Ratu Dapur


 Dingin masih erat memelukku. Sadar jika hari ini, jadwalku jadi ratu di dapur. Kubuka mukenah batik biru toska yang masih membungkus tubuh. Lalu kusingkap semua korden, serta kubuka  jendela rumah. Sejauh mata memandang terhampar langit tertutup awan tipis putih abu-abu.

Aku segera ke dapur. Pikiranku  berjalan penuh dengan planing sehari  menjadi ratu. Diawali dengan menyusun menu sarapan. Masak apa hari ini ya? Kubuka kulkas. Wow ...nyaris mlompong. Di antara  beberapa boks yang berisi, kutemukan 5 potong tahu putih, 1 bongkol paksay, kecambah, cabe rawit dan tomat_kukeluarkan.

Ide spontan, untuk sarapanku yang hanya  berdua saja dengan mantan, bahan-bahan yang ada akan kubuat perkedel tahu, cah paksay, kecambah telur puyuh. Menu tambahan menyusul menunggu tukang sayur lewat.

Pertama kucuci bahan-bahan yang akan kumasak. Untuk perkedel tahu cincang  halus 2 siung bawang putih, 3 siung bawang merah, cabe rawit sesuai selera. Masukkan semua pada tahu yang sudah dihaluskan, Tambahkan 1/2 sendok teh garam, 1/2 teh lada, 1 butir telur dan 2 sendok makan tepung bumbu. Aduh rata lalu goreng sesendok -sesendok. Jangan lupa tes rasa.

Sambil menggoreng aku menyiapkan bahan-bahan untuk cah. Paksay dipotong-potong, bawang putih, bawang merah, cabe rawit, tomat juga diiris-iris. Semua bahan sudah fiks tinggal cempang cemplung. Tentu menunggu setelah menggoreng perkedel tahu. Acara goreng mengoreng selesai kulanjut membuat cah.

Maksud hati memeluk gunung apa daya semeru erupsi, saat prosesi cemplung mencemplung terakhir kali, box kecambah tak teraih sempurna. Alamak kecambah pun tumpah, semburat kemana-mana memenuhi area dapurku yang luasnya memang tak seberapa.

Insiden kecambah tumpah rupanya sebagai isyarat belaka, saat kujongkok   memunguti kecambah di lantai, pada kolong tempat cuci piring aku menemukan mangkuk rice cooker yang belum dicuci. Artinya?

Bondowoso,5.12.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan menulis
#Day28

Wajah di Balik Masker

Tampang mas Joko. Si mantan cover boy era 80 an itu berseliweran di pelupuk mataku. Aku dan mas Joko sahabatan sejak kuliyah. Semenjak lulus kuliah, kami  tak pernah jumpa. Berkat kecanggihan teknologi, akhirnya kami dipersatukan kembali dalam wag alumni teman kuliah. Di grup itu Mas Jokolah yang paling getol menyemangati teman -teman untuk menjaga silaturahmi, berbagi tulisan pencerahan, di samping juga banyolan-banyolan positif tanpa provokatif serta antipornografi.

Seperti hari ini, lewat tulisan yang kubintangi aku membacanya lagi. Mbak Ana _istrinya saat lebaran kurang 3 hari merajuk mengajak ke mall minta dibelikan piranti lebaran. Tak ingin ada pertengkaran, walau setengah hati Mas Joko menuruti kemauan istri. Usai berbuka bukannya persiapan taraweh tapi langsung meluncur ke mall. Sampai di pintu masuk, satpam melarang Mas Joko masuk karena ia pakai masker scuba, katanya tak layak. Mas Joko balik arah mengambil masker standar di mobilnya, berpesan pada mbak Ana untuk menunggu di dekat pintu masuk.

Setelah ganti masker Mas Joko diizinkan masuk. Sampai di pintu masuk Ia kaget luar biasa. Pengunjung mall yang dilihatnya sangat banyak_membludag. Khawatir akan terjadi gelombang Covid ke-2 Mas Joko spontan menarik lengan sang Istri, mengajaknya keluar, mambatalkan niat shopingnya. Mbak Ana meronta, hendak melepaskan tangan Mas Joko. Rupanya cengkaraman tangan Mas Joko Lebih kuat. Mas Joko tak mempedulikan omelan, dan rontaan mbak Ana.Bahkan omelan Mas Joko bersaing. Sampai di parkiran Mas Joko membukakan pintu dan mendorong mbak Ana hingga terduduk. Mbak Ana kian marah dan kesal, saat itu ia ada kesempatan membuka maskernya sambil teriak" Hei bung lihat- lihat dong jangan main kasar ", bentaknya. Seketika wajah Mas Joko merah padam. Ia baru sadar yang ditariknya ternyata  bukan mbak Ana _istrinya.

Bumi Megalitikum, 1 Desember 2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis 30 hari tanpa
 jeda
 #day 24

Asmara Terlarang

Mendung pekat, diiringi reriintik hujan. Di ruang tengah perempuan paruh baya itu meradang. Bagaimana tidak. Anak perempuan yang begitu dimanjanya. Masih ingusan  dalam pandangannya- dalam sepekan berulah. Didikan dan nasihatnya seperti angin lalu saja. Masuk telinga kanan keluar dari telinga kirinya.

Puncaknya hari ini. Canira  anak perempuannya yang sedang dihukum di kamarnya, tidak ada. Ia memang kesal menemukan mereka bercumbu mesra. Ia tidak merestui hubungan asmara mereka. Di samping masih terlalu belia, Grey  bukanlah lelaki levelnya.  

Dalam amarah  dicarinya anak gadis itu kemana-mana. Seorang tetangga yang melihat memberitahunya. Yang dicarinya pergi bersama lelaki. Seperti ciri yang disampaikannya. Perempuan itu yakin anaknya dibawa lari oleh Grey. Laki-laki yang pernah diusirnya.
Perempuan itu pun berurai air mata, hatinya kesal " sia-sia aku menjaganya, akhirnya dia kawin lari dengan Grey si kucing kampung itu".

Bondowoso, 29.11.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan menulis
#day 22

Pagi Berkabut

Ahad ba'da subuh. Kabut pekat merenjiskan butiran air,meresap gigil ke seluruh tubuh. Kutarik  selimutku rebahan lagi di kasur. "Tak apalah sesekali. Lagian ini hari libu," pikirku. Memanjakan, memberikan hak tubuh. Rehat sejenak bebaskan diri dari urusan kantor dan urusan rumah. Nanti bangun bila perut keruyukan, beli  pecel pincuk sudah beres.

Entah kapan datangnya tau -tau suara Pak Su mengiang di telinga. "Belanja apa? ada orang kerja". Ambyar, cita-citaku tak sampai. Dengan kecut hati kujawab list belanjaan sekenanya. Menyingkirkan selimut, kutinggalkan kasur beranjak menuju dapur. 

Kududuk sebentar di kursi meja makan. Sesruput kopi arabika seduhan Pak Su, cukup caspleng  lenyapkan hati kusut dan wajah cemberut. Dengan bismillah semoga dalam ridho Allah kumulai aktivitas pagiku di dapur. Kukeluarkan isi kresek hitam belanjaan Pak Su. Ada tauge, kubis, tempe, cakalan, telur. dan jagung manis. Kuesksekusi bahan bahan itu menjadi beberapa menu masakan.

Tak kurang dari satu jam semua menu masakan sudah beres dan siap disajikan. Menu masakan  hari ini ada nasi putih pulen lumer over pengairan. Sayur bumbu kuning paduan tempe, kubis dan tauge anti gabut. Cakalan goreng lagi galau. Dadar jangung kalut dan sambal hijau cabe rawet morat marit.

Sampai sini saja  sepenggal kisah Ahad pagiku yang berkabut dan sedikit kalang kabut.

Bondowoso, 28.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
Day21

Recehan

Hari masih sepenggalah,masker yang kukenakan menemani perjalananku, tak mampu menghalau sengat  mentari. Peluhku menyembul di sela sela- jilbab pink yang kukenakan.

Bermula dari bekas palang pintu perlintasan sepur itu, jalanan tak besahabat. Jalan bergerojal, penuh lubang, belum lagi luap air selokan sisa hujan semalam menutup separuh ruas jalan. Sulit bedakan jalan datar dan kubangan. Sedetik waspadaku menghilang celaka 12 pengintainya.

