Tiga Jam Bersama Ibu “Kanjeng” Sri Sugiastuti

Author
Published Juni 06, 2020
Tiga Jam Bersama Ibu “Kanjeng” Sri Sugiastuti

Jumat, 5 Juni 2020

Belajar Menulis Gel. 12

    Materi :

               

 Malam ini saya kembali mengikuti perkulian kelas menulis daring melalui wa. Seperti biasa setelah ijin pada tuan rumah ( om Jay). Ibu Fatimah selaku moderator membuka kelas dengan diawali salam. Memanjatkan doa dan harapan agar peserta semuanya sehat. Serta saran agar tetap DJTIS. Saya sendiri tidak paham akan singkatan dimaksud, beruntung ada yang nyelutuk menanyakan akhirnya saya tahu Displin, Jujur, Tulus Ikhlas dan Sabar. Lalu Ibu Fatimah menyilakan ibu Sri Sugiastuti, M.Pd selaku narasumber untuk menyampaikan Materi.

Ibu Sri Sugiastuti nama penanya adalah Ibu Kanjeng. Saya beberapa waktu sudah mengenal beliau melalui tulisan-tulisannya yang diposting  pada wag Rumah Virus Literasi. Tidak hanya tulisan beberapa kali ini ibu Kanjeng juga mengunggah video mendongeng untuk anak serta tips kesehatan. Bu kanjeng seperti yang diceritakan orangnya tak bisa diam dan rasa ingin tahunya yang masih nomer 1, sekarang selain sebagai penulis, juga merambah ke youtuber.

Untuk meyakinkan pembaca tentang siapa dan bagaimana beliau berkiprah dalam bidang literasi ada baiknya saya sampaikan  profil ibu Kanjeng. Sebagaimana dalam pepatah Tak Kenal Maka Tak Sayang

Agar kenal dan sayang maka baca profil dulu!

Profil

Terlahir dengan nama Sri Sugiastuti,  8 April 1961. Merasa terlambat belajar menulis. Ia menghabiskan masa kecilnya di Jakarta sejak usia 1 tahun hingga lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS setelah lulus mengajar di Jakarta hingga ahun 1990. Cinta dan tanggungjawabnya pada keluarga membawanya  hijrah ke Solo sejak tahun 1990 hingga saat ini. 

Karir menulisnya dimulai ketika usianya jelang setengah abad. Di mana Ia kuliah S2 jurusan Pengkajian Bahasa Inggris yang linier dengan jurusan yang diambilnya di S1.UNS. Tahun 2010 jadi tahun keberuntungannya ketika 2 bukunya bisa terbit, Buku “SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK” penerbit Erlangga, dan buku antologi “ Diary Ketika Buah Hati Sakit”. Naskahnya sebagai pemenang ke 3.  Buku kroyokan lainnya bersama Kompasianer tahun 2014 “25 Kompasianers Merawat Indonesia” dalam rangka hari Kartini. Satu lagi berjudul “ Indonesia Satu “ penerbitnya Indie Peniti Media. Beberapa buku antologi Muara Kasih Ibu, Move on, Go to 2020, dan Move on. 

Tahun 2013 terbit 3 bukunya. 1 buku Parenting berjudul “Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islami” penerbit Mitra widyawacana Jakarta. Novel Hidayah “ Kugelar Sajadah Cinta” penerbit Indie Bentang Pustaka Sidoarjo dan “Deburan Ombak Waktu” penerbit Indie Goresan Pena  Cirebon. Tahun 2015 Buku “SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK edisi baru, penerbit Erlangga. Tahun 2016 buku “ The Stories Cakes For Beloved Moms’ penerbit Indie Oksana dan tahun 2017 buku “ The Stories of wonder Women’ Penerbit Mediaguru. Tipuan Asmara (Novel), Wow Engish is So Easy Kids, Perempuan Terbungkas, (Novel) Catatan Religi Bu Kanjeng(Motivasi), Merawat Harapan (Parenting), The Power of Mother’s Prayer (Parenting) Masuk Surga Karena Anak (Parenting)

Kesehariannya ia mengajar, pegiat Literasi, pengurus TPQ di masjid Al Fath, Blogger, Komunitas berbagai kepenulisan baik online maupun offline, salah satunya aktif di blog Gurusiana dan Komunitas sejuta guru ngeblog. Pegiat Literasi Nusantara  dan Duta Bunda Baca Soloraya.

