Asmara Terlarang

Mendung pekat, diiringi reriintik hujan. Di ruang tengah perempuan paruh baya itu meradang. Bagaimana tidak. Anak perempuan yang begitu dimanjanya. Masih ingusan  dalam pandangannya- dalam sepekan berulah. Didikan dan nasihatnya seperti angin lalu saja. Masuk telinga kanan keluar dari telinga kirinya.

Puncaknya hari ini. Canira  anak perempuannya yang sedang dihukum di kamarnya, tidak ada. Ia memang kesal menemukan mereka bercumbu mesra. Ia tidak merestui hubungan asmara mereka. Di samping masih terlalu belia, Grey  bukanlah lelaki levelnya.  

Dalam amarah  dicarinya anak gadis itu kemana-mana. Seorang tetangga yang melihat memberitahunya. Yang dicarinya pergi bersama lelaki. Seperti ciri yang disampaikannya. Perempuan itu yakin anaknya dibawa lari oleh Grey. Laki-laki yang pernah diusirnya.
Perempuan itu pun berurai air mata, hatinya kesal " sia-sia aku menjaganya, akhirnya dia kawin lari dengan Grey si kucing kampung itu".

Bondowoso, 29.11.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan menulis
#day 22

Pagi Berkabut

Ahad ba'da subuh. Kabut pekat merenjiskan butiran air,meresap gigil ke seluruh tubuh. Kutarik  selimutku rebahan lagi di kasur. "Tak apalah sesekali. Lagian ini hari libu," pikirku. Memanjakan, memberikan hak tubuh. Rehat sejenak bebaskan diri dari urusan kantor dan urusan rumah. Nanti bangun bila perut keruyukan, beli  pecel pincuk sudah beres.

Entah kapan datangnya tau -tau suara Pak Su mengiang di telinga. "Belanja apa? ada orang kerja". Ambyar, cita-citaku tak sampai. Dengan kecut hati kujawab list belanjaan sekenanya. Menyingkirkan selimut, kutinggalkan kasur beranjak menuju dapur. 

Kududuk sebentar di kursi meja makan. Sesruput kopi arabika seduhan Pak Su, cukup caspleng  lenyapkan hati kusut dan wajah cemberut. Dengan bismillah semoga dalam ridho Allah kumulai aktivitas pagiku di dapur. Kukeluarkan isi kresek hitam belanjaan Pak Su. Ada tauge, kubis, tempe, cakalan, telur. dan jagung manis. Kuesksekusi bahan bahan itu menjadi beberapa menu masakan.

Tak kurang dari satu jam semua menu masakan sudah beres dan siap disajikan. Menu masakan  hari ini ada nasi putih pulen lumer over pengairan. Sayur bumbu kuning paduan tempe, kubis dan tauge anti gabut. Cakalan goreng lagi galau. Dadar jangung kalut dan sambal hijau cabe rawet morat marit.

Sampai sini saja  sepenggal kisah Ahad pagiku yang berkabut dan sedikit kalang kabut.

Bondowoso, 28.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
Day21

Recehan

Hari masih sepenggalah,masker yang kukenakan menemani perjalananku, tak mampu menghalau sengat  mentari. Peluhku menyembul di sela sela- jilbab pink yang kukenakan.

Bermula dari bekas palang pintu perlintasan sepur itu, jalanan tak besahabat. Jalan bergerojal, penuh lubang, belum lagi luap air selokan sisa hujan semalam menutup separuh ruas jalan. Sulit bedakan jalan datar dan kubangan. Sedetik waspadaku menghilang celaka 12 pengintainya.

Kuhela napas panjang saat keluar dari jalan nan penuh jebakan. Ingin kutancap gas, agar segera sampai pada madrasah binaan. Beruntung awasku tertuju jarum pengukur bensin tunggangan. Jarum hitamnya jauh lampaui garis merah. Nyaris! Sedikit lagi bisa mogok tengah jalan. Kutebar pandangan pada sekitar mencari minuman, buat motorku yang kehausan. Persis di pertigaan ke arah kanan _tanjakan, dahaga motorku terpuaskan. Tak terkira tak ternyana, persoalan baru datang. Aku kelimpungan saat dompet kesayangan tak kutemukan di dalam tas. Kurogoh semua kantung saku yang nempel di badan. Tak sepeser pun kutemukan. Kugeledah kantung kantung tas punggungku, Panikku melandai saat receh demi receh terhimpun, lalu dihitung. Alhasil hari ini rasa maluku terselamatkan.

