protes suka tak suka dilahapnya.   
 
Baru tiga hari puasa terus "halangan". Untuk batal puasa katanya sarapan pagi, makan jatah sahur,  siang cukup ngemil sembunyi -sembunyi makanan ringan yang di punya. Ketika azan magrib ikut buka bersama. 😋😋😋
Hem seru menikmati buka bersama walau sedang tidak puasa, imbuhnya. 

"Ma jangan lupa jadwal perpulangan tanggal 2 Mei, trus kirimi uang saku ya, uangnya tinggal dikit".

Tak terasa 15 menit berlalu, ia pun menutup teleponnya. 
Alhamdulillah.

Baiti, 6 Ramadan 1442 H
Husnul Hafifah


 



Sahur ke-5


ALHAMDU LIL LAAHIL LADZII AHYAANAA BA’DA MAA AAMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR

 Kalimat itulah yang pertama kali dibaca saat  mata ini terbuka dini hari tadi. 

“Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”

Badan terasa segar sekali. Sangat berbeda dengan sebelum tertidur. Malas beraktivitas, mengantuk sampai-sampai salat witir tertunda. Alhamdulillah sudah dibangunkan sesuai harapan. Sayang jika peluang ibadah diabaikan. Segera setelah dari kamar mandi, berwudu kemudian kubentangkan sajadah. Menambah rokaat salat sunah ditutup witir. 

Sebagaimana yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan, mereka biasanya berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadah dan amal kebajikan. Mereka tak ingin melewatkan waktu yang ada terbuang sia-sia. Ramadan merupakan bulan yang penuh ampunan. Dilipatgandakannya segala amal kebaikan. 

Namun sebaliknya ada orang terasa berat untuk melakukan puasa Ramadan serta ibadah lainnya.Mereka butuh perjuangan melawan hawa nafsu. Jika menang walau dengan tertatih akan melaksanakan puasa, serta ibadah di dalamnya Awalnya memang terpaksa, karena ingin mendapatkan janji-janji Allah. Lama-lama ikhlas menjalankannya. 

Yang tak mampu mengalahkan hawa nafsunya  akan merugi. Umat Islam yang mendapati Ramadan namun dari tahun- ke tahun Ramadan tak ada perubahan  Ramadan hanya jadi rutinitas dan seremonial semata. Naudzubillah, semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya pada kami,  anak keturunan serta muslimin dan muslimat.

Dengan membetah-betahkan dari rasa kantuk,  usai witir kulanjutkan membaca Alquran. Hening dan syahdu. Lama kemudian terdengar bunyi speker dari masjid membangunkan khalayak untuk sahur. Waktu masih menunjuk angka 02.30. Kulanjutkan bacaanku hingga pukul 3. Lanjut menyiapkan makan sahur,  sambil membangunkan kedua anak dalam vicall grup . Suami juga terbangun. 

Alhamdulillah tidak seperti malam sebelumnya. Mereka berdua sudah bangun dan sudah siap dengan menu sahur masing masing. Yang di Malang menunjukan kurma dan fitbar sedang yang di Probolinggo sedang proses buat mie goreng di beri kuah plus telur. Sedang yang di asrama semoga juga sudah bangun dan siap menikmati  sahur juga. 

Selamat menikmati makan sahur,  semoga kita semua dalam lindungan Allah,  dimampukan dalam menjalankan puasa dan ibadah wajib serta sunahnya. Ibadahnya cocok dan ditrimaNya. 

Baiti, Ramadan ke-5
16.04.2021
Husnul Hafifah







Hati-Hati, Hati!


Alhamdulillah ramadan ketiga tersudahi. Puasa kami di hari ketiga juga sampai finish. Semalam saya gagal membangunkan anak pertama dan kedua via daring. Maklum keduanya jauh dari jangkuan. Akibat gagal anak kedua tidak sahur, bagun-bangun sudah usai azan subuh. Anak pertama pengakuannya sahur mengawali (01.30) katanya sih migren tidur lagi,  salat subuhnya telat. Astagfirullah. 

Perkara diterima dan tidaknya puasa kami hanya Allah semata yang menghakimi. Sebagai hamba tentunya terus berupaya mempersembahkan yang terbaik menurut kemampuan diri. 

