Menulis Meracau
Koki Dan Penulis
Bahagia
Trio Bolang ( Cerita di Balik Foto 2)
Cerita foto 1
Pelesiran
Telepon Dari Dianna
PJJ Daring Picu Darting
Seperti yang kita pahami bersama bahwa pembelajaran jarak Jauh (PJJ) merupakan solusi atas pelaksanaan kegiatan pembelajaran bagi zona di luar hijau. Pelaksanaannya ditetapkan berdasarkan SKB 4 menteri. Ada 3 moda dalam PJJ, pertama daring, kedua luring dan ketiga kombinasi.Bagaimana implementasi PJJ ini? Yang bisa menceritakan tentunya pertama adalah guru mengingat guru merupakan ujung tombak dari kegiatan, yang kedua adalah orang tua selaku pendamping anak saat kegiatan BDR dan ketiga adalah siswa sebagai pelaku sekaligus pembelajar.PJJ pada satu sisi, membuat guru keluar dari zona nyaman. Perubahan dari pola mengajar tatap muka menjadi pembelajaran dari rumah menuntut mereka untuk berbenah. Memperbaiki kualitas diri, terutama dalam penggunaan media pembelajaran berbasis IT. Guru dituntut belajar secara mandiri, mengikuti pelatihan pelatihan, webinar baik gratisan dan berbayar. Guru yang tidak mau belajar akan habis dihajar perubahan.Banyak sekali kisah inspiratif, menyenangkan dalam PJJ utamanya tentang keberhasilan para guru dalam daring. Bagaimana mereka mendesain pembelajaran memanfatkan IT, memadukan penggunaan berbagai aplikasi sebagai media, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Jejak rekam kisah guru dalam PJJ ini bisa dibaca dalam berbagai buku antologi seperti yang diterbitkan MG atau juga bisa dijumpai pada blog gurusiana, Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) bersama PGRI, kompasiana, di facebook, IG dsb.Sebaliknya banyak juga cerita atau kisah kegagalan atau duka dari PJJ yang tidak dituliskan oleh para guru.Bisa jadi karena tema tema yang diusung hanyalah tentang keberhasilan dari daring itu sendiri, Kecanggihan IT memang sudah tidak dipungkiri, terkadang guru sudah siap materi dengan berbagai media berbasis digital dan IT, bahkan pemerintah dalam hal ini Kemenag, misalnya sudah menyiapkan media seperti E-learning sebagai salah satu media pembelajaran daring. Melalui E- learning guru bisa memberikan materi pembelajaran berupa modul, artikel, link video dll. juga ada fitur untuk CBT online, Komplit dangan penilaian/ulangan dilakukan terintegrasi daring. Web ini memang didesain khusus untuk pembelajaran daring. Jika benar -benar dimanfaatkan pembelajran akan lebih efektif dibandingkan hanya memanfaatkan grup WA. Apalagi Kemenag sudah menyediakan web hosting dan domain gratis. Jadi madrasah tidak perlu menyediakan server fisik ataupun menyewa hosting dan domain berbayar.Apa masalahnya? Sebagus apa pun medianya, sama dengan media daring lainnya. Membutuhkan paket data/internet, butuh HP atau laptop. Bagi orang tua yang bermukim di pedesaan HP/laptop dan signal masih merupakan barang langka dan sulit dijangkau. Jika hal kunci ini tidak tersedia maka tetap sia-sia. Guru tidak akan bisa bercerita bagaimana asyiknya PJJ daring. Terlebih di pesantren yang notabene santri/ murid dilarang membawa hp.PJJ daring juga tidak selalu bersensasi menyenangkan, baik itu yang dirasakan sebagian guru dan dirasakan sebagian orang tua. Seperti yang dituturkan oleh seorang kepala TK terkait daring yang dilakukannya setiap hari melalui wa pada orang tua. Hpnya sering eror, memori penuh, tiap hari pikiran tegang. Gegara daring mengubah tensi menjadi darting ( darah tinggi).Yang tak kalah "dartingnya" adalah orang tua terutama ibu, tugasnya menjadi tidak sekedar double ngurus rumah, masak, ngurus anak , ngurus belajarnya anak. Bertumpuknya pekerjaan rumah yang tidak berkesudahan, memudahkan emosinya meninggi. Anaknya sulit "diajari" jadi sasaran kemarahan dan disakiti. Duh ibu tega sekali, kenapa seperti ini? Selengkapnya di sini
Salam literasiBondowoso, 19082020
