Kemeja Arab
Usai mandi kukenakan kemeja pemberian ibu_oleh-oleh dari tanah suci beberapa tahun lalu. Aku mematut di depan cermin, bersyukur kepada Allah atas karunia kesempurnaan wadak ini. Dalam hati juga mengiyakan ucapan ayah ibuku. Aku tampan. Aku teringat pesan beliau sesaat aku hendak berangkat indekos, belajar hidup mandiri, kuliah di Malang. "Hati - hati dalam pergaulan, jaga diri, jangan tinggalkan salat berbuat baiklah pada siapa pun", pesan ibu sambil memasukkan kemeja yang kukenankan ini ke dalam tas gendongku.
Hari ini adalah Jumat pertamaku di kosan. Kemarin usai kuliah aku bersama teman sekosan_ Opang dan Bibi, survei mencari masjid terdekat yang ada di sekitaran kosan. Lokasi masjid tidak terlalu jauh, jalan kaki menyusuri gang-gang sempit hanya butuh waktu 5 menit. "Bro ayo berangkat!" Suara Opang dan Bibi membubarkan lamunanku.
Sesampai di masjid, kami bertiga mendapati tempat shaf terdepan di pojok kanan dekat mimbar. Alhamdulillah begitu salam dari salat sunnah tahyatal masjid azan berkumandang. Kami duduk khitmad menyimak azan, lalu khutbah. Alhamdulillah hingga pelaksanaan shalat Jumat usai penyakit ngantukku tak menyerang. Lebih lebih ketika aku berdiri hendak pulang. Aku terkaget gelagapan. Tetiba para jamaah, tua -muda berhambur menuju ke arahku. Berebut menyalami dan menciumi tanganku. Aku hanya bisa melongo. Kulihat imam masjid berdiri hanya sedepa di dekatku pergi begitu saja. Opang dan Bibi saling pandang menahan geli. Menutup bibirnya dengan sajadah. Aku segera kabur. Kupercepat langkahku menuju kosan. Kuraih androd, kuvicall orang rumah. "Mak gegara kemeja arab yang kugunakan ini, tangan kananku jadi salah sasaran ciuman jama'ah masjid". Di layar androidku kulihat raut wajah wanita paruh baya itu terkekeh.
Bond, 10.11.2021
Husnul Hafifah
#Pentigraf
#Tantanganmenulis
#Day 3
Posting Komentar
Posting Komentar