Kuhela napas panjang saat keluar dari jalan nan penuh jebakan. Ingin kutancap gas, agar segera sampai pada madrasah binaan. Beruntung awasku tertuju jarum pengukur bensin tunggangan. Jarum hitamnya jauh lampaui garis merah. Nyaris! Sedikit lagi bisa mogok tengah jalan. Kutebar pandangan pada sekitar mencari minuman, buat motorku yang kehausan. Persis di pertigaan ke arah kanan _tanjakan, dahaga motorku terpuaskan. Tak terkira tak ternyana, persoalan baru datang. Aku kelimpungan saat dompet kesayangan tak kutemukan di dalam tas. Kurogoh semua kantung saku yang nempel di badan. Tak sepeser pun kutemukan. Kugeledah kantung kantung tas punggungku, Panikku melandai saat receh demi receh terhimpun, lalu dihitung. Alhasil hari ini rasa maluku terselamatkan.

Pejagan, 25.11.22
Husnul Hafifah
#tantangan menulis 30 hari tanpa jeda
#day 18

Janji


Sudah jadi tradisi, salah satu eforia ungkapan syukur atas terpilihnya Kades kami, disembelihlah seekor sapi. Sapi yang disembelih kadang sudah disiapkan cakades tapi bisa dari sponsor, murni sumbangan atau kalkulasi belakangan setelah pelantikan. Pokoknya bergantung pada perundingan.

Baik pendukung ataupun bukan  "mereka yang sadar" akan merapat dan  berbondong -bondong mendatangi rumah Kades baru. Datang memberi ucapan selamat, serta doa kebaikan.  "ingatkan saya, ingatkan saya", begitu kata kata Pak Kades setiap menyalami tamunya.
Persis di hari ke-7, Sinti siJanda beranak 1, mantan kembang desa yang tetap aduhai itu, baru bisa sowan.  Maklum saja, sebagai perempuan tetap pakewuh jika datang tak membawa buah tangan. Tiga kg gula yang dijinjingnya menunggu upah mingguan dari sang majikan tempat ia bekerja.

Seperti tamu lainya Sinti datang untuk mengucapkan selamat. Hampir satu jam  Sinti ngobrol dan sudah mendapat suguhan makan, tapi tak juga pulang. Ia berusaha mencari celah mengingatkan pak Kades. Bu Kades yang sedari tadi menemani merasa gerah. Ia  membiarkan Sinti ngobrol dengan pak Kades. Bu Kades mencari cara agar tamunya segera pulang. Bu Kades berdehem 3x. Mendengar isyarat itu pak Kades menoleh pada sang istri. Betapa terkejutnya  melihat istrinya mengacungkan ulekan batu dengan ekspresi mata membelalak dan alis naik 5 centi. Pak Kades merasa ngeri membayangkan jika ulekan itu melayang dan  menimpuk kepalanya. Tak ingin itu terjadi. Pak Kades  berbisik pada Sinti. " Maaf dik, janji saya akan menjadi jodoh Dik Sinti jika jadi Kades diralat. Saya akan mencarikan jodoh Dik Sinti" . Sinti pun Pamit pulang dengan menahan bulir air matanya agar tak jatuh.

Bumi Megalitikum, 21.11.2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis
#day 14



Kunci Kontak

 Bu Keyshe sudah siap dengan pakaian astronotnya. Bukan ke bulan tujuannya. Rinai hujan kepagian hari ini membuat kabut dan kalut hatinya. Waktu terus bergerak , tapi hujan tak jua reda . OJl ke-2 bimtek PKB yang diikutinya tak  bisa ditunda. Apa pun kondisinya.

Tiga menit berlalu, tapi kunci kontak di tangan kanannya tak jua bisa dimasukkan. "Uh apalagi ini", keluhnya.  Dicobanya lagi tangan kanannya mengorek-orek memasukan ujung kunci  pada lubangnya. Kali ini tenaganya lebih ekstra. Tetap tak bisa.  Runyam darah panas terasa aliri pipi dan kepalanya.  Dahinya berkerut, mulutnya komat kamit, ngomel kemana-mana , mengeja peristiwa tersebab kian minin saldo ATM-nya. Senin bayar PKB, selasa sevis ganti aki, Rabu ATM dibajak si Bungsu, Kamis kondangan. Lha ini...?

Belum tuntas kata yang diucap, dari belakang tangan kanan Bu Keyshe ada yang menggengam mesra. Pak Su sedari tadi sengaja diam-diam mengamati tingkah dan kekalutan istrinya.  Bu Keyshe hendak menepisnya. tapi batal saat melihat sesuatu tergelatung dari telunjuk jari Pak Su. Bersamaan dengan bisik mesranya" mana mungkin bisa yank kunci kontak Scoopy dicolokkan ke vario bukan pasangannya. Seribu daya kuda pun tak mungkin bisa". Bu Keyshe melengos menahan geli di dadanya. Menyalakan motor lalu pergi dalam rerintik hujan terngiang candaan suami, " cium dulu eh ikum dulu yank".

Bondowoso,20.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
#day 13

Rindu Terselubung

 Dia pasti kangen berat. Seperti yang ditulis pada secarik kertas lalu difoto dan dikirimkan lewat wa ustdzahnya pekan lalu. Secarik penuh buku tulis itu isinya  muter-muter intinya mengabarkan kerinduannya_pingin pulang. Ijin pulang diberikan hanya kepentingan vaksin saja. Singkat cerita si bungsu pun vaksin ke-2 di puskesmas dekat rumah.

Usai vaksin siang itu ia ikut rebahan di sebelahku. Sambil bersandar pada pundak kubiarkan dia bercerita. Ku betah-betahkan menahan kantuk jadi pendengar setia. Ada 2 cerita yang kuingat betul sebelum akhirnya aku benar benar pulas. Pertamanya  tentang jilbabnya  yang dipinjam adik kelasnya, saat dikembalikan bukan jilbabnya. Si bungsu tak mau menerima dan diikhlaskan tidak dikembalikan. Kedua uang  saku si bungsu sudah mau habis, padahal masih setengah bulan jalan. Katanya dibuat beli-beli di ustazah, " ndak apa apa kan ma menyenangkan hati ustazah?"

Sejenak kuterdiam, saat kubuka  mata si bungsu berdiri di depan pintu, mengumbar senyum manis lalu duduk di dekatku."Mama, makasih ya sudah izinin isi shopee payku .Aku sudah cek out 5 barang di shope nanti antarkan ke asrama ya?" Aku terperanjat dan ini benar benar bukan mimpi.

Bondowoso.19.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan menulis
Day 12

Ayu

Seperti nama panggilan yang disematkan padamya, "Ayu". Paras ibu muda itu memang ayu. Ditopang postur tubuh yang semampai, tetap langsing walau sudah punya 3 momongan. Biduk rumah tangga yang dibangun bersama kekasihnya sejak dari dibangku kuliah nyaris sempurna. Terlihat tak ada riak - raik pertengkaran sekecil apapun. Ayu dan suami adalah pasangan yang kompak, selain sangat pintar mengelola emosi mereka. Sulit digambarkan dengan kata-kata tentang  keharmonis dan keromatisan mereka dalam membina rumah tangga.

Seperti hujan bulan November yang datang mendahului musimnya, senja itu pendar cahaya putih pancarkan aneka warna. Merah, kuning, hijau biru dan jingga. Ayu bersama suami dan ketiga buah hatinya menikmati keindahan pelangi di batas cakrawala lewat jendela rumahnya. Mereka menikmati keindahan dan merasakan ketakjuban luar biasa walau sesaat. Tetiba awan pekat berarak, disertai petir dan badai.

Petir dan badai disenja  itu, seperti memberi  isyarat sesuatu yang buruk akan menimpa. Ayu mencoba menepisnya. Pagi setengah siang. Kondisi tubuhnya tetiba tidak prima saat di tempat kerja, memaksa Ayu pulang lebih awal. Entalah yang diinginkan hanyalah rebahan saja di kamarnya. Dengan bantuan sahabatnya Ayu diantar pulang. Impian Ayu untuk rebahan ambyar,hatinya remuk redam. Kilatan petir seolah menyambar-nyambar dirinya. Saat membuka pintu kamar Ayu mendapati  wanita lain di peraduannya.

Bondowoso,18.11.2021
#tantangan menulis
#day 11

Kali Pertama

dok pribadi layanan terpadu Samsat Bond

Kalau bukan karena terpaksa bisa jadi seumur hidup aku tak akan pernah mendatangi kantor ini. Awal bulan lalu suami sudah wanti-wanti, jika bulan ini waktunya bayar pajak Scoopy dan ganti plat nomer. Kata suami,untuk ganti plat nomer pemilik harus datang sendiri.

Sepeda motor Scoopy itu sudah 10 tahun menemani ke mana pun kupergi. Untuk urusan bayar pajak, ganti plat nomer aku tidak pernah melakukan sendiri_ selalu diuruskan suami.

Hari ini, untuk pertama kalinya aku ke kantor Samsat (sistem administrasi manunggal satu atap), mengurus pembayaran pajak dan ganti plat nomor. Mendatangi suatu tempat dan mengurus keperluan yang tak pernah dilakukan sebelumnya tentu akan memberikan kesan dan pengalaman tersendiri.