Penulis : Husnul Hafifah
Hanya Sebentar
Olemmen
Kunjungan Maya
Agustus sudah memasuki pekan kedua. Namun corona belum mereda. Tak ada tanda akan berlalu dari kota-kota penjuru negriku. Bahkan pekan pertama Agustus kotaku yang sudah di zona kuning kembali merah merona, merata di seluruh penjuru kampungnya. Lonjakan terpapar dan positif covid melesat tinggi. Gundah dan gelisah kembali melanda. Secercah harapan menuju zona hijau sirna sudah.Ahamdulilahnya selang dua hari zona merah, di peta mulai bermunculan kembali warna kuning. Sebuah keajiban luar biasa, Mungkin lantunan dao- doa yang diijabah ataukah sebuah permainan belaka. Ada pertanyaan besar memang dari status zona yang begitu singkatnya berubah. Ah entahlah aku tak ingin tahu urusan apa di balik pandemi ini. Biarlah itu urusan mereka, aku akan mengerjakan urusanku saja.Hari ini agendaku adalah mengunjungi sebuah sekolah. Jarak tempuh jika lewat jalur semestinya -+ 20 KM. Namun jika lewat jalan pintas bisa hemat 10 KM. Perjalanan 10 KM itu sangat mengasyikkan. Walau jalannya tak semua mulus, jalanan berselang seling 1 km mulus, 1 km berikutnya aspalnya terbuka, dengan batu batu menyembul kadang berlubang dan menganga. Jika tidak fokus siku dan lutut kaki taruhannya. Begitulah kondisi jalanan hingga menuju pelataran sekolah yang saya kunjungi hari ini.Suguhan alam yang masih asri, sejuk sepanjang jalan kanan kiri diapit hamparan sawah nan luas. kadang ditanami padi, tembakau, jagung sesuai musimnya. Berselang seling dengan pemukiman penduduk. Sungguh merupakan pemandangan yang melenakan mata lupa jalanan tidak rata, lupa berkeluh kesah.Terlebih bila Agustus tiba , sepanjang jalan perkampungan dihias sebegitu rupa. wujud nyata betapa mereka begitu cinta tanah airnya.Lima bulan sudah berlalu, aku belum pernah lagi melintasi jalanan itu. Perjalanan di Agustus menuju sekolah kali ini sangatlah berbeda. Aku tak melintasi jalanan seperti biasanya . Tak kulihat pemandangan asri penyejuk mata, hiasan dengan segala pernah pernik penghias kampung tak kujumpa. Perjalananku kali ini adalah perjalanan maya, melalui wag suatu sekolah.Aneh memang kedengarannya wag menjadi pilihan jitu sebagai kendaraan menuju sekolah saat pandemi mengelilingi. Mengapa bukan zoom, webex, goegle meat dan sejenisnya sebagai media. Ya itulah realita, dan hanya itu yang bisa, itu pun bukannya tanpa kendala."'Pukul 07.33 aku mengetuk pintunya namun belum ada sahutan. " Terlalu pagi!' pikirku. Aku sabar menanti sambil meneruskan perjalanan maya ke tempat lain. Di wag sebelah aku menemukan tulisan tentang ajakan evaluasi pelaksanaan PJJ daring dan luring dari seorang guru blogger Indonesia. Ajakan ini rupanya satu benang merah dengan agendaku. Ingat agenda segera aku kembali pada tujuan perjalanan mayaku.Sekali lagi, saat jam dinding di angka 8. kuketuk pintu wag sekolah itu dengan salam. Sama, tak ada sahutan. Kucoba mengintip ke dalam, separuh penghuninya tahu jika aku menyapa. Mungkin udara dingin penyebabnya, sendi-sendi jemari mereka kaku, hingga tak kuasa untuk digerakkan sekedar memencet tombol gawai , menjawab salamku.Sabar, sabar, begitu aku selalu mengingatkan diri saat emosi mengarah tinggi. Coba evaluasi ! Aku sadar, aku selalu menganggap sekolah utamanya kepala sekolah nalarnya sudah jalan. Kesalahanku dalam memberikan informasi dan instruksi tidak mendetail. Seperti yang hari ini terjadi, dalam bayanganku walau KBM luring guru -guru standbye mulai pukul 7. Eh ternyata aku salah. Hari ini guru -guru malah diundang pukul 08.30 oleh kepala sekolah.Pantaslah, ketuk pintu, dan salamku hanya diintip saja. Rupanya para guru komitmen dengan undangan kepala sekolah. Menjawab salam saja menunggu kepala sekolah.Tak mengapalah penting semangat mengajar mereka di masa pandemi masih menyala.