Seperti halnya yang kita pahami,  puasa tidaklah sekedar menahan haus dan lapar. Namun puasa itu juga menjaga hati,  pikiran  bersih tak ternodai. Tidak berprasangka buruk,  iri,  dengki, mengunjing, mencela, debat kusir tak ada guna apalagi sampai memancing amarah. 

Menjaga hati bersih tak ternodai bukan perkara mudah. Banyak ujian dan godaan yang harus dilewati. Ujian itu sering datang tanpa kita sadari. Saat kita keluar  rumah, misal belanja di warung lalu di jalan ketemu tetangga sudah emak-emak kok ya pas kebetulan pakaiannya seksi, memancing geli hati. Kita yang melihat sponta terbetik kata mengomentari, mencibir bahkan juga memberi julukan negatif walau tetap di dalam hati. 

Uji kesabaran juga timbul dari masalah sederhana. Seperti hari ini seseorang sudah buat janji mau datang ke rumah. Karena sudah janji, agenda saya keluar rumah terpaksa saya cancel. Eh ternyata janji tinggal janji. Di tunggu sejak sun rises,  hingga usai men sunlight ( cuci piring)  sampai sunset dia tak datang - datang. Sesabar sabarnya pasti akan mengundang kesal hati, ditambah ngome- ngomel sendiri. Untung  segera sadar diri. Saya 'kan puasa. Aiit terlanjur ngrundel sedikit. Astagfirullahil adzim... 


Baiti, 3 Ramadan 1442/14.04.2021
Husnul Hafifah

Sahur Pertama



Ada pemandangan berbeda di malam sahur pertama kami. Tahun kemarin malam pertama sahur, penghuni kursi meja makan itu nyaris penuh.  Hanya 1 saja yang kosong, formasi 5 min1. Posisi si sulung kosong dari awal hingga akhir, bahkan lebaran pun hanya vicall. 

Malam ini meja itu kian sepi, hanya berdua, aku bersama suami. Walau sepi , sebagai ibu, aku tetap tenang dan bahagia. Mungkin sudah adaptasi dengan pandemi covid,  hingga rasa was -was jauh dari buah hati tidak seperti Ramadan tahun lalu. 

Si bungsu sudah 2 pekan tinggal di asrama, uji coba pembelajaran tatap muka ( PTM). Alhamdulillah  kabar baiknya dia sehat-sehat dan baik- baik saja. Lega rasa hati ibunya saat teleponan Ahad kemarin ia tampak sumringah dan ceria. Tak perlu khawatir dia tidak sahur. Di asrama banyak teman dan saling menguatkan serta ada ustazah yang mendampinginya. 

Sementara anak tengah jelang senja kemarin kirim wa.

Wee besok dah puasa  selamat menjalankan ibadah puasa ma, Eqi puasa di Malang dulu ya❤️

Pesan singkat itu sudah cukup memberikan ketenangan dan ketentraman wanita yang telah melahirkannya. 

Dan...
Si sulung saat mamanya sedang menunggu pengumuman sidang isbat petang kemarin ia vicall. Senyum mengembang dan sapaan khasnya mengawali. Cerita tentang hilal yang infonya sudah kelihatan di 4 titik jadi hal utama yang disampaikan. Rencana salat tarawih di masjid sekitar kosnya, persiapan saur juga turut jadi topik pembicaraan."Tak perlu dikhawatirkan banyak warung buka jika males masak", imbuhnya. 

Mengakhiri perbincangan  "Mama maafkan kesalahan Adid, salam buat Ayah dan selamat menjalankan ibadah puasa". 

Aku masih duduk tertegun, usai menyiapkan saur untuk suami. Waktu menunjukkan pukul 03.00. Kuraih HP kucoba menghubungi si sulung  dan yang no.2. Alhamdulilah si sulung sudah bangun dan terlihat ia sudah menikmati makan sahurnya. "Nasi putih,  telur ceplok dan kering kentang goreng (kiriman mama bulan lalu)", imbuhnya. 

Percakapan telepon dengan  si sulung berakhir,  namun yang no. 2 masih juga tak ada respon. Aku pasrah, dalam doa semoga Allah membangunkannya. Aku gunakan waktu untuk membaca Alquran. Selang 20 menit terdengar  nada wa beruntun. Benar saja rupanya dia baru bangun. 