Penulis memiliki 4 orang anak dan suami siaga yang selalu mendukung segala kiprah istrinya yang positif. Penulis bisa dihubungi di astutianamudjono@gmail.com , www.srisugiastutipln.com Akun FB Astutiana. M,@Astutiana.M. IG. Astutianamudjono. Atau WA 089692593804.


Malam ini materi pada sesi pertama disampaikan melalui wa voice, suaranya yang lembut dan merdu membuat pendengar betah menyimak pengalaman bagaimana beliau berproses menulis buku. Kisah awal bu kanjeng menapak di dunia kepenulisan ketika usianya tak lagi muda. Beliau mulai menulis saat usia sudah 50 tahun. Prinsip hidupnya “Better late than never” yang mengantarkan dirinya terus berusaha, belajar sehingga ketahigan menulis buku, mengupgride diri agar naik kelas. 

Tahun 2007  setelah jeda 25 tahun, beliau melanjutkan kuliah  kuliah S2. Dari sinilah bu Kanjeng ber kenalan dengan internet, medsos ,perpustakaan dan  ke toko buku . Dan menemukan buku karangan Ersis atau biasa disebut Kang ewa berjudul menulis itu gampang. Termotivasi dan meyakini bisa menulis. Tekad menulisnya pun kian menyala.

Kemudian  diajak teman MGMP  Bahasa Inggrisnya  untuk menulis. Beliau akhirnya bersama  temannya ditamabah 1 orang provider menulis  Seri Pendalaman Materi  untuk SMK.  Proses menulis selama 6 bulan.  Buku SPM dipakai untuk skala nasional. Dan dicetak oleh penerbit mayor ( Erlangga). Pengalaman menulis  buku ini memberikan banyak  keuntungan  juga kepuasan karena dipakai secara nasional serta bisa menikmati royalti tiap semester, bukunya yang laris manis menghasilkan pundi pundi ke rekning pribadinya. Nominalnya membuatnya tercengang dan bersyukur. Keuntungan yang di dapat digunakan untuk peningkatan kompetensi diri. Menurutnya memasukan tulisan untuk dicetak secara mayor apalagi di penerbit Airlangga adalah sulit. Akan tetapi juga bukan faktor kebetulan ,ia meyakini bahawa hal itu  merupakan cara Allah menemukan takdir dari tulisan yang dibuatnya.

 

Buku yang banyak mengisi pundi rekning  Bu Kanjeng.

 

 

Selain di penerbitan mayor bu Kanjeng juga menerbitkan buku-bukunya di penerbitan indie. Tahun 2009 menulis, tahun 2010 menerbitkan buku namun masih menggunakan nama pena. Namanya  adalah Astutiana Mariono. Sebagai penulis pemula ia menulis apa yang ada di hati. Buku pertama  setebal 418 halaman, mengisahkan minibografi orang tua atau ibunya mulai remaja hingga penulis berusia 50 tahun. Di samping itu juga beliau menulis ontology bersama komonitas yang diikutinya seperti emak bloger ,kompasiana dsb. Dengan  menulis banyak teman ,belajar jenis tulisan dari teman-teman dan akhirnya menjadi ciri tulisan diri sendiri.

