LABORATORIUM ALAM KAMPUNGKU

Author
Published Juni 29, 2020
LABORATORIUM ALAM KAMPUNGKU
Pesona alam kampungku di pagi hari 


Dingin menelusup menembus belulang.Telapak tangan berasa kaku. Kakiku masih terlipat di atas kursi. Enggan diajak menapak bumi. 
 
 Teringat pesan si bungsu sebelum tidur semalam. Ngajak jalan jalan pagi. Segera kususul ke kamarnya, untuk penuhi pesannya. Kebiasaannya selama  LFH , usai shalat subuh balik lagi ke atas kasur bilangnya mager, tapi sering kebablasan tidur. Badan bongsor pipinya tembem. Hem susahnya, mengingatkan selalu  berulang belum ketemu sadarnya.

Jam dinding di angka 5.30, termometer yang tergantung di tembok di angka 19 pantas, jika tidak dipaksa bergerak membuat siapa pun pasti akan malas.
Berdua dengan si bungsu saja kulangkahkan kaki ini menyusuri pelataran menuju gang di depan rumah. Kami mengambil arah ke kanan menuju akses jalan ke luar kampung  dan mengarah pada jalan raya jaraknya sekitar 500 m saja.
 
Segar rasanya menikmati udara pagi. Kabut masih menggantung di dahan dan ranting pepohonan. Tampak pepohonan dengan daun yang kaku kedinginan. 
Sepanjang jalan menuju kampung pada kanan kiri masih merupakan ladang, umumnya ditanami pohon sengon yang kadang disela dengan tanaman jagung.
 
Sambil menyusuri jalanan  yang sepanjang permukaannya aspalnya mengelupas nyaris tanpa bekas, hanya terlihat batu batu kecil menyembul. Jika musim kemarau berdebu dan jika penghujan penuh lumpur. Aku lebih banyak bersuara memecah kesunyian. Membubarkan fokus si bungsu pada gawai sambil berjalan.
 
Jalanan menuju menuju kampung mudah rusak, untuk perbaikan masih menunggu proyek dari pemerintah atau janji dari para anggota legeslatif dulunya pada masa kampanye menitipkan janji untuk dipilih. Hampir satu tahun kondisi jalan kampung seperti ini. Semoga usai covid 19 segera diperbaiki.
 
Kondisi  kampung yang asri dengan beragam tumbuhan sebenarnya merupakan laboratorium alam bisa dipakai mengenalkan berbagai jenis flora yang ada. Sayangnya wawasan kusendiri tentang flora kurang. Berberkal wawasan kurang  akupun berupaya mengenalkan jenis tumbuhan.  Asyik juga ketika bisa menyebutkan nama yang tepat dari tumbuhan yang dijumpai.
 
Ada beberapa nama tumbuhan yang kutemui dan kutahu namanya . Seperti pohon : sengon, jati, mahoni, pisang, kelapa, pinang, pepaya, kelor, bambu, sirsat, mangga gadung,  mangga arum, durian, jambu biji, belimbing wuluh, jeruk purut dan jeruk limau. Itu beberapa nama pepohonan yang kuperkenalkam pada si bungsu saat jalan jalan tadi.
 
Selebihnya masih banyak, namun sayang aku sendiri tidak tahu namanya, Terlebih tumbuhan liar lain yang memenuhi ladang sepanjang jalan menunju kampung. Aku yakin dari sekian tumbuhan liar itu ada banyak herbal yang kaya manfaat.

Rupanya aku harus menyudahi jalan jalan pagi.  Klason Sepeda motor tukang sayur menghentikan langkahku.  Seperti biasa aku berbelanja, membeli sayur dan kawan- kawannya. lanjut memasak apalagi hari ini hari Ahad. Sungguh akan menambah nikmat jika bisa menikmati sarapan pagi bersama keluarga dalam formasi lengkap.


Bondowoso, 28 Juni 2020
penulis Husnul Hafifah 






 

7 komentar

  1. Tulisan perjalanan nya menarik. Sederhana dan mengalir cerita nya meskipun masih ada typo atau kurang kata penghubung. Tapi, InsyaAllah dengan semakin banyak tulisan, semakin deras pula aliran ceritanya. Semangat.

    BalasHapus
  2. Ya...selalu ada inspirasi ..bagus tuh..jalan di pagi hari...pulangnya langsung nulis...mantap bun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai pembuktian ide itu dimana mana...makasih mbak aisy

      Hapus

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021