Pejagan, 25.11.22
Husnul Hafifah
#tantangan menulis 30 hari tanpa jeda
#day 18

Janji


Sudah jadi tradisi, salah satu eforia ungkapan syukur atas terpilihnya Kades kami, disembelihlah seekor sapi. Sapi yang disembelih kadang sudah disiapkan cakades tapi bisa dari sponsor, murni sumbangan atau kalkulasi belakangan setelah pelantikan. Pokoknya bergantung pada perundingan.

Baik pendukung ataupun bukan  "mereka yang sadar" akan merapat dan  berbondong -bondong mendatangi rumah Kades baru. Datang memberi ucapan selamat, serta doa kebaikan.  "ingatkan saya, ingatkan saya", begitu kata kata Pak Kades setiap menyalami tamunya.
Persis di hari ke-7, Sinti siJanda beranak 1, mantan kembang desa yang tetap aduhai itu, baru bisa sowan.  Maklum saja, sebagai perempuan tetap pakewuh jika datang tak membawa buah tangan. Tiga kg gula yang dijinjingnya menunggu upah mingguan dari sang majikan tempat ia bekerja.

Seperti tamu lainya Sinti datang untuk mengucapkan selamat. Hampir satu jam  Sinti ngobrol dan sudah mendapat suguhan makan, tapi tak juga pulang. Ia berusaha mencari celah mengingatkan pak Kades. Bu Kades yang sedari tadi menemani merasa gerah. Ia  membiarkan Sinti ngobrol dengan pak Kades. Bu Kades mencari cara agar tamunya segera pulang. Bu Kades berdehem 3x. Mendengar isyarat itu pak Kades menoleh pada sang istri. Betapa terkejutnya  melihat istrinya mengacungkan ulekan batu dengan ekspresi mata membelalak dan alis naik 5 centi. Pak Kades merasa ngeri membayangkan jika ulekan itu melayang dan  menimpuk kepalanya. Tak ingin itu terjadi. Pak Kades  berbisik pada Sinti. " Maaf dik, janji saya akan menjadi jodoh Dik Sinti jika jadi Kades diralat. Saya akan mencarikan jodoh Dik Sinti" . Sinti pun Pamit pulang dengan menahan bulir air matanya agar tak jatuh.

Bumi Megalitikum, 21.11.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis
#day 14



Kunci Kontak

 Bu Keyshe sudah siap dengan pakaian astronotnya. Bukan ke bulan tujuannya. Rinai hujan kepagian hari ini membuat kabut dan kalut hatinya. Waktu terus bergerak , tapi hujan tak jua reda . OJl ke-2 bimtek PKB yang diikutinya tak  bisa ditunda. Apa pun kondisinya.

Tiga menit berlalu, tapi kunci kontak di tangan kanannya tak jua bisa dimasukkan. "Uh apalagi ini", keluhnya.  Dicobanya lagi tangan kanannya mengorek-orek memasukan ujung kunci  pada lubangnya. Kali ini tenaganya lebih ekstra. Tetap tak bisa.  Runyam darah panas terasa aliri pipi dan kepalanya.  Dahinya berkerut, mulutnya komat kamit, ngomel kemana-mana , mengeja peristiwa tersebab kian minin saldo ATM-nya. Senin bayar PKB, selasa sevis ganti aki, Rabu ATM dibajak si Bungsu, Kamis kondangan. Lha ini...?