Salam literasiBondowoso, 12082020Penulis: Husnul Hafifah
Satu yang Tak Enak
Ahmad Subarjo, lahir di udik. Anak bungsu
dari 5 bersaudara. Bapak-Emaknya adalah petani, yang tidak mengenyam pendidikan
tinggi hanyalah lulusan SD. Bermodalkan doa dan ketulusan cinta orang tua serta
kakak kakaknya Ahmad Subarjo yang biasa dipanggil Paijo bisa mengenyam
pendidikan tinggi, lulusan S3 di luar negeri.
Nasib membawa Paijo jadi orang sukses, ia
tinggal di perumahan elite bersama seorang istri dan kedua buah hatinya.
Kesuksesan Paijo tidak membuatnya ia lupa diri. Ingatannya pada bagaimana peluh
Bapak dan Emak yang mengucur di jidat dan punggung di bawah terik matahari kala
di sawah. Pada tangisan lirih si Emak dipenghujung malamnya. Bayangan para kakaknya yang berjuang keras dan secara berpatungan menyumbang biaya ketika akan membayar
uang bulanan dan biaya kuliah. Semua jelas tak lekang dan melapuk. Paijo tak
ingin dianggap anak durhaka seperti kisah Malin Kundang.
Singkat cerita saat liburaan
diboyongnya Bapak dan Emak serta kerabatnya ke Jakarta. Dibawanya mereka
ketempat-tempat hiburan, mall dan restoran ternama. Ada ragu pada sorot mata
Bapak dan Emaknya saat diajak ke restoran. Namun berkat breefing yang diberikan
akhirnya mereka setuju saja. Dipesanlah menu menu makanan termewah untuk
kerabatnya. Kerabatnya tanpa ragu mengikuti bagaimana Paijo mengambil makan dan
menyantapnya. Semua dicicipinya satu persatu. Mereka terlihat puas dan manggut
mangut. Paijo melirik pada Bapak, Emak serta saudaranya. Semua mengacungi
jempol.Tiba tiba Bapak Paijo buka suara, cuma satu yang tak enak le, iku sing
bok jumuk keri keri! Paijo terperanjat dan ia pun menahan tawa geli takut berdosa. Ia masih ingat
terakhir kali Paijo mengambil tusuk gigi.
Salam literasi
Bondowoso, 11082020
le : sebutan untuk anak laki laki
Iku sing bok jumuk keri keri: itu yang kamu ambil paling akhir
Kejutan
Memburu Penasaran ke Library cafe
Rasa penasaran yang sudah di ubun-ubun. Mendorongku untuk berangkat berburu memenuhi hasrat penasaran. Bersama teman setiaku, scopy butut pukul 08.10, dengan bassmalah kutancap gas keluar dari pelataran rumah.Tulisan Diana _teman SMPku, di wag Ikatan Guru Madrasah Penggerak Liiterasi berjudul library Cafe dua hari lalu, memancingku. Foto -foto pendukung tulisannya seakan menjadi kumparan magnet yang menarikku menuju pusarannya. Selain itu di library cafe hari ini menjadi pilihan panitia sebagai tempat pelatihan membuat blog bagi komunitas IGMPL. Klop ! Aku tak bisa mengelak untuk tidak memburunya. Walau aku tak mendaftarkan diri secara resmi, tak ingin hati ini melewatkan kesempatan itu. Sebetulnya sih sejak 3 Juni lalu aku sudah punya blog pribadi, sebelumnya juga rajin mengisi blog royokan Gurusiana. Aku merasa masih banyak hal yang harus kupelajari.Sebagai penduduk kota kecil -Bondowoso, tak sulit untuk menemukan tempat cafe itu. Mungkin efek kurang literasi atau karena merasa sok tahu -gengsi bertanya, perjalananku kelebihan 1 KM jauhnya dari tempat yang dituju. Benar ternyata "Malu bertanya sesat di jalan"Putar balik akhirnya sampai juga, acara sudah dimulai, sambutan ketua IGMPL sudah hampir diakhiri. Penasaran pertamaku terbayar saat masuk library cafe yang telah dipenuhi peserta namun masih ada tempat tersedia untukku bersimpuh bersama peserta lainnya. Sapuan mata kilat menembus segala penjuru ruangnya. Kagum, bangga melihat sajian cafe yang berbeda dari umumnya. Cafe yang pajangan raknya dipenuhi koleksi buku, tak ada cemilan atau pun makanan yang kutemukan pada ruang ada. Aku menilainya inilah sebuah keberanian yang luar biasa dari pemilih Cafe dimana ia mengelola bisnis yang secara hitungan akal jauh dari nominal keuntungan. Mengingat geliat pasar pegiat literasi di kota kecilku masih sepi. Aku yakin bukan keuntungan nominal yang Ia cari, namun keberkahan dan kebermanfaatan hidup yang ingin ia bagi.