Banyak orang mengatakan pengalaman pertama itu mendebarkan. Benar juga ternyata, saat aku melintasi pintu masuk, menuju halaman Samsat, hati sempat bimbang, bertanya dalam hati di mana tempat parkirnya. Untung saja ada beberapa sepeda motor mendahului.  Aku mengekor hingga ketemu jejeran sepeda motor terparkir.   Kuparkir sepeda di celah antar sepeda. Aku tak beranjak di samping sepeda, kulihat dan kuamati sekitar. Mataku tertuju pada berbagai tulisan di papan nama atau bener.

Mungkin karena melihatku seperti bingung, seorang jukir baik hati  tiba-tiba menghampiri sambil menunjuk ke suatu arah. Ia mengatakan "ibu ke gudang arsip dulu"

Kuikuti sarannya. Di depan ruang di maksud kulihat dua orang ibu duduk mengantre. Aku masuk dan  menyodorkan STNK, KTP,dan BPKB pada petugas . Sementara menunggu aku duduk  sederet dengan kedua ibu itu. Tak butuh waktu lama aku pun di panggil. Petugas menyodorkan kembali berkas yang kubawa tadi dalam sebuah map, menyebutkan nominal biaya 10.000 rupiah, serta menunjukkan kemana map harus kubawa.

Ruang BPKB. Kusodorkan map yang
dibawa dari ruang arsip pada petugas. Pada ruang yang tidak terlalu luas ini juga tersedia tempat duduk untuk mengantre. Sudah ada beberapa orang, dan masih ada 2 kursi kosong.  Saat aku hendak duduk petugas memintaku ke depan, agar  mengisi no HP pada map. Gegara kurang baca map kusodorkan tanpa identitas. Ternyata bukan hanya aku, orang lain kuperhatikan sama, kurang baca. Membubuhkan no hp setelah diingatkan petugas.

Pemerikasaan berkas di ruang BPKP cukup singkat satu berkas tak lebih dari 3 menit. Dari ruang ini petugas mengarahkanku  ke loket layanan cek fisik. Dengan PD kutenteng berkas lalu dimasukkan ke loket. Petugas loket yang kala itu berjilbab dan bermasker spontan menanyakan sudah cek fisik apa belum. Gelengan kepalaku rupanya lebih jitu dibanding bicara dibalik masker.  Petugas sigap mengembalikani berkasku seraya mengatakan, "cek fisik dulu bu".

Untungnya aku tanggap, cek fisik yang dimaksud  bukan cek fisik pemiliknya tapi motornya. Cek fisik motor ternyata hanya di depan loket. Cek fisik juga  mengantre tapi  tidak lama. Ada beberapa petugas cek fisik , semua mengenakan seragam atasan berwarna biru dongker dan pada punggung bertuliskan  cek fisik.

Kukira usai dari layanan cek fisik, proses pembayaran PKB dan ganti plat sudah selesai. Ternyata masih ada proses lanjutan. Petugas layanan loket,  memeriksa, mencatat, lalu mengembalikan map berkas dengan pesan "ke loket 1 pendaftaran ". Gedung layanan terpadu.

Aku berjalan menuju ke ruang layanan terpadu. Gedung ini berada di bagian depan. Dibandingkan ruang yang lain gedung ini paling luas, serta memiliki beberapa bagian. bagian pertama informasi, loket 1, loket 2, pengesahan dan penyerahan. Pada bagian depan loket disediakan tempat duduk yang berderet  berbanjar rapi.

Seperti di ruang lain, masuk ruang ini juga dengan prokes. pengunjung masuk dengan jaga jarak, Petugas menyambut satu persatu dan memerikasa berkas, memberi no antrean serta mengarahkan pengunjung ke loket mana, berkas di bawa.

Selama menunggu proses penyelasai administrasi pengunjung bisa menikmati tayangan telivisi, membaca buku atau majalah yang tersedia di rak pojok baca. Rak pojok baca yang menempel pada dinding warnanya mencolok, paduan warna kuning dan oren. Sedang bagian bawah berupa lemari kayu dengan sekat-sekat. Sayang koleksi bacaan yang ada sangat minimalis dan terkesan kurang update. Pantaslah jika pengunjug lebih asyik bermain android saat menunggu dibandingkan membaca bacaan yang dari fisiknya sudah tak menarik.

Mengantre ruang ini cukup lama juga. Untuk menghilangkan kejenuhan aku goegling mencari berbagai informasi yang kubutuhkan. Belum usai pencarianku, namaku dipanggil. Aku pun menuju kasir menyelesaikan pembayaran. Usai pembayaran map masih harus disodorkan pada petugas di meja pengesahan dan penyerahan. Di loket pengesahan dan penyerahan aku mendapatkan STNK. Belum sempat terlontar pertanyaanku petugas di loket itu mendahului memberitahu "bu ambil plat nomornya di ruang TNKB di belakang. Sesuai arahannya, dengan gontai kulangkahkan kaki kembali ke belakang.

Alhamdulillah, akhirnya setelah melalui proses panjang perburuan plat nomor dan bayar pajak selesai. Aku pun pulang dengan senang, membawa sekelumit pengalaman untuk dituliskan  sebagai setoran menulis tanpa jeda 30 hari.

Bondowoso, 17.11.2021
Husnul Hafifah
#Tatangan menulis
#day 10


.

Hadiah Kejutan


Pak Ridwan memiliki bisnis penitipan ternak sapi. Sistem penitipannya ada yang  bersifat  musiman seperti momen Idul qurban. Ada juga penitipan jangka panjang dengan sistem bagi hasil. Mutu layanan dan kualitas pengelolaan penitipan sudah tak diragukan. Jejaring customernya cukup luas dari berbagai  profesi dan kalangan. Salah satu customer setianya adalah Pak Kades tetangga sebelah. Sudah 4 ekor sapi limousin jantan yang dititipkan. Kali ini Pak Kades menitipkan 1 lagi sapi betina bunting _ katanya special sebagai simpanan untuk hadiah kejutan pada sang istri yang Insyaallah 4 bulan lagi akan melahirkan.

Ketika  sapi simpanan pak kades melahirkan, Pak Ridwan dengan sigap menelepon si empunya. Sayang tak diangkat. Pak Ridwan lalu meninggalkan pesan  chat wa : " Pak Kades segera ke rumah, simpanannya sudah melahirkan, laki-laki sehat. Ibunya perlu diperiksakan belum doyan makan."

Pagi menjelang siang , 12 November di rumah pak Kades terjadilah keributan. Awalnya tetangga sekitar mengira Bu Kades melahirkan. Ternyata bukan. Pak Kades ditemukan dalam keadaan pingsan, mukanya lebam dengan bibir monyong tak karuan. Menurut kasak kusuk  yang beredar, Pak Kades digampar sendal klompen, sesaat setelah bu Kades membaca chat wa dari Pak Ridwan.

Bondowoso, 12.11.2021
Husnul Hafifah
#tantangan  menulis
#Day5

Label Peti

Demam, batuk, pahit, anosmia, sesak  pcr positif, RSU, IGD, ICU, saturasi turun, ventilator, donor plasma konvalesence, kesadrannya tersedasi, dan kritis. Deret kata ini  seperti copy paste, 2 kali dalam 2 pekan bertengger di wag keluarganya.Deret kata itu berujung dengan kalimat istirja dan meninggalkan duka mendalam.

Malam ini, Dia tak bisa tidur. Dalam kesendiriannya deret kata itu timbul tenggelam di alam pikirannya. Ada rasa gamang. Ia begitu cemas, takut dan khawatir. Ia belum siap bila kalimat istirja itu tertuju padanya. Komat kamit lantunan doa, serta istighfar tak terbilang jumlahnya terus dilafalkan.

Ia pun mencari cara agar bisa keluar dari tempat yang dianggapnya menyeramkan itu. Ia membuang rasa takutnya. Ia pun mengendap, berjalan berjingkat menyusuri lorong bangsal rumah sakit. Kakinya terus melangkah, menjauh dari ruang rawat inap. Sayang jalan yang telah ditempuhnya berujung buntu. Gembok pintu itu mengatup begitu kokoh. Ditebarkan pandangan ke segala penjuru. Di bawah remang cahaya lampu, matanya menyapu dengan jelas tumpukan kotak. Niat kabur makin bulat. Yah dengan bantuan kotak ia pikir bisa kabur melompat dinding itu. Degup jantungnya kencang meronta-ronta , menatap lekat tulisan ditiap -tiap kotak. masing-masing kotak _peti itu sudah berlabel."Tidaaak!" Spontan berbalik arah lari sekencang kencangnya , histeris minta tolong. Badannya terguncang guncang, "Bangun, bangun ma!" Mimpi buruk ya?"
Keringat dingin memburai, mengurai kecemasannya.

