Duplikat Kenangan
Duplikat Kenangan
Rasa penasaran pada Syzyngium (nama latin dari Jambu air) yang kutanam di samping rumah sudah berlangsung 5 tahun. Aku sendiri yang membeli bibit dan menanamnya. Pada batang pohon jambu air yang masih sebesar kelingking ibu jariku tercantum ID card. Memang ID card itu sekarang sudah tidak ada, lapuk tergerus hujan. Namun tulisannya terekam dalam ingatan. Penampakan buahnya yang merah menyala, walau hanya sebuah bukan hanya menunaikan rasa penasaranku. Tetapi sekaligus membawaku pada kenangan masa kanak kanak berpuluh tahun lalu.
Aku kelas 3 SD, dan adikku baru kelas 1. Suatu ketika, kala pulang sekolah kami berdua bermain di pekarang rumah. Pekarangan itu luas dipenuhi aneka tanaman dan pepohonan. Di tengah asyik bermain mata kami tertuju pada rimbun buah jambu air merah menyala. Entah bagaimana ceritanya adikku tiba -tiba sudah nangkring di atas pohon, seraya memberi aba-aba agar aku menangkap jambu yang dilemparkan kannya.
Baru beberapa tangkapan, kami dikejutkan suara tak asing yang begitu dekatnya. "Kakek!", kataku, gugup sambil menoleh ke sumber suara. Kakek sudah berdiri tak jauh dariku sambil mengacungkan rotan pada adikku. Menyuruh agar segera turun. Gugup dengan kedatang kakek, adikku bukannya turun, malah menangis terisak sambil mengulang kalimat yang sama, memberi tahu jika tak bisa turun. Lalu kakek mengambil tangga memberi pertolongan. Degup jantung kami tak karuan dan gemetaran. Terbayang cabukan rotan akan bersarang pada betis kami. Ternyata kami salah duga. Kami berdua tak jadi dirotan malah kakek yang akhirnya memetikan jambu air. Tergiang kata kakek saat kami menikmati jambu.
" Sekali lagi ketahuan anak perempuan manjat pohon, akan kakek rotan" Syzygium di samping rumah pagi ini tak seperti ID cardnya, ia hanyalah duplikat kenangan.
Bond, 3.11.2021
Husnul Hafifah
Posting Komentar
Posting Komentar