Waktu terus bergulir, namun lamunanku belum berakhir saat Ustaz Aji Prasetyo atau Mr Jenggot-nama pena pemberi materi. Alhamdulillah paparannya mudah dimengerti dan sabar dalam memandu. Membuat blog terasa sangat mudah dengan bimbingan langsung, dibandingkan belajar lewat tutorial you tube seperti yang saya alami 3 juni lalu, Terpakasa, dipaksa akhirnya bisa juga buat blog dengan perjuangan yang berdarah darah. Bagaimana tidak berdarah darah, usia sudah lolita, ITnya minimalis ditambah lagi bahasa Inggris yang nyaris . Butuh waktu seharian untuk bisa ngeblog. Posting, ngedit, share perlu berulang ulang dan bolak balik lupa. He he seru juga ternyata mengingatnya.Belajar langsung bersama Mr Jenggot ternyata lebih mudah.sayang waktu jua yang membatasinya . Semoga lain waktu bisa belajar lebih banyak lagi cara mendandani blog agar bisa tampil cantik dan menarik.Ending acara ternyata tak kalah mengejutkan, pemilik cafe yang awalnya sebatas kutahu namanya, memberi surpres. Semua peserta diberi hadiah buku karyanya. Saya diberi kesempatan memilih pertama kali dari 6 judul buku karya dari pemilik cofe libraray --P.Taufik Hidayat. Keenam buku tersebut terbit tahun 2020 dan dikerjakan dalam waktu hanya 6 bulan. Fantastis sekali, dan seperti yang disampaikan P.Taufik Hidayat salah satu proses pembuatan buku dilakukan dengan observasi ke Timur Tengah selama 2 Pekan.Keenam buku tersebut selengkapnya di sini.Penasaranku kian menjadi , 6 bulan 6 buku? Bagaimana caranya ya?Dari bincang kilatku dengan Pak Taufik saat pamit , aku menemukan triknya. Ternyata kuncinya adalah banyak baca buku. Membaca akan memberikan banyak wawasan dan pengetahuan, memberikan ide -ide dalam penulisan. Jadi menulis dan membaca itu adalah pasangan yang tak dapat dipisahkan, demikian trik yang disampaikan. Sebenarnya masih banyak yang ingin kutanyakan pada si pemilik cafe yang sangat ramah dan pemurah ini. Sayang aku harus melanjutkan perjalanan ke RSU, menengok nenek yang hari ini menjalankan operasi.Akupun pamit, dengan mengucap terima kasih pada Pak Taufik serta panitia. Semoga apa yang kita lakukan ini banyak memberikan manfaat bagi peningkatan sumberdaya manusia di madrasah khususnya dalam berliterasi.