Belum tuntas kata yang diucap, dari belakang tangan kanan Bu Keyshe ada yang menggengam mesra. Pak Su sedari tadi sengaja diam-diam mengamati tingkah dan kekalutan istrinya.  Bu Keyshe hendak menepisnya. tapi batal saat melihat sesuatu tergelatung dari telunjuk jari Pak Su. Bersamaan dengan bisik mesranya" mana mungkin bisa yank kunci kontak Scoopy dicolokkan ke vario bukan pasangannya. Seribu daya kuda pun tak mungkin bisa". Bu Keyshe melengos menahan geli di dadanya. Menyalakan motor lalu pergi dalam rerintik hujan terngiang candaan suami, " cium dulu eh ikum dulu yank".

Bondowoso,20.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
#day 13

Rindu Terselubung

 Dia pasti kangen berat. Seperti yang ditulis pada secarik kertas lalu difoto dan dikirimkan lewat wa ustdzahnya pekan lalu. Secarik penuh buku tulis itu isinya  muter-muter intinya mengabarkan kerinduannya_pingin pulang. Ijin pulang diberikan hanya kepentingan vaksin saja. Singkat cerita si bungsu pun vaksin ke-2 di puskesmas dekat rumah.

Usai vaksin siang itu ia ikut rebahan di sebelahku. Sambil bersandar pada pundak kubiarkan dia bercerita. Ku betah-betahkan menahan kantuk jadi pendengar setia. Ada 2 cerita yang kuingat betul sebelum akhirnya aku benar benar pulas. Pertamanya  tentang jilbabnya  yang dipinjam adik kelasnya, saat dikembalikan bukan jilbabnya. Si bungsu tak mau menerima dan diikhlaskan tidak dikembalikan. Kedua uang  saku si bungsu sudah mau habis, padahal masih setengah bulan jalan. Katanya dibuat beli-beli di ustazah, " ndak apa apa kan ma menyenangkan hati ustazah?"

Sejenak kuterdiam, saat kubuka  mata si bungsu berdiri di depan pintu, mengumbar senyum manis lalu duduk di dekatku."Mama, makasih ya sudah izinin isi shopee payku .Aku sudah cek out 5 barang di shope nanti antarkan ke asrama ya?" Aku terperanjat dan ini benar benar bukan mimpi.

Bondowoso.19.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
Day 12

Ayu

Seperti nama panggilan yang disematkan padamya, "Ayu". Paras ibu muda itu memang ayu. Ditopang postur tubuh yang semampai, tetap langsing walau sudah punya 3 momongan. Biduk rumah tangga yang dibangun bersama kekasihnya sejak dari dibangku kuliah nyaris sempurna. Terlihat tak ada riak - raik pertengkaran sekecil apapun. Ayu dan suami adalah pasangan yang kompak, selain sangat pintar mengelola emosi mereka. Sulit digambarkan dengan kata-kata tentang  keharmonis dan keromatisan mereka dalam membina rumah tangga.

Seperti hujan bulan November yang datang mendahului musimnya, senja itu pendar cahaya putih pancarkan aneka warna. Merah, kuning, hijau biru dan jingga. Ayu bersama suami dan ketiga buah hatinya menikmati keindahan pelangi di batas cakrawala lewat jendela rumahnya. Mereka menikmati keindahan dan merasakan ketakjuban luar biasa walau sesaat. Tetiba awan pekat berarak, disertai petir dan badai.

Petir dan badai disenja  itu, seperti memberi  isyarat sesuatu yang buruk akan menimpa. Ayu mencoba menepisnya. Pagi setengah siang. Kondisi tubuhnya tetiba tidak prima saat di tempat kerja, memaksa Ayu pulang lebih awal. Entalah yang diinginkan hanyalah rebahan saja di kamarnya. Dengan bantuan sahabatnya Ayu diantar pulang. Impian Ayu untuk rebahan ambyar,hatinya remuk redam. Kilatan petir seolah menyambar-nyambar dirinya. Saat membuka pintu kamar Ayu mendapati  wanita lain di peraduannya.

Bondowoso,18.11.2021
#tantangan menulis
#day 11

Kali Pertama

dok pribadi layanan terpadu Samsat Bond

Kalau bukan karena terpaksa bisa jadi seumur hidup aku tak akan pernah mendatangi kantor ini. Awal bulan lalu suami sudah wanti-wanti, jika bulan ini waktunya bayar pajak Scoopy dan ganti plat nomer. Kata suami,untuk ganti plat nomer pemilik harus datang sendiri.