Bondowoso, 11082021
Husnul Hafifah

Kemeja Arab


Usai mandi kukenakan kemeja pemberian ibu_oleh-oleh dari tanah suci beberapa tahun lalu. Aku mematut di depan cermin, bersyukur kepada Allah atas karunia kesempurnaan wadak ini. Dalam hati juga mengiyakan ucapan ayah ibuku.  Aku tampan. Aku teringat pesan beliau sesaat aku hendak berangkat indekos, belajar hidup mandiri, kuliah di Malang. "Hati - hati dalam pergaulan, jaga diri, jangan tinggalkan salat berbuat baiklah pada siapa pun", pesan ibu sambil memasukkan kemeja yang kukenankan ini ke dalam tas gendongku.

Hari ini adalah Jumat pertamaku di kosan. Kemarin usai kuliah aku bersama teman sekosan_ Opang dan Bibi, survei mencari masjid terdekat yang ada di sekitaran kosan. Lokasi masjid tidak terlalu jauh, jalan kaki menyusuri gang-gang sempit hanya butuh waktu 5 menit. "Bro  ayo berangkat!" Suara Opang dan Bibi membubarkan lamunanku.

Sesampai di masjid, kami bertiga mendapati  tempat shaf terdepan di pojok kanan dekat mimbar. Alhamdulillah begitu salam dari salat sunnah tahyatal masjid azan berkumandang. Kami duduk khitmad menyimak azan, lalu khutbah. Alhamdulillah hingga pelaksanaan shalat Jumat usai penyakit ngantukku tak menyerang. Lebih lebih ketika aku berdiri hendak pulang. Aku terkaget gelagapan. Tetiba para jamaah, tua -muda  berhambur menuju ke arahku. Berebut menyalami dan menciumi tanganku. Aku hanya bisa melongo. Kulihat imam masjid berdiri hanya sedepa  di dekatku pergi begitu saja. Opang dan Bibi saling pandang menahan geli. Menutup bibirnya dengan sajadah. Aku segera kabur. Kupercepat langkahku menuju kosan. Kuraih androd, kuvicall orang rumah. "Mak gegara kemeja arab yang kugunakan ini, tangan kananku jadi salah sasaran ciuman jama'ah masjid". Di layar androidku kulihat raut wajah wanita paruh baya itu terkekeh.

Bond, 10.11.2021
Husnul Hafifah
#Pentigraf
#Tantanganmenulis
#Day 3

Ujung Pertengakarn


Ujung Pertngkaran

Hujan deras sore itu mulai mereda. Sayup-sayup suara keributan yang singgah ditelingaku, memancing rasa penasaran. Kumatikan kompor  menghentikan proses mengoreng pisang yang tinggal sekali lagi.Aku memburu penasaran, meningkatkan fokus mencari sumber suara keributan.

Rasanya tak percaya, begitu aku mengenali suara itu. Bagaimana mungkin dua sahabat itu beradu mulut dan nyaris baku hantam. Engkus dan Emon  saling curiga , saling tuduh atas kehamilan Beti. "Kau penghianat Ngkus!"Pasti Kau yang telah menghamilinya!" Engkus tak terima atas tuduhan Emon atas dirinya yang masih perjaka 100 persen. Engkus menyergah tudingan Emon dengan tak kalah sengitnya. " Stop!" Lengkingan suara Beti menghentikan adu mulut mereka berdua.

Engkus dan Emon terdiam mematung melihat apa yang terjadi pada Beti. Dalam rintih kesakitan Beti minta agar segera dipanggilkan tuannya. "Alhamdulillah bayi Beti laki laki, gagah ganteng 99% genetik indukannya ", jelas pak Mantri hewan usai memeriksanya. Engkus dan Emon saling pandang. Sadar pertengkarannya percuma. Mereka memang  pejantan, namun tak bisa membuktikan tuannya lebih memilih generasi dari inseminasi buatan.

Bondowoso, 8-11-2021
Husnul Hafifah
#Tantangan Menulis
# Hari 1

  


Mbok Ti


Mbok Ti Kecele


Perempuan tengah baya itu baru semalam datang. Mbok Ti, begitu kesehor nama panggilannya. Ia berniat lepas kangen  dengan rumah tinggal, keluarga dan kerabatnya. Maklum saja   dua tahun tak bisa mudik tersebab pandemi. Sejak pemberlakuan lockdown, pembatasan sosial berskala besar( PSBB), Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus mengalamai perpanjangan hingga berlevel. Tak ayal ijin cuti yang diberikan juragannya tuk pulang kampung selama seminggu dimaanfaatkannya semaksimal mungkin.

Usai menikmati sarapan pagi bersama anak dan cucu yang menempati rumahnya, Mbok Ti pamit hendak menggilir mengunjungi para tetangga sekitar rumah,tak ketinggalan juga menjenguk sahabat karibnya Mak Yas _saat keduanya  berjualan sayur di pasar. Rumahnya di pojokan paling ujung masuk gang samping rumahnya. Mbok Ti sempat terperangah melihat pemandangan di hadapannya. Betapa waktu 2 tahun begitu banyak memberi perubahan di kampung sekitarnya. Sepanjang jalan kampung terlihat bersih dan asri. Teras rumah tetangga sekitar penuh bunga aneka warna. Mbok Ti sempat ragu saat melangkah menuju teras tetangganya. Keraguan pupus begitu sambutan hangat dari balik pintu rumah riuh menyapa. Mbok Ti tak bosan, meladeni dengan riang pertanyaan yang intinya sama _bak foto kopi dari tetangga yang dikunjungi. Suasana akrab masih sama kendati 2 tahun mereka tak bersua.

Hari semakin siang, sinar matahari mulai menyengat, namun target Mbok Ti untuk menuntaskan kunjungan pada tetangga hari itu juga, tak menyurutkan langkahnya. Ia pun lanjut bertualang. Di depan gang menuju rumah Mak Yas, Mbok Ti melihat teman SDnya_Kang Narto hansip desa, yang tengah asyik ngobrol dengan seorang Polisi. Di balik kaca mata plus minus yang tebal, Kang Narto dengan baju hansipnya masih terlihat gagah. Dalam girang suara Mbok Ti pun  kalah lebih cepat dibanding langkahnya. Dengan lantang menyapa Kang Narto, mengajak ngobrol walau jarak masih berapa langkah. Merasa yang di ajak bicara hanya melongo di balik kaca mata hitamnya. Mbok Ti mengeraskan volume suaranya, dalam hatinya menduga mungkin pendengaran sang mantan rusaknya kian  parah. " To iki aku Suryati kon wes lali tah? Laopo caring, masio jaga keamanan warga iku ngiup oja panas panasan!" Mbok Ti nyerocos sambil menyalami Kang Narto. Ooalah bibir Mbok Ti mengatup seketika saat wadak berbaju hansip yang disalami hanyalah gombalan dan kain perca. Di kejauhan Mak Yas terkekeh melihat tingkah sahabatnya.

Bondowoso, 20.10.2021
Husnul Hafifah
#pentigraf

Usai Hujan



Usai Hujan

Tempias air hujan dari reranting pepohon sepanjang jalan, siang itu temani perjalanan pulangku. Ini kali kedua, jelang sebulan giat PKKM. Begitu akan usai agenda hari ini  tiba-tiba hujan turun begitu derasnya. Alhamdulillah walau hujan lebat namun tak lebih dari 1 jam lamanya.

Ada yang berbeda dari perjalanan pulang hujan pertama dan hujan kali ini. Hujan pertama masih kentara dengan khas hujan di musim kemarau. Hujan hanya mengguyur di daerah tertentu saja. Usai hujan langit kembali cerah, bahkan di daerah yang tidak hujan, sinar matahari terasa sangat menyengat di kulit wajah.

Hujan kedua lebih merata, walau sudah reda, mendung pekat masih melingkupi langit. Genangan air hujan  pada daerah tertentu menutup ruas jalan. Membasahi sepatu dan rok yang kukenakan. Tak hanya itu, sampah- sampah yang menimbun di selokan, menyumbat saluran. Debit air yang meluber ke jalan raya, sisakan serakan sampah  merusak pemandangan.

Hujan sangat dirindukan saat daerah mulai kekeringan, tetumbuhan dan remputan kerontang  kehausan. Kedatangan hujan adalah anugrah, pembawa keberkahan dan kelangsungan kehidupan alam semesta.

