Bahagia

Author
Published Agustus 28, 2020
Bahagia
Alhamdulillah akhirnya kunjungan maya hari ini membuat lega hati saya. Benar seperti  banyak orang berkata," bahagia itu sederhana". Sesederhana ngrobrol di wa , bagi saya bisa nyambung silataturrahmi dengan para guru dan kepala dari suatu sekolah, berjalan sesuai agenda,  juga sesuatu yang luar biasa bahagianya. 

Silaturrahmi dalam suasana ketidakpastian seperti ini tak mudah dilakukannya. Pasang surut zona suatu wilayah dari hijau, kuning tiba-tiba saja berubah ke zona merah merata.  Membuat bingung siapa saja. Apalagi mereka yang hati dan pikirannya mudah goyah. New normal kehidupan infonya santer memicu klaster baru. Saya pun ragu untuk melakukan salah satu tupoksi dengan moda tatap muka .

Kunjungan maya masih menjadi alternatif utama saya dalam bekerja. Kunjungan maya ini pun tidak saya lakukan dengan WFO, tapi WFH. Suatu keuntungan bagi mereka dan saya yang sudah cukup sexi ( seket siji) plus he he, boleh milih WFH .
 WFH juga tak ayal mengundang tanya para tetangga. "Kok di rumah saja?" Saya tersenyum saja, semua ada penjelasannya. Perbanyak istigfar semoga Allah memaafkan hambanya- Nya. Tiap hari di rumah, kerjanya main HP, bosan HP pindah ke labtop, makan, rebahan dan rebahan saja.

Ups salah! di rumah tetap kerja juga mengikuti tupoksi dan program yang ada. Bedanya bekerja dari rumah tidak seragaman, tidak sepatuan, bisa sambil rebahan, makan , jagongan dsb bergantung media apa yang digunakan.

Bahagia pertama pertama, si empunya (kepala sekolah) sudah membuka pintu maya 1 jam sebelum acara. Wow benar membuat bahagia. Beda dari rata-rata. Ada 15 jadwal kunjungan maya. 12 yang terlaksana dan 5 kali menyisakan sedikit kecewa. Tapi saya sudah memafkannya. Bukankah memafkan itu sifat mulia? Begitu kata para ustad. Saya mengikutinya. Sekedar curhat saja bagaimana tidak kecewa persiapan , jadwal sudah disampaikan jauh hari. Malam hari H juga diingatkannya.  Eh hari H masih saja ada alasannya. Yang lupalah, yang miskomunikasi, bahkan ada yang tak mendapat respon .

"Maaf  bu, tidak buka wa, padahal 5 jam  sudah, saya menunggunya"

" Maaf bu, saya pikir mau hadir di sekolah" saya mengontak guru datang ke sekolah. Padahal wa saya malamnya jelas terpasang  kata Via daring wa. 

"Maaf bu, ibu mau digabung dalam wag sekolah?" pertanyaan basa basi setelah satu jam saya menunggu. Sebelumnya saya sudah wapri agar diinvite ke grup, dan dijawab "Inggih monggo".

Parahnya lagi, kemarinnya  salah satu kepala sekolah ke rumah mengambil pengesahan dok 1, saya juga berulang mengingatkan jika besok saya kunjungan via wa.  Hari H malah tak ada kabar berita , HPnya di luar di luar jangkauan. Diusut- usut kepala sekolah tak punya pulsa dan paket data. Komplit alasannya, tak kalah mellasnya tulisan saya lewat wa  dianggap seperti baca koran semata. Duh ! Coba gimana perasaan Anda jika di posisi saya?

Bahagia kedua saya dalam kunjungan hari ini adalah mereka responsif atas apa yang dibaca. Saya mengetik, mereka baca, memberikan tanggapan dalam ketikan pula, sungguh luar biasa. 

Dikondisi yang serba keterbatasan, mereka tetap mengajar ala bisanya, serta masih menyadari bahwa bahagia itu sederhana.

*Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukannya*


# Di rumah 27-08-2020

1 komentar

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021