Sudah sahur le? Sahur apa?  Pertanyaan beruntun sang mama via wa. 

"Sudah, kurma sama air putih"

Lho kok tidak beli nasi? 
Tidak , Insyaallah  kuat. 

Sang mama pun tersenyum. Ia sadar melaksanakan ibadah puasa itu suatu pekerjaan yang berat bagi yang tidak terbiasa. Apalagi sedang enak-enaknya tidur, harus bangun untuk sahur. Usai sahur menuggu salat subuh, tak mudah dilakukan. 

Namun melihat anak -anaknya bangun menikmati sahur, melaksanakan ibadah wajib dan sunah-sunah di bulan ramadan, Insyaalah , (semoga) semua yang dijalankan ikhlas  semata karena-Nya. Rabbi warubbuka. Sang ibu pun sangat gembira, bahagia! 

Bondowoso, 13.04.2021
Husnul Hafifah

Bahagia Bersama

Bersama Bahagia

Kripik singkong, tahu goreng, kecap pedas, sambel sacet jadi cemilan pendukung dalam acara ngopi bareng sesama kamad pagi tadi. 

Duduk melantai, membentuk formasi sesuai alur meja. Membaur merendah. Kecerian, canda tawa menyatu mewarnai obrolan sesama. Sesekali tangan kanan menyuapkan suguhan yang ada. Sambil menunggu kompak kehadiran, acara akan bermula. 

Plus 1 jam dari rambu  pada undangan acara pun dibuka oleh sang ketua. Formasi 16, memang hanya itulah keseluruhan kita. 

Tak perlu basa- basi panjang. Lalu diskusi berbagi pengalaman antarkita ditumpahkan jadi hidangan tambahan di atas meja. Segala uneg-uneg  melebur, lupakan sesaknya beban pekerjaan dalam dada. 

Tak terasa waktu bergeser seakan begitu cepatnya, tak ada kantuk ataupun tidur tertunduk seperti sebelum- sebelumnya. Tiga jam, betah berlama-lama. 

Semayup pun lalu sampai ke telinga, panggilan semesta. Acara pun beringsut dan disudahi, ditutup dengan doa.

Pindah ke meja dua, (seharusnya) ke musholla _ sayang jauh tempatnya.
Acara sesi 2 dimulai "santap siang" dengan menu menggoda rasa: ayam crispi, peyek udang, sambal goreng rempelo ati ayam, dadar jagung, teri goreng, krupuk, sambal, kulupan labu siam serta sayur lodeh terong. Hem sungguh nikmat sekali terasa. 

Antrean, dan tak ada keributan. Semua sudah dapat menakar diri. Semua fokus dengan isi piring sendiri. Santap siang hampir usai, muncul sajian sesi penutup. Buah berduri. Harumnya menusuk hati sejak pertama masuk area pertemuan tadi. 

Sesi ketiga pun menjadi. Sejenak lupa diri, bersaing tak sabar nyubit isi buah berduri. Nikmatnya isi buah berduri melupakan keruwetan atas regulasi yang selalu berganti dan datang bertubi serta darah tinggi. 

" Ndak apa-apa yang penting happy, kompak bersaudara dan bisa  jalin silaturrahmi " celetuknya.


# Kenangan giat bersama Kamad
Kalianyar,  4.02.2020
Husnul Hafifah

Obrolan


Ada saja yang dibahas para papa muda dan mama muda di wa grup keluarga sore tadi. Sebagai senior grup saya lebih suka menjadi pengamat alias menikmati obrolan mereka. Kadang ikut senang,  tertawa sesuai konteks obrolannya. Kadang jadi penengah jika ada signal melenceng dari topik pembicaraan. Intinya suasana kekeluargaan,  keakraban  dalam bersaudara tetaplah menjadi perioritas utama dalam wag keluarga. 

Grup mulai ramai ketika adik sepupu  Indah (nama samaran) memposting infografis  sumber : artikel tirto.id : 'istri cerewet sumber kesehatan suami'. Di bawah infografis itu diberi caption" Mr Bahrul ada salamnya Mrs. Bahrul siap-siap dibawelin sepanjang hari mulai esok pagi katanya"

Captionnya seolah sebagai sindiran dan jelas berbeda dengan inti infografisnya. 

