Janji
Sudah jadi tradisi, salah satu eforia ungkapan syukur atas terpilihnya Kades kami, disembelihlah seekor sapi. Sapi yang disembelih kadang sudah disiapkan cakades tapi bisa dari sponsor, murni sumbangan atau kalkulasi belakangan setelah pelantikan. Pokoknya bergantung pada perundingan.
Baik pendukung ataupun bukan "mereka yang sadar" akan merapat dan berbondong -bondong mendatangi rumah Kades baru. Datang memberi ucapan selamat, serta doa kebaikan. "ingatkan saya, ingatkan saya", begitu kata kata Pak Kades setiap menyalami tamunya.
Persis di hari ke-7, Sinti siJanda beranak 1, mantan kembang desa yang tetap aduhai itu, baru bisa sowan. Maklum saja, sebagai perempuan tetap pakewuh jika datang tak membawa buah tangan. Tiga kg gula yang dijinjingnya menunggu upah mingguan dari sang majikan tempat ia bekerja.
Seperti tamu lainya Sinti datang untuk mengucapkan selamat. Hampir satu jam Sinti ngobrol dan sudah mendapat suguhan makan, tapi tak juga pulang. Ia berusaha mencari celah mengingatkan pak Kades. Bu Kades yang sedari tadi menemani merasa gerah. Ia membiarkan Sinti ngobrol dengan pak Kades. Bu Kades mencari cara agar tamunya segera pulang. Bu Kades berdehem 3x. Mendengar isyarat itu pak Kades menoleh pada sang istri. Betapa terkejutnya melihat istrinya mengacungkan ulekan batu dengan ekspresi mata membelalak dan alis naik 5 centi. Pak Kades merasa ngeri membayangkan jika ulekan itu melayang dan menimpuk kepalanya. Tak ingin itu terjadi. Pak Kades berbisik pada Sinti. " Maaf dik, janji saya akan menjadi jodoh Dik Sinti jika jadi Kades diralat. Saya akan mencarikan jodoh Dik Sinti" . Sinti pun Pamit pulang dengan menahan bulir air matanya agar tak jatuh.
Bumi Megalitikum, 21.11.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis
#day 14
Posting Komentar
Posting Komentar