Sepeda motor Scoopy itu sudah 10 tahun menemani ke mana pun kupergi. Untuk urusan bayar pajak, ganti plat nomer aku tidak pernah melakukan sendiri_ selalu diuruskan suami.

Hari ini, untuk pertama kalinya aku ke kantor Samsat (sistem administrasi manunggal satu atap), mengurus pembayaran pajak dan ganti plat nomor. Mendatangi suatu tempat dan mengurus keperluan yang tak pernah dilakukan sebelumnya tentu akan memberikan kesan dan pengalaman tersendiri.

Banyak orang mengatakan pengalaman pertama itu mendebarkan. Benar juga ternyata, saat aku melintasi pintu masuk, menuju halaman Samsat, hati sempat bimbang, bertanya dalam hati di mana tempat parkirnya. Untung saja ada beberapa sepeda motor mendahului.  Aku mengekor hingga ketemu jejeran sepeda motor terparkir.   Kuparkir sepeda di celah antar sepeda. Aku tak beranjak di samping sepeda, kulihat dan kuamati sekitar. Mataku tertuju pada berbagai tulisan di papan nama atau bener.

Mungkin karena melihatku seperti bingung, seorang jukir baik hati  tiba-tiba menghampiri sambil menunjuk ke suatu arah. Ia mengatakan "ibu ke gudang arsip dulu"

Kuikuti sarannya. Di depan ruang di maksud kulihat dua orang ibu duduk mengantre. Aku masuk dan  menyodorkan STNK, KTP,dan BPKB pada petugas . Sementara menunggu aku duduk  sederet dengan kedua ibu itu. Tak butuh waktu lama aku pun di panggil. Petugas menyodorkan kembali berkas yang kubawa tadi dalam sebuah map, menyebutkan nominal biaya 10.000 rupiah, serta menunjukkan kemana map harus kubawa.

Ruang BPKB. Kusodorkan map yang
dibawa dari ruang arsip pada petugas. Pada ruang yang tidak terlalu luas ini juga tersedia tempat duduk untuk mengantre. Sudah ada beberapa orang, dan masih ada 2 kursi kosong.  Saat aku hendak duduk petugas memintaku ke depan, agar  mengisi no HP pada map. Gegara kurang baca map kusodorkan tanpa identitas. Ternyata bukan hanya aku, orang lain kuperhatikan sama, kurang baca. Membubuhkan no hp setelah diingatkan petugas.

Pemerikasaan berkas di ruang BPKP cukup singkat satu berkas tak lebih dari 3 menit. Dari ruang ini petugas mengarahkanku  ke loket layanan cek fisik. Dengan PD kutenteng berkas lalu dimasukkan ke loket. Petugas loket yang kala itu berjilbab dan bermasker spontan menanyakan sudah cek fisik apa belum. Gelengan kepalaku rupanya lebih jitu dibanding bicara dibalik masker.  Petugas sigap mengembalikani berkasku seraya mengatakan, "cek fisik dulu bu".

Untungnya aku tanggap, cek fisik yang dimaksud  bukan cek fisik pemiliknya tapi motornya. Cek fisik motor ternyata hanya di depan loket. Cek fisik juga  mengantre tapi  tidak lama. Ada beberapa petugas cek fisik , semua mengenakan seragam atasan berwarna biru dongker dan pada punggung bertuliskan  cek fisik.

Kukira usai dari layanan cek fisik, proses pembayaran PKB dan ganti plat sudah selesai. Ternyata masih ada proses lanjutan. Petugas layanan loket,  memeriksa, mencatat, lalu mengembalikan map berkas dengan pesan "ke loket 1 pendaftaran ". Gedung layanan terpadu.

Aku berjalan menuju ke ruang layanan terpadu. Gedung ini berada di bagian depan. Dibandingkan ruang yang lain gedung ini paling luas, serta memiliki beberapa bagian. bagian pertama informasi, loket 1, loket 2, pengesahan dan penyerahan. Pada bagian depan loket disediakan tempat duduk yang berderet  berbanjar rapi.