Salam literasiBondowoso, 072020Penulis Husnul Hafifah
GOSIP KINERJA
Kita sudah paham dan merasakan bahwa kehadiran pandemi covid 19 ini, membawa dampak luar biasa di semua lini kehidupan. Salah satunya adalah dunia pendidikan. layanan pendidikan yang semula dilaksanakan dengan tatap muka, dengan alasan memutus mata rantai virus beralih pada BDR (Belajar dari Rumah). Dalam waktu yang singkat dan dengan terpaksa para guru harus bisa memberikan pembelajaran via Daring dan luring. Demi kelangsungan pembelajaran guru dituntut untuk meningkatkan kompetensinya, guru perlu belajar terus belajar.ASN yang mempunyai tugas dan fungsi di lapangan ( pengawas) di masa pandemi covid -19 juga dibuat kelabakan dalam melaksanakan pekerjaannya. Mereka suka tidak suka juga dituntut mengadaptasi perubahan yang ada. Harus mampu mengubah strategi, mengingat apa yang sudah menjadi kontrak dan tertuang dalam sasaran kinerjanya berubah 180 derajat.Pekerjaan terus berjalan perioritas kesehatan dan keselamatan diutamakan, demikian pernah disampaikan oleh direktur GTK di kementrian Agama pada salah satu acara webinar saat awal covid dan penerapan WFH.Prinsip pelaksanaan tugas supervisi akademik dan manjerial, pemantauan dan pembimbingan, pembinaan dan penilaian terhadap guru, kepala madrasah, maupun kelembagaan serta pengembangan diri tetap dapat berjalan sesuai situasi dan kondisi lapangan. Tantangan bagi pengawas untuk bisa melakukan rekonstruksi pola pikir, pola kerja dan pola relasi sesuai dengan kondisi masa pandemi. Pengawas dituntut untuk mampu mengadaptasi bentuk dan mekanisme pengawasn sesuai denga kondisi sekolah dan memastikan bahwa pembelajaran tetap berjalan secara berkelanjutan.Pencapaian target kinerja pengawas banyak bergatung pada lembaga / sekolah yang menjadi sasaran binaannya. Jadi tak heran jika di masa pandemi covid ini, kinerja pengawas banyak dipertanyakan dan menjadi sorotan."Enak ya jadi Pengawas, kerjanya tak jelas tapi bayarannya jelas!"Pengawas itu tidak ada kerjanya, tidak penting!"Sindiran itu sudah terlontar jauh sebelum ada covid. Dalam pandemi covid -19,kinerjanya dipertanyakan. Wajarlah mereka "meragukan dan mempertanyakan kinerjanya". Memang yang nampak di mata masa covid rata gedung-gedung sekolah pintunya ditutup tidak ada KBM di dalamnya. Pengawas dinilai tidak ada pekerjaan, makan gaji buta.Ups!Yang tersindir tak perlu marah dan sakit hati, justru sebaliknya jadikan evaluasi diri untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi. Memaafkan yang menyindir akan lebih arif, mungkin selama ini mereka hanya melihat apa yang mereka lihat. Atau mereka masih terlalu setia dengan image Pengawas era generasi baby bommers, belum tahu bagaimana kepengawasan di era generasi X.Oleh karenanya akan lebih arif juga jika penyindir berliterasi lebih jauh tentang dunia kepengawasan. Pekerjaan pengawas adalah pekerjaan profesional. Dalam bekerja berdasarkan buku panduan dan SOP yang dipersyarakan. Yang perlu disadari juga bahwa pengawas adalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan. Dalam pandemi covid-19 tupoksi pengawas tidak berubah dan tidak berkurang. yang berbeda hanyalah pada model pengawasan dan strategi pemenuhan standar pengawasan minimalnya. Namanya saja darurat pandemi, jika banyak kekurangan mohon dimaklumi.
