Mengungkap Rasa Penasaran Mereka Yang Kian Penasaran

Author
Published September 07, 2020
Mengungkap Rasa Penasaran Mereka Yang Kian Penasaran

" Menceritakan keindahan alam,  apa menceritakan suasana hati yang penasaran. Apa hubungan dengan terik menyengat bayu kencang menerjang, sejiwa tumbang, ranting mengering, sejuk menyenyap sepertinya banyak kalimat yang mengungkapkan kesedihan hati.Jadi semakin penasaran.Sebenarnya apa yang dimaksudkan ?"

Itulah sekelumit ungkapan penasaran ketika pembaca, membaca postingan berjudul  "Mencoba Membuat Haiku"
Sebagai penulis yang baik hati _ bukan puisinya yang baik ya! He he he  mimpi melambung tinggi bila puisinya bisa bersanding dengan penyair ternama. Abaikan puisinya, catat saja semangatnya.

Buat yang penasaran , ini merupakan sebentuk tanggungjawab, penjelasan sebisanya. Puisi ini berisikan rasa penasaran yang begitu kuat dari si penulis untuk bisa menyusun larik larik Haiku. Sepintas untai kata yang berstruktur 575 ini terlihat simpel dan begitu sederhanya.

575 merupakan kata kunci dalam menulis puisi tradisional yang berasal dari jepang. Haiku melambangkan /wujud keindahan alam (syibumi ) lukisan keindahan dan peristiwa di sekitar kita.

 Hanya 3 larik. larik 1 terdiri atas 5 suku kata, larik 2 berisi 7 suku kata dan larik 3 kembali pada 5 suku kata. Terlihat sederhana, begitu sederhana. 

Kesederhanaan yang tersurat mengundang si penulis untuk mencoba memraktikkannya. Yang dikira sederhana, ternyata tidak begitu realitanya. Berulang membuat berulang gagal. Namun tak ada rumus menyerah. Rasa ingin bisa membuat Haiku tak bisa dibendungnya. 

Sebagai bukti rasa penasan penulis simak saja 4 Haiku yang dicobanya.

Haiku 1.
terik menyengat
haus melahap rasa
estea menggoda

Proses pembuatan puisi terinspirasi wa putra keduanya, yang kuliah di UM, semester 5. Pamit ke kostnya di Malang untuk berkoordinasi dengan Dosen Pengampu salah satu matkul, saat kuliah perdana dia tidak terdaftar. Ijin ke Malang tak lama, bilangnya akan kembali secepatnya. Saat hari yang dijanjikan pulang, si ibu menemukan Wanya:

 "Mama saya nanjak dulu ya! "Assalamualikum"

 Si ibu  tidak lagi mampu berkata- kata. Selain menguntai bait doa  semoga Allah melindungi perjalannnya. Pendakian ke gunung dengan dalih menikmati keagungan ciptaaan dari Sang Maha Pencipta. Senyampang masih muda, belum bekeluarga dan kesempatan itu ada. Begitu rayuan maut pada Ayah dan mamanya ketika hendak melalukan petaulangan di semesta.

Suasana dan terik matahari yang begitu menyengat, tidak akan menyurutkan semangat para pencinta gunung untuk menghentikan pendakiannya. Seperti halnya dia saat melakukan pendakian. Merasakan panas luar biasa di bawah terik matahari, memunculkan rasa haus yang luar biasa. Seteguk air dingin (esteh) dan sebangsanya akan menjadi barang yang sangat berharga,   dirindu untuk pelepas dahaga. 

Dalam kehidupan abadi seteguk air dingin ( semacam es) kelak akan menjadi barang yang sangat dirindu para penghuni neraka!

Haiku 2

embusan bayu
Kencang menerjang dahan
sejiwa tumbang

Tak ada yang bisa menyangkal atas nikmatnya tiupan angin yang sepoi sepoi. Semilirnya yang kita rasa rasa  membuai melenakan siapa saja. Sebuah gambaran kala manusia diberikan nikmat sehat, nikmat sempat, nikmat umur, nikmat harta mudah lupa diri. lupa jika kehidupan itu tiada abadi. Angin yang bertiup demikian kadang membuai dan melenakan namun tak jarang angin juga bisa kencang menjadi badai yang siap menerjang apa saja, juga merenggut korban jiwa.

Puisi 3
ranting mengering
diterpa angin senja
gagak menjejak

Siklus kehidupan makhluk, tumbuh, berkembang, besar, menua dan mati. Diibaratkan pohon, ranting yang mengering adalah ranting yang mati Yang kering akan runtuh ketika diterpa angin.

Lukisan alam yang digambarkan melalui ranting kering , diterpa angin senja kemudian ada burung gagak menjejak. Sebagai perlambang bahwa setiap kematian itu pasti datang. Namun tak sedikit yang beranggapan bahwa kematian itu wajar bagi mereka yang sudah tua. Kabar akan kematian  seseorang biasanya ditandai isyarat lengkingan suara burung gagak.

Puisi 2 dan 3 merupakan lompatan pikiran dan perasaan seorang ibu, memikirkan kemungkinan terburuk dari pendakian yang dilakukan putranya bersama kawan-kawannya

Puisi 4

sejuk menyenyap
di ketinggiian Buthak
amboi indahNya

Menggambarkan keindahan lukisan alam , yang dicipatakan Sang Maha Pencipta, setelah melalukan pendakian yang melelahkan, namun nikmat dan takjubnya Masyaallah, bertambah rasa syukur dan kekaguman setiap hamba yang menyaksikannya, lalu pada nikmat Tuhan yang mana lagikah yang akan Engkau dustakan.?

Kiriman vidio dan 2 emoticon bercucur air mata  benar melegakan perasaan seorang ibu kala itu!.
"Mam, sudah mo nyampe kosan"


Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021