"Bawel tapi sayang", begitu judulnya. Omelan istri itu bisa diartikan sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian pada suami. Istri yang memiliki kecenderungan  mengomel karena  mereka memang dikondisikan lebih bertanggung tanggung jawab dalam mengelola peran rumah tangga. 

Mengomel adalah identik dengan dukungan emosional dan dorongan memulihkan kesehatan. Omelan istri itu biasanya bersifat peringatan dan mendesak para suami untuk menerapkan pola hidup sehat.

Memiliki istri cerewet membuat kesehatan suami jadi lebih baik (riset universitas Negeri Michigan).

"Senang ya seperti Om Anu tak ada yang bawelin"

Komentar keponakan ( menyindir Omnya yang sudah lama menduda_ istrinya tutup usia).

Yang disindir hanya memberi stiker gif bocah perempuan ketawa mengusap rambutnya) 

Adik sepupu (papa muda) sepertinya tidak terima dengan isi postingan  infografis itu. Tak mau kalah argumen, Ia pun berbagi argumen dengan menukil hasil penelitian.

"Terlalu banyak mengontrol juga bisa sangat berbahaya dan dapat membuat stres yang luar biasa bagi pasangan".

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pernikahan yang tidak bahagia bisa berdampak buruk bagi tubuh, hati, dan pikiran. Sebuah studi khusus yang diikuti sekitar 10.000 di Denmark, selama 11 tahun, menyimpulkan bahwa mereka yang memiliki pasangan yang banyak menuntut memiliki risiko kematian dini 50% -100% lebih tinggi daripada mereka yang hidup damai. 

 Mr Bahrul yang menjadi bahan perbincangan awal rupanya baru tersadar. Lalu dengan gaya khasnya ia pun menuliskan sebuah analogi kehidupan. 

Sopir & Kernèt 

Sopir harus sabar dan visionaris (berpandangan jauh ke depan) dan kernèt harus cerewet ( manggil penumpang )

Sopir bertanggung jawab kepada keselamatan penumpang ( termasuk kernèt), harus tahu kapan ngegas dan kapan ngerem. Kernèt memanggil penumpang dan ngomongi sopir jika ada penumpang  yang akan turun. Mesti kompak dan saling pengertian agar sampai tujuan.

Salam Satu Surga.

Lho ini apa toh yang dibicarakan kok sampe sopir dan kernet ?  
Ah, penting menulis saja biar plong rasanya. 

Trima kasih Anda sudah membaca. 

Bondowoso,  05.042021
Husnul Hafifah

Daring Tak Kenal Liburan

Foto Kedekatan Kakak Adik (dokumen pribadi) 

Hampir pukul 21.30 tadi malam, dua jejaka saya, no.1 dan no.2 datang. Katanya sih memang janjian.  Anak lanang ke -2 yang kuliah di Malang, menjemput anak no.1 yang kerja di Probolinggo. Alhamdulillah, rumah yang serasa sepi sejak si bungsu diantar ke asrama pekan lalu, kini semarak lagi. 

Ruang keluarga, ruang tamu,  dan kamar tidur yang biasanya tertata rapi, hari ini kembali berantakan lagi. Barang bawaan mereka: tas, hp, laptop, carger hp,  carger laptop, roll meter, baju ganti, bergelatakan selengekan. Kilahnya, "Bukti adanya kehidupan".

Benar juga sih, rumah ditinggal penghuninya serasa sepi, tak ada geliat,  tak ada aktivitas. Kedatangan mereka, di sela-sela kesibukannya bertujuan mengobati  kangen pada rumah dan penghuninya, _khususnya ayah bundanya, saudaranya, lalu masakan rumahnya.  

Bagi anak no.1,  tanggal merah hari Jumat, merupakan hari istimewa. Ia bisa pulang dengan mengajukan cuti di hari Sabtunya. Berlibur di rumah cukup panjang, bisa menginap 2 malam. Di samping kondisi covid, dia memang tidak pulang tiap bulan, perusahaannya menerapkan 6 hari kerja. "Jika pulang tiap bulan kecapaian di jalan", pungkasnya.  