Salam litersi
Penulis Husnul Hafifah
Rumah
Akhir-akhir ini sore hari sering mendung. Langit berwarna putih keabu-abuan . Seperti biasanya ketika sore bada salat Ashar saya duduk di ruang tamu. Dari ruang tamu yang bagian depannya terbuat dari kaca, mengahadap ke barat, saya bisa memandang lepas langit sore menunggu tenggelamnya matahari. Menunggu tenggelamnya matahari jika tidak diberi lupa, saya membaca dzikir petang.Indah nian pemandangan langit di sore hari jika tidak tertutup awan. Langit berwarna kuning keemasan, matahari perlahan turun dan lenyap di balik pucuk gunung sejauh mata memandang. Hari pun menuju petang , perlahan berganti malam.Sore ini saya tidak melihat pemandangan langit berwarna kuning keemasan di senja hari. Yang nampak jelas di hadapan hanyalah atap rumah yang tersembul di balik pagar tembok setinggi kurang lebih 4 m. Jauhnya kira hanya 25 m dari tempat saya duduk. Memandang atap rumah itu tetiba perasaan sedih hadir di pikiran saya. Atap rumah itu sejak 1998 melindungi penghuninya dari terik panas serta terpaan hujan. Kami berenam (bapak, ibu, dan _empat putrinya).Saya tertua dan kedua adik saya menikah saat Bapak masih ada. Satu persatu pula kami meninggalkan rumah itu, membangun rumah tangga bersama suami. Tahun 2004 Bapak berpulang. Waktu itu adik bungsu belum menikah dan ia baru berstatus CPNS di Banjarmasin. Sebelum meninggal Bapak berwasiat agar nanti rumah itu ditempati oleh ibu dan selanjutnya diberikan pada adik bungsu. Kami pun menjalankan wasiat Bapak.Perjalanan hidup manusia tidak ada yang tahu, Semua berjalan dengan apa yang sudah digariskan. Adik bungsu akhirnya 2006 menikah berjodoh dengan orang Bandung, mutasi ke Bandung dan menetap di Bandung. Praktis ibu seorang diri menempati rumah itu. lalu adik no.3 (kakak bungsu yang masih serumah dengan mertuanya)-memboyong keluarga kecilnya ke rumah peninggalan Bapak. Singkat cerita rumah itu atas kerelaan adik bungsu dan kakaknya serta ijin dari ibu, wasiat yang diberikan Bapak dibarter. Rumah jadi milik adik no.3, adik bungsu mendapatkan petak tanah pemberian Bapak untuk adik no.3.Rumah peninggalan Bapak itu, sudah beberapa hari ini sepi tanpa penghuni. Adik bersama keluarganya sejak awal ramadhan tirah ke rumah mertuanya. Suaminya mengalami demensia dan strok. Sungguh ujian hidup yang dijalankan sangat berat. Saya hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan kesabaran yang tanpa batas pada adik beserta keluarganya. Penyakit suaminya segera diangkat dan cepat kembali ke rumahnya.Sementara Ibu, sudah seminggu lebih meninggalkan rumah, begitu mendengar kabar nenek sakit. Ibu langsung ke rumah Nenek, di Maesan, 3 KM dari rumah. Nenek usianya sudah uzur ( 87 tahun). Yang bisa dilakukan putra putri Nenek adalah menemani , mengurus keperluannya, menjaga dan merawat sebagaimana nenek merawat putra putrinya kala kecil, serta mendoakan akhir hidup nenek bahagia. Bila waktu pulang tiba agar dalam keadaan husnul khatimah.Di senja dalam sepi ini saya sadar, kita hidup hanyalah menunggu, mengantri. Agar tidak bosan mengantri Allah memberi kita bermacam mainan, kesenangan serta cobaan. Seperti harta, tahta, jabatan, wanita serta keturunan. Terlalu asyik dengan permainan dan kesenangan sering kali melenakan, lupa pada tujuan mengantri.Hidup sebentar rasanya. kemarin masih anak-anak, remaja, menikah kemudian punya anak lalu menikahkan anak-anak tidak terasa lalu menjadi tua akhirnya ajal menjemputnya. Mudah mudahan ketika malaikat Izroil menjemput dan membawa pulang ke rumahNya , kita diperlakukan dengan baik dan kita dimasukkan golongan husnul khotimah. Aamiin.Bondowoso, 3 Agustus 2020Penulis Husnul Hafifah
Lupa