Selamat datang hujan, teriring doa:
“Allahumma shayyiban nafi’an."
Ya Allah, curahkanlah air hujan yang bermanfaat

Bondowoso, 27102021
Husnul Hafifah
#sisa hujan


Duplikat Kenangan


Duplikat Kenangan

Rasa penasaran  pada Syzyngium (nama latin dari Jambu air) yang kutanam di samping rumah  sudah berlangsung 5 tahun. Aku sendiri yang membeli bibit dan menanamnya. Pada batang pohon jambu air yang masih sebesar kelingking ibu jariku tercantum ID card. Memang ID card itu sekarang sudah tidak ada, lapuk tergerus hujan. Namun tulisannya terekam dalam ingatan. Penampakan buahnya yang merah menyala, walau hanya sebuah bukan hanya menunaikan rasa penasaranku. Tetapi sekaligus membawaku pada kenangan masa kanak kanak berpuluh tahun lalu.

Aku kelas 3 SD, dan adikku baru kelas 1. Suatu ketika, kala pulang sekolah kami berdua bermain di pekarang rumah. Pekarangan itu luas dipenuhi aneka tanaman dan pepohonan. Di tengah asyik bermain mata kami tertuju pada rimbun buah jambu air merah menyala. Entah bagaimana ceritanya adikku tiba -tiba sudah nangkring di atas pohon, seraya memberi aba-aba agar aku menangkap jambu yang dilemparkan kannya.

Baru beberapa tangkapan, kami dikejutkan suara tak asing yang begitu dekatnya. "Kakek!", kataku, gugup sambil menoleh ke sumber suara.  Kakek sudah berdiri tak jauh dariku sambil mengacungkan rotan pada adikku. Menyuruh agar segera turun. Gugup dengan kedatang kakek, adikku bukannya turun, malah menangis terisak sambil mengulang kalimat yang sama, memberi tahu jika tak bisa turun. Lalu kakek mengambil tangga memberi pertolongan. Degup jantung kami tak karuan dan gemetaran. Terbayang cabukan rotan akan bersarang pada betis kami. Ternyata kami salah duga. Kami berdua tak jadi dirotan malah kakek yang akhirnya memetikan jambu air. Tergiang kata kakek saat kami menikmati jambu.
" Sekali lagi ketahuan anak perempuan manjat pohon, akan kakek rotan" Syzygium di samping rumah pagi ini tak seperti ID cardnya, ia hanyalah duplikat kenangan.

Bond, 3.11.2021
Husnul Hafifah

SIEKA

Telunjuk jari tinggal klik web Pusdiklat, nyaris bersamaan bunyi ringtone wa. Bu Betriza selaku koordinator kelas menuliskan pesan penundaan agenda. Paparan materi melalui video conferen yang sedianya dimulai tepat pukul 08.00 wib hingga pukul 11.00 ditunda dengan waktu tak ditentukan.

Kosongnya giat pagi ini menuai banyak komentar peserta. Sebagian besar senang karena bisa lanjut dengan rutinitas  hariannya. Maklumlah diklat daring yang diikuti ini tidaklah murni diklat sebagaimana umumnya. Peserta diklat  pada jam kosong tetap menjalankan tugas kantor. Bahkan jika ada tugas kantor yang sangat urgen, peserta bisa meninggalkan meeting room, setelah mendapatkan ijin narasumber.

Saya termasuk bagian peserta yang senang. Mengingat ada target pekerjaan yang harus dirampungkan. Laporan kinerja pada aplikasi SIEKA (Sistem informasi elektronik kinerja ASN Kemenag) sebulan terakhir ini terbengkalai. Faktor utama adalah kendala pada signal. Baik itu signal android ataupun wifi  yang sering eror atau tak ada jaringan.

Menginput "rapelan" kinerja harian tidaklah sulit jika signal lancar dan ada catatan secara lengkap. Tidak sampai 1 jam, alhamdulillah dengan dukungan signal yang kuat pagi ini, data kinerja bulan lalu sudah terinput dengan capaian SKP 100 persen.

Pelaporan kinerja harian bagi setiap ASN adalah syarat mutlak selain data presensi elektronik. Sebagaimana  diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2019 tentang Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Agama.

Semoga membawa keberkahan. Aamiin.

Bondowoso, 7-09-21
Husnul Hafifah
#catatan daring hari ke-2

Umpatan Nyasar



Kulangitkan doa terbaik mengawali hari ini. Semoga Allah memberikan kelancaran untuk giat diklat daring 100 jam ke depan. Bagiku signal itu mendebarkan, penuh perjuangan.

Sudah ada ratusan peserta diklat dari 6 angkatan_utusan berbagai provinsi hadir di meeting room. Sambil menunggu kedatangan pejabat yang akan membuka acara, moderator menyampaikan tata tertip peserta demi kelancaran dan kenyamanan bersama.

Tetiba teriakan lantang dan umpatan liar warnai suasana. Makjleb!  Sepagi itu darah tingginya kumat. Dia lupa mengunmute mikronfonnya.


#Catatan Diklat Daring 1
6 september 2021
Husnul Hafifah

Perjalanan






Sebelum tidur semalam, sudah kurancang dengan matang tentang giatku hari ini. Agenda utama mengunjungi 2 sekolah_monitoring pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas. Sekolah berlokasi di Dusun Karang Paras  jadi sasaran pertama lanjut sekolah berlokasi di Dusun Tegal Pasir sasaran berikutnya.

 Bukan tanpa sebab kupilih alur begitu. Pengalaman 4 bulan lalu saat uji coba  PTM terbatas khusus jenjang kelas akhir. Berkat panduan salah seorang guru _untuk pertama kalinya setelah 3 tahun membina madrasah itu, aku baru tahu yang  sebenarnya. Jarak sekolah pertama menuju sekolah kedua  dimaksud sangatlah dekat bila ditempuh melewati jalan pintas (masuk gang perkampungan). Hanya tak lebih dari 3 km Lebih hemat waktu dan tenaga  dibandingkan melewati rute  biasanya.

Dengan perasaan bahagia dan berbunga -bunga pagi ini aku berangkat. Tentu saja bersama scoopy putih jadul yang setia menemani, menyusuri  aneka medan musim kemarau. Dari medan mulus, bergelombang, berlubang , berbebatuan, berkerikil sampai berdebu. Kompleksitas jalanan  mewarnai  perjalanan pagiku. 

Kira-kira 15 menit sudah berlalu, 2 km lagi akan sampai. Seperti tabir tersingkap di alam pikiranku. "Ya Allah begitu mudahnya aku lupa". Tanpa sadar aku keluar dari planing. Mengalir begitu saja. Sekolah di dusun Karang Paras tujuan  pertamaku,  realitanya di Dusun Tegal Pasir diri ini kubawa.
 
Alhamdulillah, walau  tak ada chemistry antara hati dan perbuatanku  Allah melindungi perjalananku, hingga aku sampai di sekolah itu dengan selamat. 

Kuparkirkan sepada persis di depan ruang guru. Suasana pelataran sepi. Sejurus mataku tertumpu pada onggokan sampah di depan pojok kelas. Kulihat pula ruang guru yang kosong, hanya ada sebuah tas dan buku di atas meja itu. Ada 3 ruang  kelas sederet dengan ruang guru.  Semuanya dalam kondisi tertutup. 

Kutuju ruang kelas di sebalah ruang guru. Samar-samar kudengar suara anak-anak. Kuketuk pintunya. Pada lubang  gagang pintu yang rusak aku melihat dengan jelas seorang guru perempuan sedang "nglesot" bersama murid-muridnya di atas karpet lusuh. Tak kurang dari sepuluh siswa saat kuhitung cepat_di ruangan itu.

Pandangan sekilasku juga  menangkap salah satu siswa memberi tahu sang guru yang tak menyadari akan kehadiranku_ sambil menunjuk ke arahku. Spontan siswa lain  berteriak girang sambil menayakan "Bu vaksinan?" Sang guru memberi isyarat agar siswa diam dan melanjutkan belajar. 

Guru itu menghampiri dan membawaku pada kepala sekolah yang saat itu juga masih mengajar di ruang sebelahnya. Aku mengekor saja saat kepala sekolah mengajakku.Usai melihat- lihat pelaksanaan KBM lalu aku disilakan ke ruang guru. Di situ, kepala sekolah dengan ditemani seorang guru_kami bertiga serius dalam perbincangan.

Aku sengaja lebih banyak mendengar apa yang  dicurhatkan mereka. Terutama dari sang kepala sekolah. Sebagai kepala baru kubiarkan dia mengungkap banyak hal terkait  dengan tugas yang baru diembannya. 
Tak terasa waktu 1,5 jam sudah berlalu. 

Waktu segitu memang sangat kurang untuk membahas segala persoalan yang dihadapi sekolah. Mengingat masih suasana perpanjangan "PPKM", sementara  kubatasi dulu perbincanganku di sekolah itu. 

