Pagi Berkabut
Ahad ba'da subuh. Kabut pekat merenjiskan butiran air,meresap gigil ke seluruh tubuh. Kutarik selimutku rebahan lagi di kasur. "Tak apalah sesekali. Lagian ini hari libu," pikirku. Memanjakan, memberikan hak tubuh. Rehat sejenak bebaskan diri dari urusan kantor dan urusan rumah. Nanti bangun bila perut keruyukan, beli pecel pincuk sudah beres.
Entah kapan datangnya tau -tau suara Pak Su mengiang di telinga. "Belanja apa? ada orang kerja". Ambyar, cita-citaku tak sampai. Dengan kecut hati kujawab list belanjaan sekenanya. Menyingkirkan selimut, kutinggalkan kasur beranjak menuju dapur.
Kududuk sebentar di kursi meja makan. Sesruput kopi arabika seduhan Pak Su, cukup caspleng lenyapkan hati kusut dan wajah cemberut. Dengan bismillah semoga dalam ridho Allah kumulai aktivitas pagiku di dapur. Kukeluarkan isi kresek hitam belanjaan Pak Su. Ada tauge, kubis, tempe, cakalan, telur. dan jagung manis. Kuesksekusi bahan bahan itu menjadi beberapa menu masakan.
Tak kurang dari satu jam semua menu masakan sudah beres dan siap disajikan. Menu masakan hari ini ada nasi putih pulen lumer over pengairan. Sayur bumbu kuning paduan tempe, kubis dan tauge anti gabut. Cakalan goreng lagi galau. Dadar jangung kalut dan sambal hijau cabe rawet morat marit.
Sampai sini saja sepenggal kisah Ahad pagiku yang berkabut dan sedikit kalang kabut.
Bondowoso, 28.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
Day21
Posting Komentar
Posting Komentar