Lupa

Author
Published Agustus 01, 2020
Lupa



Lupa merupakan hal biasa dan lumrah. bisa menghinggapi manusia  kapan saja. Baik  itu usianya masih anak-anak , remaja  dewasa ataupun orang tua. Siapa pun bisa lupa.

Anak - anak misalnya ketika ditanya oleh gurunya mengapa tidak mengerjakan  Pr alasan klasik biasanya menjawab lupa.  Atau anak kita sendiri ketika diminta ke warung disuruh membeli beberapa item belanjaan  tanpa daftar catatan . Hasilnya ? ada saja yang kelupaan, barang yang tidak terbeli atau membeli  tetapi kadang tak sesuai dengan harapan.

Sebaliknya ada kisah ibu /istri yang lupa  dan membuat geli penghuni rumah. Kisah lupanya pas hari Ahad. Pagi sekali niat masak untuk sarapan keluarga.  Berapa menu masakan sudah tersaji. Anak-anak dan suami sudah siap mengelilingi meja makan . Eh pas buka magig comnya, astaufirullah isinya tetap beras. Rupanya si Ibu lupa mencet tombol memasaknya. Gimana reaksinya jika terjadi di keluarga Anda?

Seorang suami pun punya kisah lupa yang tak kalah menariknya dari istri. Teman saya kepala sekolah pernah bercerita pada saya. Suatu ketika istrinya akan melahirkan anak yang ke-4. Persalinannya, karena tinggal di desa menggunakan jasa bidan desa langganannya . Pagi sekitar pukul 07.00 si Istri rupanya ada tanda -tanda akan melahirkan. Maka dijemputlah bidan desa itu dibawa  ke rumahnya. Setelah diperiksa perkiraan persalinan masih agak lama. Mendengar masih lama si suami pamit sama si Istri untuk masuk sekolah saja.

Singkat cerita saat suami kerja si Istri pun melahirkan dengan selamat seorang bayi laki -laki. Siang sekitar pukul 13.30 si Suami pulang. Sampai rumah lewat pintu depan melewati ruang tamu. Di ruang tamunya tergeletak koran yang masih rapi belum dibaca. Spontan ia pun duduk manis membaca koran. Berapa judul berita mulai head line dan berita lainnya sudah ia baca. Lumayan lama juga ,  baru penciumannya memberi signal dengan bau minyak telon menyengat khas aroma bayi.

Iapun terperanjat lari ke kamar tempat istri dan Bu Bidan tadi ditinggalkan.  Begitu sampai pintu kamar ia disambut tertawaan orang di dalamnya ( Bapak ibu mertu dan istrinya)-- sengaja membiarkan dirinya asyik dengan korannya . Ia mau menggendong putranya hendak mengenalkan kalimat toyyibah pada si buah hatinya tapi istrinya keburu memberitahukan sudah dikenalkan pertama kali oleh kakeknya pagi tadi.

Reaksi orang sekitar kita tentang lupa juga bermacam- macam. Ada yang bisa memaklumi dan menerima jika lupa itu manusiawi. Orang yang seperti ini bisanya mudah memaafkan jika seseorang melupakan sesuatu. Misalkan suami lupa tidak menjemput istri saat belaja di pasar. Suami lupa jemput anak di sekolah hingga di telpon pak satpam. Sebaliknya ada juga manusia yang menginginkan kesempurnaan. Selalu memastikan tak boleh sedikitpun ada alpa dan lupa pada dirinya.  Manusia yang seperti ini biasanya sulit memaafkan, tidak bisa menerima kesalahan orang lain karena lupa. Lupa yang ada  berakhir dengan pertengkaran dan percekcokan, kadang butuh berhari -hari untuk baikkan.

Berbicara masalah lupa , dua hari ini , saya mengalaminya. Lupa pertama saya saat masak hendak menyiapkan buka hari Arofah. Sambil menunggu satu masakan yang  dirasa kurang empuk saya raih hp. Maksunya untuk menunggu saja sambil membuka wa. padahal sudah hampir azan magrib. Keasyikan wa tak sadar ada bau menyengat, suami sigap mematikan kompor dengan senyum- senyum, Jadilah menu berbuka kelewat mateng dengan aroma terapi "khas gosong"

Lupa kedua saat hari Idul Qurban, seharian  bantu-bantu panitia qurban di keluarga besar. Kebagian memotong daging qurban, dari  usai shalat Id, hanya Ishoma duhur baru selesai jam 16.00. Malamnya usai sholat isya langsung KO, lupa pada janji menulis. Esok paginya  pukul 7.30  buka wa  grup belajar menulis , buka link tautan seorang peserta.  Terasa aneh pikir saya, "Kok isi resume pertemuan ke-26?" Masih juga tak percaya akhirnya saya manjat. Ya Allah , benar ternyata tadi malam, malam Sabtu. Ada jadwal kuliah online pertemuan ke- 26 bersama Pak Encom. 

Maafkanlah saya yang lupa. 

Menyadari betapa diri ini memang sudah tua, otak pun ikut  menua,ha ha. Memori otak tidak mampu menyimpan semua hal yang terjadi dalam hidup saya. Memori memiliki batasannya. Bagi saya lupa adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi sekaligus sebagai  signal jika usia tidak lagi terbilang muda. Sudah waktunya banyak muhasabah diri, lebih banyak meningkatkan amal kebajikan serta lebih mendekatkan diri pada sang Pencipta. Bagaimana menurut Anda?

Salam literasi
Bondowoso, 1 Agustrus 2020
Penulis Husnul Hafifah

11 komentar

  1. pernah teralami BuHusnul jadi saya bacanya mesem-mesem sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha makanya klo ada orang lupa gk perlu dimarahin

      Hapus
  2. Balasan
    1. Benarkan lupa milik siapa saja...maksih bu sudah membaca

      Hapus
    2. Menyadari betapa diri ini memang sudah tua, otak pun ikut menua,ha ha


      Alhamdulillah...menyadari hehehehhe wkwkwkww.. selamat. Ibu dianugerahi umur panjang .

      Hapus
  3. Lupa itu alasan yang paling masuk akal .... hehehee

    BalasHapus
  4. Gk bakalan dimarhin paling cukup grundel...ha ha

    BalasHapus
  5. Tanpa lupa takkan ada ingat...

    MENGINGAT LUPA lebih mudah Tinimbang MELUPAKAn yang INGAT

    BalasHapus
  6. Lupa itu penting. Jika ingat terus justru bisa bahaya. Tapi jangan lupa terus. Itu juga bahaya. Terus? Ya ingat dan lupa sesuai porsi he he

    BalasHapus

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021