Seperti di ruang lain, masuk ruang ini juga dengan prokes. pengunjung masuk dengan jaga jarak, Petugas menyambut satu persatu dan memerikasa berkas, memberi no antrean serta mengarahkan pengunjung ke loket mana, berkas di bawa.

Selama menunggu proses penyelasai administrasi pengunjung bisa menikmati tayangan telivisi, membaca buku atau majalah yang tersedia di rak pojok baca. Rak pojok baca yang menempel pada dinding warnanya mencolok, paduan warna kuning dan oren. Sedang bagian bawah berupa lemari kayu dengan sekat-sekat. Sayang koleksi bacaan yang ada sangat minimalis dan terkesan kurang update. Pantaslah jika pengunjug lebih asyik bermain android saat menunggu dibandingkan membaca bacaan yang dari fisiknya sudah tak menarik.

Mengantre ruang ini cukup lama juga. Untuk menghilangkan kejenuhan aku goegling mencari berbagai informasi yang kubutuhkan. Belum usai pencarianku, namaku dipanggil. Aku pun menuju kasir menyelesaikan pembayaran. Usai pembayaran map masih harus disodorkan pada petugas di meja pengesahan dan penyerahan. Di loket pengesahan dan penyerahan aku mendapatkan STNK. Belum sempat terlontar pertanyaanku petugas di loket itu mendahului memberitahu "bu ambil plat nomornya di ruang TNKB di belakang. Sesuai arahannya, dengan gontai kulangkahkan kaki kembali ke belakang.

Alhamdulillah, akhirnya setelah melalui proses panjang perburuan plat nomor dan bayar pajak selesai. Aku pun pulang dengan senang, membawa sekelumit pengalaman untuk dituliskan  sebagai setoran menulis tanpa jeda 30 hari.

Bondowoso, 17.11.2021
Husnul Hafifah
#Tatangan menulis
#day 10


.

Hadiah Kejutan


Pak Ridwan memiliki bisnis penitipan ternak sapi. Sistem penitipannya ada yang  bersifat  musiman seperti momen Idul qurban. Ada juga penitipan jangka panjang dengan sistem bagi hasil. Mutu layanan dan kualitas pengelolaan penitipan sudah tak diragukan. Jejaring customernya cukup luas dari berbagai  profesi dan kalangan. Salah satu customer setianya adalah Pak Kades tetangga sebelah. Sudah 4 ekor sapi limousin jantan yang dititipkan. Kali ini Pak Kades menitipkan 1 lagi sapi betina bunting _ katanya special sebagai simpanan untuk hadiah kejutan pada sang istri yang Insyaallah 4 bulan lagi akan melahirkan.

Ketika  sapi simpanan pak kades melahirkan, Pak Ridwan dengan sigap menelepon si empunya. Sayang tak diangkat. Pak Ridwan lalu meninggalkan pesan  chat wa : " Pak Kades segera ke rumah, simpanannya sudah melahirkan, laki-laki sehat. Ibunya perlu diperiksakan belum doyan makan."

Pagi menjelang siang , 12 November di rumah pak Kades terjadilah keributan. Awalnya tetangga sekitar mengira Bu Kades melahirkan. Ternyata bukan. Pak Kades ditemukan dalam keadaan pingsan, mukanya lebam dengan bibir monyong tak karuan. Menurut kasak kusuk  yang beredar, Pak Kades digampar sendal klompen, sesaat setelah bu Kades membaca chat wa dari Pak Ridwan.

Bondowoso, 12.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan  menulis
#Day5

Label Peti

Demam, batuk, pahit, anosmia, sesak  pcr positif, RSU, IGD, ICU, saturasi turun, ventilator, donor plasma konvalesence, kesadrannya tersedasi, dan kritis. Deret kata ini  seperti copy paste, 2 kali dalam 2 pekan bertengger di wag keluarganya.Deret kata itu berujung dengan kalimat istirja dan meninggalkan duka mendalam.