Aku pun  melanjutkan perjalanan sesuai agenda, dengan perubahan skenario-Nya.
Rasa percaya diri yang tinggi, dan dengan alur terbalik kubawa ingatanku melacak jalan yang penah dilewati 4 bulan lalu. 

"Bu mohon bimbingannya "saya berangkat dari nol". 
Kalimat itu mengiang di sepanjang perjalanku. Masalah klasik di sekolah swasta_ pergantian kepala sekolah semaunya yayasan, regulasi yang ada kerap diabaikan. Penjabat kepala sekolah swasta syarat utamanya "tawaddu dan sendiko dawuh" pada yayasan. 

Kompetensi dan kabilitas seorang kepala tak jadi perhitungan. Adalah sebuah kelaziman jika setiap pergantian  kepala akan menyisakan "dosa warisan' kepada penerusnya.

Seperti tape recorder, entah sudah kali keberapa setiap pembinaan dan memotivasi kepala sekolah aku selalu  menggunakan kalimat" tugas dan pekerjaan kepala yang banyak ini jangan dipikirkan ! Anda akan pusing sendiri nantinya. Yang bisa dikerjakan ayo kerjakan. Kerjakan sesuai kemampuan dan kondisi sekolah. Jangan kerjakan sendiri. Kepala sekolah harus membangun kemitraan dengan para guru dan tenaga kependidikan. Bagi habis itu pekerjaan. Jangan gunakan menejemen tukang bakso!" 

Sang kepala sekolah itu tersenyum dan manggut -manggut. Sementara aku terpana, saat keluar dari mulut gang pada  pertigaan itu. Mataku nanar menangkap sebuah gedung di ujung kanan jalan  bertuliskan  "Puskesmas Jambesari Darus Sholah" 

Astaghfirullah. Lagi-lagi aku salah jalan. Maksud hati menembus jalan pintas yang hanya bisa ditempuh sekitaran 5 menit sampai. Siapa sangka hari ini aku dapat bonus waktu, bonus keringat gegara aku salah memilih gang. Endingnya aku semakin menjauh dari tujuan. Inikah teguran? Aku hanya berencana, tapi keputusan di tangan-Nya. 

Ya Allah ya Rabb ...ampuni dosaku, hamba sadar aku hanyalah hamba, bodoh, lalai, tak berdaya tanpa pertolongan-Mu, sungguh tak pantas kesombongan bersemayam di dada.


Bondowoso, 1 Sep 2021
Husnul Hafifah


HANIA MARITZA RAHMA




HANIA MARITZA RAHMA

Hanya engkaulah satu-satunya
Anak perempuan dari 3 bersaudara
Nikmat terindah di tengah keluarga
Indah, luhur budi pekertimu
Adab dan santun dalam berperilaku

Mubarak dalam menjalani hidup
Amalkan selalu nilai nilai kebaikan
Rendah hati tidak sombong
Ingat selalu akan kebesaran Tuhanmu
Tak lalai dalam salat, sedekah dan zakat
Zaman boleh berubah, syariat tetap tegak
Amarah, iri, dengki singkirkan dari dada

Rahayu dan damailah hidupmu
Alirkan sikap terpuji dan keteladanan
Hindarkan diri dari kebatilan dan kefasikan
Muhasabah diri teruslah  berlanjut
Agar dunia dan akhiratmu selamat

Rumah, 25-08-2021

* Usia 14 di asrama


Senandung Doa Untukmu


Impian itu teramat  dalam
Hadir menjelma di antara nikmat terindah
Seperti madu manis menembus rasa
Bahagianya tiada terkira

Kupanggil dirimu cantik
Tercantik di antara dua lelaki
Merona warnai hari hari berlalu
Cantikku 14 tahun sudah usiamu
Usia transisi masa kanak-kanak
menuju praremaja

Cantikku ...
Hari ini , hari specialmu
Tapi di sini di rumahmu
Tak ada acara special untukmu
Hanya  doa yang  bisa bunda sematkan khusus untukmu
Semoga Allah :
selalu melindungimu
selalu berikan hidayah atasmu
selalu mudahkan setiap langkah ikhtiarmu dalam mencari ilmu

Hari ini bunda memang tak bisa memeluk dan mendekapmu
Tapi doa , cinta kasih bunda erat  hangat memeluk dan mendekapmu
Senyumlah cantikku ...
hiasi harimu dengan bahagia
Sambutlah cita dan harapan dengan semangat membara

Terus jadilah sholihah
Yang selalu menjaga kesucian lahir dan batin
Pancarkan akhaqul karimah
Jaga kesehatan
Gunakan waktu sehatmu dengan hal bermanfaat
Mudah-mudahan Allah memberkahi umurmu dan kesuksesan menyertaimu
Aamiin


# Rumah ,25-08-2021

Husnul Hafifah

#Allhamduliillah diizinka telepon di luar jadwal. Terima kasih ustadzah lili❤️❤️❤️


Bu Lik

*Bu Lik*

Perempuan paruh baya, berperawakan mungil itu kesebut Bu Lik.Dia adalah istri paman no.10 dari 11 bersaudara.Bu lik baru saja menginjakkan kaki di teras rumah, setelah sepekan dirawat di RSU positif c.19.Wajahnya yang separuh berbalut masker masih terlihat pucat pasi. Namun  alhamdulillah, bisa dikata Bu lik masih diberikan kesempatan kedua. Turun dari mobil ia berjalan memasuki rumah tanpa bantuan siapa-siapa. Tak mau dibimbing, malah orang-orang yang ada disekitar dimintanya ambil jarak. Putra bungsunya yang masih kelas 8_ berhambur ingin memeluknya ditolaknya dengan isyarat. Bu Lik hanya melampaikan kedua tangan, menyelinap masuk rumahnya.

Bu Lik memiliki kormobit jantung dan darah tinggi. Kondisi jiwa dan raganya mulai menurun saat mendengar kabar meninggalnya istri dari putra kakak sepupunya yang sangat tiba-tiba. Selang dua hari berikutnya juga dikejutkan kabar duka atas meninggalnya kemenakannya sendiri_putri pertama kakak kandungnya. Belum kering mengusap air mata dukanya, lagi lagi Allah mengujinya. Kakak kandung suaminya_yang no.9 setelah perjuangan maksimal akhirnya kembali keharibaan-Nya.

Paman dan bibi pun isoman, dalam isoman kondisi paman tidaklah membaik saturasinya menurun. Paman dilarikan ke RSU. Sementara bibi bertahan isoman di rumah. Makin hari ternyata bibi juga tidaklah membaik saturasinya dibawah 90 dan sesak. Bibi pun dilarikan ke RSU. Dalam ruang perawatan bibi dan paman dijadikan satu kamar. Sayangnya di ruang rawat inap kondisi paman tidak juga membaik Paman dikembalikan ke IRD untuk dilakukan pemasangan ventilator dan tranfusi plasma konvalen A. Manusia hanya berikhtiar, hasilnya Allah yang menentukan. Bu Lik harus melanjutkan isoman di rumah dan menunggu dengan setia kedatangan Pak lik. Waktu isoman merangkak menuju finish. Gelisah itu kian membuncah. Bagaimana cara menyampaikan kenyataan jika belahan jiwanya yang tunggu sudah sepekan pulang? Ya rabb semoga menguatkan dan melapangkan hati Bu lik.


Bondowoso, 28-7-2021
Husnul Hafifah
#Duka berjamaah
#Pentigraf

No.Sepuluh


11Juli itu tak dinyana hari terakhir kita  ngobrol via vicall. Di balik masker suaramu masih lantang dan ditahan untuk tetap tenang.

Hati kita sama, masih menyimpan duka atas kepergian Om Taufik, kakak_saudaramu no.9. Om Taufik pulang setelah sepekan dirawat di RSU dengan phneumoni c.19. Kala itu aku hanya tanda tanya besar, tak seperti biasanya, Di hari hari kakakmu di rawat, kau jarang komen, andaipun komen kau hanya ungkap dalam kalimat pendek."semoga cepat sembuh", dan "aamin"untuk setiap doa yang dilangit para saudara.

Saat pemakaman pun kau tak menampakkan diri, biasanya kau terdepan menggerakkan, mengkoordinir kami, paling tidak  info tentang pemakaman.

Om Wasil, lambaian tanganmu saat kututup vicall itu masih lekat di mataku, senyum indahmu dibalik masker aku rasakan itu...
Seperti mimpi...persis 13 hari dari Kakakmu, kau no.10 dari 11 saudara pun pulang dengan phneumoni c19.