Banyak inspirasi yang bisa didapat dari sosok bu kanjeng, di antaranya rasa ingin tahunya yang besar, getol dan suka bersilaturrahmi membuatnya tak kenal batasan umur tuk terus belajar. Pernah untuk meningkatkan kompetensi diri dalam menggunakan berbagai apalikasi terkait dunia kepenulisan beliau mengundang mentor dan itu tidak gratis , hasilnya kurang memuaskan. Hanya sekerdar memberi pengalaman saja. Berbeda dengan sekarang banyak hal yang diberikan secara gratis. Jadi ibaratkan pepatah jika ingin jadi penulis maka bergaullah dengan penulis. Teman bergaul akan banyak mewarnai kehidupan kita. Konsep ini juga yang menjadi pengamalannya dalam kehidupan sehari harinya..

Seiring berjalanya waktu Bu Kanjeng naik  kelas,  kegetolannya menekuni bidang kepenulisan, beliau akhirnya sering mengikuti pelatihan pelatihan dan bedah buku  baik secara luring dan daring bersama Media Guru. Ia terus berkiprah untuk berbagi dengan para guru dalam pengalamannya menulis buku dan menerbitkan buku. Dan sejak 2013 Bu Kanjeng bertemu dengan Om Jay. Banyak kisah dibalik buku –buku yang  diterbitkannya. Seperti buku minibiografinya yang setebal 418 halaman, itu baginya dapat menjadi ide –ide dalam mengembangkan tulisan tulisan berikutnya. Dari buku buku yang diterbitkan banyak pesan yang dititipkan kepada pembaca, seperti inspirasi, hikmah serta pelajaran hidup yang sangat berharga.

Sesi Tanyawab

 Dari sesi Tanya jawab banyak sekali pertanyaan yang disampaikan penanya. Baik itu mengenai pengalaman sebagai penulis dipenerbit mayor, Indie, jenis tulisan, trik jitu dalam menulis. Apa saja yang harus ditulis, apa itu fakta, fiksi ontology, trik agar tulisan dilirik oleh pembaca dll. Saya tertarik untuk mencatat pertanyaan mengenai kesulitan terbesar dalam menulis. Menurutnya kesulitan terbesar , awalnya adalah dalam manjemen waktu dan konsistensi. Semua bisa dilawan dengan mengubah mindset kita. Yakni Jadikan menulis sebagai kebutuhan bukan kewajiban.

Untuk pertanyaan lainnya jawabannya bisa ditemukan ketika membaca materi berupa Tip Menulis dari Bu kanjeng. Untuk Materi akan diuraikan tersendiri ( bersambung)

Kesimpulan

Menulis itu keterampilan, bukan bakat. Jadi latihlah, tulislah berbagai ide yang berserak di sekitar kita. Jadikan menulis dan membaca sebagai gaya hidup. Tentu saja membaca dengan selektif dengan kacamata yang utuh. Istikamahlah dalam menulis . Biarkan tulisan itu menemui takdirnya Jangan risaukan, tetaplah menulis dan belajar mengupgrade diri agar naik kelas ( Sri Sugiastuti)

Penulis : Husnul Hafifah, S.Pd
Instansi: Kemenag Kab. Bondowoso

5 komentar

  1. Alhamdulillah, tulisan nya cukup menggoda dan lengkap menulis lah setiap hari dan tambahkan bumbunya biar meresap ke dalam jiwa pembaca , bumbu nya bisa berupa gambar, video atau warna tulisan.terimakasih banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih masukannya bu,..untuk memberi bumbu yang cocok masih perlu bertanya tanya he he lemot...masih perlu banyak mentor, mempercantik blog apalagi masih banyak bingungnya...

      Hapus
  2. Alhamdulillah, semalam saya bisa berbagi dan diulas kembali dengan cantik di blog ini semoga membawa keberkahan dan ada ibrahnya ke depan Aamiin YRA.

    BalasHapus
  3. Tulisan luar biasa. Mengalir lancar.

    BalasHapus
  4. Keren bunda...
    Semakin menarik dg foto2nya

    BalasHapus

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021