Malam ini, Dia tak bisa tidur. Dalam kesendiriannya deret kata itu timbul tenggelam di alam pikirannya. Ada rasa gamang. Ia begitu cemas, takut dan khawatir. Ia belum siap bila kalimat istirja itu tertuju padanya. Komat kamit lantunan doa, serta istighfar tak terbilang jumlahnya terus dilafalkan.

Ia pun mencari cara agar bisa keluar dari tempat yang dianggapnya menyeramkan itu. Ia membuang rasa takutnya. Ia pun mengendap, berjalan berjingkat menyusuri lorong bangsal rumah sakit. Kakinya terus melangkah, menjauh dari ruang rawat inap. Sayang jalan yang telah ditempuhnya berujung buntu. Gembok pintu itu mengatup begitu kokoh. Ditebarkan pandangan ke segala penjuru. Di bawah remang cahaya lampu, matanya menyapu dengan jelas tumpukan kotak. Niat kabur makin bulat. Yah dengan bantuan kotak ia pikir bisa kabur melompat dinding itu. Degup jantungnya kencang meronta-ronta , menatap lekat tulisan ditiap -tiap kotak. masing-masing kotak _peti itu sudah berlabel."Tidaaak!" Spontan berbalik arah lari sekencang kencangnya , histeris minta tolong. Badannya terguncang guncang, "Bangun, bangun ma!" Mimpi buruk ya?"
Keringat dingin memburai, mengurai kecemasannya.

Bondowoso, 11082021
Husnul Hafifah

Kemeja Arab


Usai mandi kukenakan kemeja pemberian ibu_oleh-oleh dari tanah suci beberapa tahun lalu. Aku mematut di depan cermin, bersyukur kepada Allah atas karunia kesempurnaan wadak ini. Dalam hati juga mengiyakan ucapan ayah ibuku.  Aku tampan. Aku teringat pesan beliau sesaat aku hendak berangkat indekos, belajar hidup mandiri, kuliah di Malang. "Hati - hati dalam pergaulan, jaga diri, jangan tinggalkan salat berbuat baiklah pada siapa pun", pesan ibu sambil memasukkan kemeja yang kukenankan ini ke dalam tas gendongku.

Hari ini adalah Jumat pertamaku di kosan. Kemarin usai kuliah aku bersama teman sekosan_ Opang dan Bibi, survei mencari masjid terdekat yang ada di sekitaran kosan. Lokasi masjid tidak terlalu jauh, jalan kaki menyusuri gang-gang sempit hanya butuh waktu 5 menit. "Bro  ayo berangkat!" Suara Opang dan Bibi membubarkan lamunanku.

Sesampai di masjid, kami bertiga mendapati  tempat shaf terdepan di pojok kanan dekat mimbar. Alhamdulillah begitu salam dari salat sunnah tahyatal masjid azan berkumandang. Kami duduk khitmad menyimak azan, lalu khutbah. Alhamdulillah hingga pelaksanaan shalat Jumat usai penyakit ngantukku tak menyerang. Lebih lebih ketika aku berdiri hendak pulang. Aku terkaget gelagapan. Tetiba para jamaah, tua -muda  berhambur menuju ke arahku. Berebut menyalami dan menciumi tanganku. Aku hanya bisa melongo. Kulihat imam masjid berdiri hanya sedepa  di dekatku pergi begitu saja. Opang dan Bibi saling pandang menahan geli. Menutup bibirnya dengan sajadah. Aku segera kabur. Kupercepat langkahku menuju kosan. Kuraih androd, kuvicall orang rumah. "Mak gegara kemeja arab yang kugunakan ini, tangan kananku jadi salah sasaran ciuman jama'ah masjid". Di layar androidku kulihat raut wajah wanita paruh baya itu terkekeh.

Bond, 10.11.2021
Husnul Hafifah
#Pentigraf
#Tantanganmenulis
#Day 3

Ujung Pertengakarn


Ujung Pertngkaran

Hujan deras sore itu mulai mereda. Sayup-sayup suara keributan yang singgah ditelingaku, memancing rasa penasaran. Kumatikan kompor  menghentikan proses mengoreng pisang yang tinggal sekali lagi.Aku memburu penasaran, meningkatkan fokus mencari sumber suara keributan.