Duka itu masih basah...
Plasma darah yang dipasang belum habis
Masjid yang kau rancang masih separuh jalan
Rencana rombongan mengulang jalan-jalan ke Bandung, silaturahmi pada kemenakan dan cucu -cucumu tinggallah impian

Rupanya Allah lebih sayang
Ramadan 1442 H menjadi ramadan terakhirmu
Qurban kali ini adalah qurban terakhir mu...
Selamat jalan Om wasil...
Semoga Allah mengampuni segala dosamu
Menerima segala amal kebajikanmu
Memberikan kesabaran dan ketabahan pada keluarga mu. Aamiin

Bondowoso, 23072021
# Husnul Hafifah

Pulang



Gerimis senja kabarkan duka
Isak tangis pecah
Air mata jatuh meluruh
Sesak serasa menghimpit jiwa

Tak ada daya
Obat, ventilator, perawatan medis
Langitan berlaksa doa
Ikhtiar agar kau tetap bersama 
Tak lagi mampu membendung
Tak lagi bisa menahan

Pulang 
Pandemi adalah ketetapan janji yang telah digariskanl
Pulang hanyalah soal beda keberangkatan
Innalilahi wainna ilahi rojiun
Kami sayang, tapi Allah lebih menyangimu.

Selamat jalan pamanku, sahabat kecil
Aku bersaksi engkau orang baik
Semoga Allah ampuni segala dosa dan kesalahanmu, melapangkan kuburmu
dan kelak semoga kita bisa bersama di surgaNya. Aamiin.


Bondowoso, 10 Juli 2021






Hanyut


"

Kuhanya melirik dalam dingin  dan acuh.Beralu laksana angin ketika kausekali lagi merayu. Dengan pesona kautebar. Tapi_ itu tak agi sanggup bangkitkan debaran jantungku.
Kerling nakalmu pun tak bisa lagi jadi magnet _penyatuan kau dan aku.
Ambang sadarku menyangat. " Ah untuk apa.Bukankah aku sudah punya_ Kau tak lagi penting di kehidupanku".

"Ini terakhir !" Rajukmu bersulam sungging senyum terindah_menggoda lagi.Kali ini benar-benar leburkan kukuh pendirianku. Menjungkir balikkan nalar.

Hari ini aku lemas Napas tersengal berjuang dapatkan signal. Tertatih dalam  aplikasi canggih. Mencumbu berlaksa aksara. Hanyut dalam pusaran PKP_PJJ blanded.


Bondowoso,16-6-2021
Husnul Hafifah

Nguping


Video Instruksi Presiden Ttg PTM

Kendati pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) masih akan dimulai tahun ajaran 2021/2022, sebagaimana yang disampaikan Mas Menteri Nadim Makariem. Rupa -rupanya sekolah sudah banyak yang curi start. Utamanya sekolah- sekolah pinggiran. Jika sebelumnya mereka sembunyi- sembunyi _KMB tatap muka tanpa seragaman. Begitu usai lebaran berani terang-terangan_siswa masuk sekolah seragaman.

Demikian halnya dengan sekolah Pak Hasan_guru olah raga. "Tak ada pilihan, jika tak ingin kehilangan murid, kbm tatap muka wajib dilaksanakan" begitu doktrin dari pak KS-nya.Tak perlu menunggu tahun ajaran, sesuai hasil  kesepakatan  KBM tatap muka pun dilakukan, syarat prokes ketat diutamakan.

Hari ini Pak Hasan mengajar jam pertama. Dengan seragam olga orange menyala semua siswa kelas 4 dan 5 dibawanya ke lapangan dekat sekolah. Jumlah mereka tak lebih dari 20 jari. Pagi itu materi yang diberikan hanyalah melakukan senam pemanasan dilanjut melatih ketangkasan dalam melempar dan menangkap bola. Kecerian terpancar di wajah para siswa. Lama tak berolga Pak Hasan sudah ngos- ngosan. Lalu Ia undur dari lapangan membiarkan para siswanya mengekspresikan kecerian. Pak Hasan berteduh di bawah pohon Asam _pojok lapangan sambil you tube -an. Kakinya selonjoran, badannya bersandar pada pohon asam_bertemankan angin semilir persawahan. "Huuuuu!" teriakan yang tiba- tiba saja di dekat punggungnya mengagetkan pak Hasan. HP Pak Hasan berlompatan, namun tangan sigapnya  menyelamatkan. "Kalian ini apa bikin Bapak jantungan?" Ketiga murid yang sedari tadi , tak disadari lkut you tube-an itu lalu mengatakan, " Saya tak setuju dengan instruksi Pak Presiden, jika sekolah hanya 2 jam dan masuk dua kali dalam sepekan. Kita masuk seperti biasa saja pak, tak usah seragaman", dengan polosnya ketiga murid itu jujur mengatakan.


Husnul Hafifah

# Pentigraf

Bondowoso, 9 Juni 2021







Tanpa Suara


Keromatisan Bu Keyshe dan Pak Su tak luput dari perhatian putri bungsunya yang menginjak praremaja.Ning Nia panggilannya. Belajar dari rumah 1 tahun lebih, sangatlah cukup menilai bagaimana romantisnya ayah bundanya.Malam itu bada' magrib. Seperti biasa pulang dari masjid, Pak Su langsung menghampiri Bu Keyshe yang lagi mengaji.Ning Nia yang berada di kamarnya sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan ayahnya_ jika tak mencubit pipi, memencet hidung atau mencium kening bunda. Ning Nia tersenyum membayangkan tebakannya.

Dalam senyum yang masih terkembang Ning Nia mendengar lantunan ayat ayat suci dari suara bundanya.Merdu sekali terdengar di telinganya. Pak Su yang duduk di sofa tak jauh di depan istri mengaji terlihat sangat menikmati. Ia menyimak sepenuh hati, sesekali melirik, dan mengerling memperbaiki bacaan istri jika kurang benar.

Tetiba Ning Nia merasakan keganjilan. Di setiap mencermati bundanya mengaji, sampai pada surat dan penggalan ayat yang sama, suara bundanya melemah bahkan tak terdengar. Beberapa detik berikutnya 
kembali bundanya mengeraskan bacaannya, bahkan diulang-ulang_Fawahidatan_sampai pak Su tertidur. Ning Nia penasaran. Usai bundanya mengaji Ning Nia ajukan pertanyaan. Bu Keyse membawa Ning Nia ke kamar. Berjingkat meninggalkan Pak Su yang ketiduran. Bu Keyse menunjukkan terjemahan penggalan ayat yang ditanyakan. Surah ke-4 ayat 3. Ning Nia manggut -mangut, tanda paham penggalan itu dibaca tanpa disuarakan. Bu Keyse tersenyum keluar kamar sembari mengucapkan fawahidatan, disambut jempol Ning Nia.

Bumi Megalitikum, 5/06/2021
Husnul Hafifah

Berkobar

Dokumen Pribadi Kopdar Penulis GLB
Duduk berjuntai, menghadap meja ruang tamu yang masih penuh dengan jajanan lebaran. Sore itu semangat bu Keyshe seakan berkobar. Semangat menulisnya kembali menyala, setelah beberapa pekan surut, pikirannya kusut dan  komitmen dalam menulis pun acakadut gegara persoalan hidup yang berlanjut-lanjut. Kopdar tipis -tipis dengan ke-17 rekan komunitas penulis siang tadi itu, sungguh terasa ampuh dalam memulihkan energinya.

Sambil menikmati suasana senja, bu Keyshe mulai mencari cari ide untuk dituliskan pada aplikasi catatan keep di androidnya. Pikirannya pun melompat lompat, terbayang pada ucapan para suhu menulis yang ditakziminya. Ucapan-ucapan itu meluncur silih berganti, tak beraturan, meluncur begitu saja. Senaknya dan sekenanya."Tabrak saja, tulis saja, alirkan saja, jangan ragu jangan takut, ayo tuliskan saja. Menulis itu ya menulis, menulis, menulis dan menulis. Ide itu bertebaran, ada di mana saja. Ada pada apa saja, bisa di dahan, dedaunan, di meja, di ruang tamu, di kursi, ayo tangkap temukan dia. Menulis itu berkomunikasi, tuangkan apa saja apa yang ada di kepala. Menulis itu serindah (sederhana, ringan dan indah). Tulislah apa yang diketahui dan dikuasai tak perlu banyak teori. Menulis itu ada ilmunya, menulis tabrak saja mungkin benar untuk menggerakkan orang agar berani untuk menulis. Jika sudah berani dan biasa menulis. Naikkan kualitas tulisan, menulislah dan belajarlah pada ahlinya."

Bu Keyse terkaget begitu mendengar semayup azan magrib berkumandang dari masjid. Bu Keyshe pun nanar, sudah satu jam lewat  memegang android namun belum satu kalimat pun yang tertulis. Tak kalah mengagetkan lagi saat  pandangannya tertumpu pada benda di atas meja seraya mendengar bisikan hatinya " katanya diet lho peyek kacang 1 toples kok ditandaskan?"