Lupa merupakan hal biasa dan lumrah. bisa menghinggapi manusia kapan saja. Baik itu usianya masih anak-anak , remaja dewasa ataupun orang tua. Siapa pun bisa lupa.Anak - anak misalnya ketika ditanya oleh gurunya mengapa tidak mengerjakan Pr alasan klasik biasanya menjawab lupa. Atau anak kita sendiri ketika diminta ke warung disuruh membeli beberapa item belanjaan tanpa daftar catatan . Hasilnya ? ada saja yang kelupaan, barang yang tidak terbeli atau membeli tetapi kadang tak sesuai dengan harapan.Sebaliknya ada kisah ibu /istri yang lupa dan membuat geli penghuni rumah. Kisah lupanya pas hari Ahad. Pagi sekali niat masak untuk sarapan keluarga. Berapa menu masakan sudah tersaji. Anak-anak dan suami sudah siap mengelilingi meja makan . Eh pas buka magig comnya, astaufirullah isinya tetap beras. Rupanya si Ibu lupa mencet tombol memasaknya. Gimana reaksinya jika terjadi di keluarga Anda?Seorang suami pun punya kisah lupa yang tak kalah menariknya dari istri. Teman saya kepala sekolah pernah bercerita pada saya. Suatu ketika istrinya akan melahirkan anak yang ke-4. Persalinannya, karena tinggal di desa menggunakan jasa bidan desa langganannya . Pagi sekitar pukul 07.00 si Istri rupanya ada tanda -tanda akan melahirkan. Maka dijemputlah bidan desa itu dibawa ke rumahnya. Setelah diperiksa perkiraan persalinan masih agak lama. Mendengar masih lama si suami pamit sama si Istri untuk masuk sekolah saja.Singkat cerita saat suami kerja si Istri pun melahirkan dengan selamat seorang bayi laki -laki. Siang sekitar pukul 13.30 si Suami pulang. Sampai rumah lewat pintu depan melewati ruang tamu. Di ruang tamunya tergeletak koran yang masih rapi belum dibaca. Spontan ia pun duduk manis membaca koran. Berapa judul berita mulai head line dan berita lainnya sudah ia baca. Lumayan lama juga , baru penciumannya memberi signal dengan bau minyak telon menyengat khas aroma bayi.Iapun terperanjat lari ke kamar tempat istri dan Bu Bidan tadi ditinggalkan. Begitu sampai pintu kamar ia disambut tertawaan orang di dalamnya ( Bapak ibu mertu dan istrinya)-- sengaja membiarkan dirinya asyik dengan korannya . Ia mau menggendong putranya hendak mengenalkan kalimat toyyibah pada si buah hatinya tapi istrinya keburu memberitahukan sudah dikenalkan pertama kali oleh kakeknya pagi tadi.Reaksi orang sekitar kita tentang lupa juga bermacam- macam. Ada yang bisa memaklumi dan menerima jika lupa itu manusiawi. Orang yang seperti ini bisanya mudah memaafkan jika seseorang melupakan sesuatu. Misalkan suami lupa tidak menjemput istri saat belaja di pasar. Suami lupa jemput anak di sekolah hingga di telpon pak satpam. Sebaliknya ada juga manusia yang menginginkan kesempurnaan. Selalu memastikan tak boleh sedikitpun ada alpa dan lupa pada dirinya. Manusia yang seperti ini biasanya sulit memaafkan, tidak bisa menerima kesalahan orang lain karena lupa. Lupa yang ada berakhir dengan pertengkaran dan percekcokan, kadang butuh berhari -hari untuk baikkan.Berbicara masalah lupa , dua hari ini , saya mengalaminya. Lupa pertama saya saat masak hendak menyiapkan buka hari Arofah. Sambil menunggu satu masakan yang dirasa kurang empuk saya raih hp. Maksunya untuk menunggu saja sambil membuka wa. padahal sudah hampir azan magrib. Keasyikan wa tak sadar ada bau menyengat, suami sigap mematikan kompor dengan senyum- senyum, Jadilah menu berbuka kelewat mateng dengan aroma terapi "khas gosong"Lupa kedua saat hari Idul Qurban, seharian bantu-bantu panitia qurban di keluarga besar. Kebagian memotong daging qurban, dari usai shalat Id, hanya Ishoma duhur baru selesai jam 16.00. Malamnya usai sholat isya langsung KO, lupa pada janji menulis. Esok paginya pukul 7.30 buka wa grup belajar menulis , buka link tautan seorang peserta. Terasa aneh pikir saya, "Kok isi resume pertemuan ke-26?" Masih juga tak percaya akhirnya saya manjat. Ya Allah , benar ternyata tadi malam, malam Sabtu. Ada jadwal kuliah online pertemuan ke- 26 bersama Pak Encom.Maafkanlah saya yang lupa.Menyadari betapa diri ini memang sudah tua, otak pun ikut menua,ha ha. Memori otak tidak mampu menyimpan semua hal yang terjadi dalam hidup saya. Memori memiliki batasannya. Bagi saya lupa adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi sekaligus sebagai signal jika usia tidak lagi terbilang muda. Sudah waktunya banyak muhasabah diri, lebih banyak meningkatkan amal kebajikan serta lebih mendekatkan diri pada sang Pencipta. Bagaimana menurut Anda?
Salam literasiBondowoso, 1 Agustrus 2020Penulis Husnul Hafifah