Rasanya tak percaya, begitu aku mengenali suara itu. Bagaimana mungkin dua sahabat itu beradu mulut dan nyaris baku hantam. Engkus dan Emon  saling curiga , saling tuduh atas kehamilan Beti. "Kau penghianat Ngkus!"Pasti Kau yang telah menghamilinya!" Engkus tak terima atas tuduhan Emon atas dirinya yang masih perjaka 100 persen. Engkus menyergah tudingan Emon dengan tak kalah sengitnya. " Stop!" Lengkingan suara Beti menghentikan adu mulut mereka berdua.

Engkus dan Emon terdiam mematung melihat apa yang terjadi pada Beti. Dalam rintih kesakitan Beti minta agar segera dipanggilkan tuannya. "Alhamdulillah bayi Beti laki laki, gagah ganteng 99% genetik indukannya ", jelas pak Mantri hewan usai memeriksanya. Engkus dan Emon saling pandang. Sadar pertengkarannya percuma. Mereka memang  pejantan, namun tak bisa membuktikan tuannya lebih memilih generasi dari inseminasi buatan.

Bondowoso, 8-11-2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis
# Hari 1

  


Mbok Ti


Mbok Ti Kecele


Perempuan tengah baya itu baru semalam datang. Mbok Ti, begitu kesehor nama panggilannya. Ia berniat lepas kangen  dengan rumah tinggal, keluarga dan kerabatnya. Maklum saja   dua tahun tak bisa mudik tersebab pandemi. Sejak pemberlakuan lockdown, pembatasan sosial berskala besar( PSBB), Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus mengalamai perpanjangan hingga berlevel. Tak ayal ijin cuti yang diberikan juragannya tuk pulang kampung selama seminggu dimaanfaatkannya semaksimal mungkin.

Usai menikmati sarapan pagi bersama anak dan cucu yang menempati rumahnya, Mbok Ti pamit hendak menggilir mengunjungi para tetangga sekitar rumah,tak ketinggalan juga menjenguk sahabat karibnya Mak Yas _saat keduanya  berjualan sayur di pasar. Rumahnya di pojokan paling ujung masuk gang samping rumahnya. Mbok Ti sempat terperangah melihat pemandangan di hadapannya. Betapa waktu 2 tahun begitu banyak memberi perubahan di kampung sekitarnya. Sepanjang jalan kampung terlihat bersih dan asri. Teras rumah tetangga sekitar penuh bunga aneka warna. Mbok Ti sempat ragu saat melangkah menuju teras tetangganya. Keraguan pupus begitu sambutan hangat dari balik pintu rumah riuh menyapa. Mbok Ti tak bosan, meladeni dengan riang pertanyaan yang intinya sama _bak foto kopi dari tetangga yang dikunjungi. Suasana akrab masih sama kendati 2 tahun mereka tak bersua.

Hari semakin siang, sinar matahari mulai menyengat, namun target Mbok Ti untuk menuntaskan kunjungan pada tetangga hari itu juga, tak menyurutkan langkahnya. Ia pun lanjut bertualang. Di depan gang menuju rumah Mak Yas, Mbok Ti melihat teman SDnya_Kang Narto hansip desa, yang tengah asyik ngobrol dengan seorang Polisi. Di balik kaca mata plus minus yang tebal, Kang Narto dengan baju hansipnya masih terlihat gagah. Dalam girang suara Mbok Ti pun  kalah lebih cepat dibanding langkahnya. Dengan lantang menyapa Kang Narto, mengajak ngobrol walau jarak masih berapa langkah. Merasa yang di ajak bicara hanya melongo di balik kaca mata hitamnya. Mbok Ti mengeraskan volume suaranya, dalam hatinya menduga mungkin pendengaran sang mantan rusaknya kian  parah. " To iki aku Suryati kon wes lali tah? Laopo caring, masio jaga keamanan warga iku ngiup oja panas panasan!" Mbok Ti nyerocos sambil menyalami Kang Narto. Ooalah bibir Mbok Ti mengatup seketika saat wadak berbaju hansip yang disalami hanyalah gombalan dan kain perca. Di kejauhan Mak Yas terkekeh melihat tingkah sahabatnya.