Sementara yang no.2, biasanya pulang tiap bulan,  atau kapan saja dia senggang. Apalagi kuliahnya tetap daring, bisa dilakukan di mana saja, dan kapan saja. Seperti yang diceritakan ketika sarapan tadi pagi. Malam ini  pukul 18.00 Ia masih ada UTS.

"Lho kan libur toh le? " 
"Namanya saja daring Ma, tak kenal liburan, yang penting ada jaringan dan paket data, dan dosennya sempat", imbuhnya. 

Sempat? tanya hati saya. Iya Dosen itu kan guru juga. Hanya beda yang dihadapi. Tugasnya mirip -mirip, mungkin lebih banyak dan berat. Mulai membuat perencanaan , pelaksanan, dan penilaian pengajaran. Belum lagi pembimbingan mahasiswa  skripsi/tesis, pendampingan  KKN dan PPL, penelitian, menyusun laporan  penelitian, menulis jurnal dll. 

Belum covid saja tugasnya sudah berat apalagi dengan kebijakan perkuliahan daring,   tugasnya kian berat manakala personnya belum siap dengan IT. Dosen pun juga perlu terus belajar untuk meningkat kualitas diri, sebagaimana halnya dengan guru. 

Pandemi  covid menghancurkan tatanan kehidupan pada satu sisi. Namun pada sisi lainnya membawa kebaikan, mengetuk kesadaran kita semua untuk cerdas menemukan solusi. Bagi para guru, pandemi covid menjadikannya guru terus belajar, terampil menggunakan IT untuk keberlangsungan pendidikan. 

"Bukan masalah sempat tak sempatnya le!", saya berupaya memberikan pengertian. Ada nilai penting yang ingin ditanamkan dosen pada mahasiswa. Nilai itu membentuk sikap mental mahasiswa agar selalu siaga. Mengokohkan pribadi bermental tangguh, supaya tidak cengeng ketika terjun di masyarakat. 

"Lihat itu Kakakmu,  niat pulang mau berlibur, eh kok ya malah tetap bawa kerjaan kantor."

Daring oh daring !


Bondowoso, 2 April 2020
Husnul Hafifah

Buah Kembang Wijaya Kusuma




Penampakan buah wijaya kusuma

Ketika masih kanak-kanak, saya sudah familiar dengan bunga unik ini. Disebut unik mengingat mekarnya sesaat,  dan orang biasanya rela menunda tidur malamnya demi ingin melihat mekarnya sempurna. Bunga ini mekar sempurna dan menyebarkan harum semerbak  sekitar pukul 11 malam. Karena sifatnya inilah maka kembang wijaya kusuma dijuluki si ratu malam (Night Blooming Cereus)

Saya (kecil) dulu,  sering tertidur di kursi saat menunggu, ingin melihat mekarnya wijaya kusuma. Tanaman itu tumbuh liar di samping rumah merambat tinggi pada pohon jeruk bali. 

Bunga Wijaya Kusuma atau dengan nama latin  Epiphyllum anguliger.
Siapa sangka tumbuhan yang sepintas jika dilihat namanya asli Indonesia, nyatanya berasal dari Venezuela,  Amerika Selatan. Konon tanaman ini masuk ke Indonesia  dibawa orang cina. 

Sekitar 4 tahun lalu, saya mendapatkan 1 pot tanaman elegan dan langka ini dari seorang teman. Hanya saja jenisnya berbeda dari yang saya kenal puluhan tahun lalu. Bunga wijaya kusuma yang kutanam di pot gantung pada halaman rumah jenisnya kecil. 

Sejak Januari 2021, sudah beberapa kali kembang wijaya kusuma berbunga. Sisa mekar bunganya juga masih bisa dinikmati hingga pagi hari. Yang membuat takjub, saya menemukan penampakan merah menyala berbentuk bulat telur di sisi daunnya. 

Alhamdulillah ternyata seumur- umur  saya baru  tahu jika bunga wijaya kusuma memiliki buah. 

Bagaimana dengan Anda, sudah tahukan dengan penampakan buah kembang wijaya kusuma?

Bondowoso,  1 April 2020
Husnul Hafifah