Recehan

Author
Published November 26, 2021
Recehan

Hari masih sepenggalah,masker yang kukenakan menemani perjalananku, tak mampu menghalau sengat  mentari. Peluhku menyembul di sela sela- jilbab pink yang kukenakan.

Bermula dari bekas palang pintu perlintasan sepur itu, jalanan tak besahabat. Jalan bergerojal, penuh lubang, belum lagi luap air selokan sisa hujan semalam menutup separuh ruas jalan. Sulit bedakan jalan datar dan kubangan. Sedetik waspadaku menghilang celaka 12 pengintainya.

Kuhela napas panjang saat keluar dari jalan nan penuh jebakan. Ingin kutancap gas, agar segera sampai pada madrasah binaan. Beruntung awasku tertuju jarum pengukur bensin tunggangan. Jarum hitamnya jauh lampaui garis merah. Nyaris! Sedikit lagi bisa mogok tengah jalan. Kutebar pandangan pada sekitar mencari minuman, buat motorku yang kehausan. Persis di pertigaan ke arah kanan _tanjakan, dahaga motorku terpuaskan. Tak terkira tak ternyana, persoalan baru datang. Aku kelimpungan saat dompet kesayangan tak kutemukan di dalam tas. Kurogoh semua kantung saku yang nempel di badan. Tak sepeser pun kutemukan. Kugeledah kantung kantung tas punggungku, Panikku melandai saat receh demi receh terhimpun, lalu dihitung. Alhasil hari ini rasa maluku terselamatkan.

Pejagan, 25.11.22
Husnul Hafifah
#tantangan menulis 30 hari tanpa jeda
#day 18

Posting Komentar

[ADS] Bottom Ads

Halaman

Copyright © 2021