Bondowoso, 20.10.2021
Husnul Hafifah
#pentigraf

Usai Hujan



Usai Hujan

Tempias air hujan dari reranting pepohon sepanjang jalan, siang itu temani perjalanan pulangku. Ini kali kedua, jelang sebulan giat PKKM. Begitu akan usai agenda hari ini  tiba-tiba hujan turun begitu derasnya. Alhamdulillah walau hujan lebat namun tak lebih dari 1 jam lamanya.

Ada yang berbeda dari perjalanan pulang hujan pertama dan hujan kali ini. Hujan pertama masih kentara dengan khas hujan di musim kemarau. Hujan hanya mengguyur di daerah tertentu saja. Usai hujan langit kembali cerah, bahkan di daerah yang tidak hujan, sinar matahari terasa sangat menyengat di kulit wajah.

Hujan kedua lebih merata, walau sudah reda, mendung pekat masih melingkupi langit. Genangan air hujan  pada daerah tertentu menutup ruas jalan. Membasahi sepatu dan rok yang kukenakan. Tak hanya itu, sampah- sampah yang menimbun di selokan, menyumbat saluran. Debit air yang meluber ke jalan raya, sisakan serakan sampah  merusak pemandangan.

Hujan sangat dirindukan saat daerah mulai kekeringan, tetumbuhan dan remputan kerontang  kehausan. Kedatangan hujan adalah anugrah, pembawa keberkahan dan kelangsungan kehidupan alam semesta.

Selamat datang hujan, teriring doa:
“Allahumma shayyiban nafi’an."
Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat

Bondowoso, 27102021
Husnul Hafifah
#sisa hujan


Duplikat Kenangan


Duplikat Kenangan

Rasa penasaran  pada Syzyngium (nama latin dari Jambu air) yang kutanam di samping rumah  sudah berlangsung 5 tahun. Aku sendiri yang membeli bibit dan menanamnya. Pada batang pohon jambu air yang masih sebesar kelingking ibu jariku tercantum ID card. Memang ID card itu sekarang sudah tidak ada, lapuk tergerus hujan. Namun tulisannya terekam dalam ingatan. Penampakan buahnya yang merah menyala, walau hanya sebuah bukan hanya menunaikan rasa penasaranku. Tetapi sekaligus membawaku pada kenangan masa kanak kanak berpuluh tahun lalu.

Aku kelas 3 SD, dan adikku baru kelas 1. Suatu ketika, kala pulang sekolah kami berdua bermain di pekarang rumah. Pekarangan itu luas dipenuhi aneka tanaman dan pepohonan. Di tengah asyik bermain mata kami tertuju pada rimbun buah jambu air merah menyala. Entah bagaimana ceritanya adikku tiba -tiba sudah nangkring di atas pohon, seraya memberi aba-aba agar aku menangkap jambu yang dilemparkan kannya.

Baru beberapa tangkapan, kami dikejutkan suara tak asing yang begitu dekatnya. "Kakek!", kataku, gugup sambil menoleh ke sumber suara.  Kakek sudah berdiri tak jauh dariku sambil mengacungkan rotan pada adikku. Menyuruh agar segera turun. Gugup dengan kedatang kakek, adikku bukannya turun, malah menangis terisak sambil mengulang kalimat yang sama, memberi tahu jika tak bisa turun. Lalu kakek mengambil tangga memberi pertolongan. Degup jantung kami tak karuan dan gemetaran. Terbayang cabukan rotan akan bersarang pada betis kami. Ternyata kami salah duga. Kami berdua tak jadi dirotan malah kakek yang akhirnya memetikan jambu air. Tergiang kata kakek saat kami menikmati jambu.
" Sekali lagi ketahuan anak perempuan manjat pohon, akan kakek rotan" Syzygium di samping rumah pagi ini tak seperti ID cardnya, ia hanyalah duplikat kenangan.

Bond, 3.11.2021
Husnul Hafifah