Dokumen pribadi Penulis Antologi Budaya Bondowoso Lestari


Bondowoso,2 Juni 2021
Husnul Hafifah.

Diseminasi

Sebagian besar pembaca bisa jadi sampai saat ini masih mengacaukan penulisan kata diseminasi vs desiminasi. Seperti halnya saya ketika itu. Tepatnya di tahun 2017. Saya mendapatkan mandat untuk mengikuti training of trainer program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PPKB). Pelatihan dengan pola in-on-in, dalam kurun waktu 4 bulan itu, mempersyaratkan hampir disetiap kegiatan on para peserta diwajibkan melakukan diseminasi. 

Perbekalan untuk diseminasi disiapkan bersama oleh masing-masing tim/ kelompok peserta. Mulai dari model banner, materi dalam PPT, timeline kegiatan, alur kegiatan hingga  templat laporan.

Awal tahu jika penulisan kata desiminasi salah, saat seorang teman memberikan komentar pada contoh banner yang dibagikan dalam grup wa peserta TOT.

"Ada tulisan salah, Desi Ratnasari bukan Desiminasi"

Merasa penasaran dengan komen tersebut, saya langsung klik KBBI di aplikasi android. Begitu klik kata desiminasi tak ditemukan kata dan makna tersebut. Namun ketika klik kata diseminasi otomatis muncul makna dimaksud. Ada 2 makna diseminasi yang tertera pada KBBI V berlogo kemndikbud di aplikasi android. Pertama, penyemaian benih, bibit dan sebagainya. Kedua penyebarluasan ide, gagasan dan sebagainya. Terkait dengan tugas saya melakukan diseminasi saat itu, maka makna yang pas adalah makna kedua_menyebarluaskan ide atau gagasan dari hasil pelatihan.

Pelajaran berharga bagi saya, mungkin juga pembaca agar tidak lagi mengacaukan tulisan diseminasi vs desiminasi. Tips berikut jitu untuk digunakan. "Desi" selalu diikuti kata  nama orang atau artis_ Desi Ratnasari, Desi Puspitasari dll. Sedangkan "dise" selalu dirangkai dengan unsur kata minasi_diseminasi.

Bagaimana menurut Anda?


Bondowoso,26 Mei 2021
Husnul Hafifah

Ramadan 10 Hari Terakhir


Sekitar dua pekan saya tak melakukan aktivitas menulis. Sibuk? Begitulah kambing hitamnya.Satu alasan klasik atas ketidakberdayaan memanaj diri.  Berawal dari impian besar _keinginan hati agar 10 hari terakhir Ramadan bisa mendulang pahala dengan fokus meningkatkan amalan ibadah. Seperti yang Allah janjikan 10 malam terakhir utamanya malam ganjil ada malam penuh dengan kebaikan. Malam Lailatul qodar. Sesiapa saja yang menjumpai malam itu, dan ia sedang melakukan kebaikan, maka kebaikannya itu akan dilipatgandakannya  hingga seribu bulan.

Setiap insan beriman pasti termotivasi untuk mendapatkan kebaikan malam lailatul qodar. Berbagai ikhtiar pun dilakukan guna meraihnya. Mulai ngejoss poll baca Al-Qur'an, memahami maknanya, membaca buku-buku agama, memperbanyak shodaqoh, berbagi makanan, berbagi kebaikan melalui tulisan, memperbanyak zikir, istigfar, menambah rakaat salat malam (selain tarawih) hingga melakukan ikhtikaf di masjid. Semua mereka lakukan demi mendapatkan malam 1000 bulan.

Sayangnya tak semua orang bisa  mengimplemintasikan impian mendapatkan malam Lailatul qodar dengan maksimal.  Begitu pun dengan saya. Sebagai ASN yang merangkap jabatan ibu rumah tangga. Ada saja pekerjaan tambahan kedinasan  di 10 hari terakhir Ramadan. Sekalipun diri sudah ikhtiar, menghindar dari peningkatan aktivitas tugas tambahan di bulan Ramadan, seperti tidak ikut dalam kompetisi asesor BAN-SM, seleksi Instruktur nasional (IN), Fasilitator provinsi( Fasprov) dan fasilitator daerah (fasda). Saya memang bisa menghidar dari hiruk pikuk agenda seleksi tersebut. Namun ketentun takdir berbeda. Rupanya Allah menguji saya dengan aktivitas lain.

Keterlibatan saya dalam Tim Bimtek Pembelajaran yang tak disangka-sangka, pada 10 hari terakhir Ramadan, suka tidak suka harus saya terima dengan ikhlas. Aktivitas harian kedinasan  pun kian meningkat. Mulai mengikuti rapat-rapat zoom sebelum hari H kegiatan, hingga pelaksanaan kegiatan bimtek virtual tanggal 3 sd.6 Mei lalu.

Kegiatan bimtek tingkat Provinsi  Jatim yang diselenggrakan kanwil kemenag itu melibatkan 150 guru dan 12 pengawas dari masing- masing Kab/Kota .Total peserta se -Jatim lebih kurang 6000an. Kegiatan bimtek pembelajaran berbasis literasi dan Numerasi itu, merupakan kegiatan massif dan tersuktrur dalam rangka meningkatan kompetensi para guru. Melalui peningkatan kompetensi guru diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas siswa khususnya serta peningkatan mutu madrasah.

Ada 2 tugas yang diamanahkan pada saya, sebagai bagian dari tim kegiatan bimtek, pertama melakukan monitoring dan kedua menjadi moderator, seperti jadwal yang telah tersusun. Tugas monev saya tanggal 4-5 Mei di daerah Lumajang. Sedangkan tugas moderator pada hari terakhir (6 Mei 2021). Walaupun tugas monev  saya di Lumajang, namun panitia tetap menyarankan untuk bisa melakukan monev di daerah sendiri, mengingat sasaran monev hanya sample di 10 kab/kota.

Tanggal 3 Mei 2021 bertepatan dengan 20 Ramadan, saya pun melakukan monev di daerah sendiri (Kab.Bondowoso). Ada 6 titik zoom pelaksanaan bimtek. Namun hanya 3 titik saja yang saya datangi, yakni di MTsN 2 (1 titik) dan di MAN (2 titik). Selebihnya tidak saya kunjungi, ketiga titik itu ada di luar kota_penghematan energi mengingat saya harus persiapan untuk perjalanan dinas luar kota esok harinya. Alhamdulillah saat saya monev kegiatan berjalan lancar. Peserta antusias menyimak materi melalui sound sistem dan melihat tampilan layar monitor. Lancarnya kegiatan bukan berarti tanpa hambatan, menurut operator hambatan terletak pada lemahnya signal, dan itu bisa diatasi dengan menggunakan paket data yang memiliki signal kuat. Sarana dan fasilitas juga sangat menentukan keberhasilan kegiatan, seperti ruangan yang luas, sejuk ber AC, sound sistem dll.

Melakukan perjalanan dinas luar kota bagi saya terutama di bulan Ramadan yang dibersamai pandemi covid, bukan perkara yang mudah. Mau naik angkutan umum, ragu-ragu. Mau naik sepeda motor walau diantar terlalu jauh. Butuh waktu 2,5 jam untuk sampai tujuan. Mobil pribadi tidak punya. Satu satunya jalan adalah rental mobil. Wow, jika sudah rental kelihatan jelas angka yang harus dikeluarkan.

Alhamdulillahnya belum sampai ke jasa rental, ingat jika kemenakan( putra adik perempuan saya) kuliahnya daring dari rumah. Hanya bermodalkan komunikasi dengan bundanya kemenakan bersedia mengantarkan bu De _nya ke Lumajang. Dengan diantar kemenakan dan ditemani anak no 2 yang juga kebetulan baru semalam datang. Pagi itu, 21 Ramadan bakda subuh kami  bertiga berangkat menuju Lumajang.

Singkat cerita, pukul 08,10 menit saya menginjakkan kaki di pelataran kantor kemenag Lumajang. Suasana masih terlihat sepi saat itu. Sejenak kutebarkan pandangan ke segala penjuru, mengeja literasi. Dengan langkah pasti saya menuju pintu kaca yang sedikit terbuka. Begitu masuk mata tertuju pada meja resepsionis PTSP (pelayanan terpadu satu pintu). Seorang bapak paruh baya sedang asyik di depan komputer. Dengan salam kusapa beliau, namun dia tetap asyik. Kukeraskan sapaanku sekali lagi, baru si bapak merespon dengan sedikit kaget, sambil berucap:

" monggo ibu mlebet mawon, trus lurus notok ngiri"

Tak sulit, dalam sekejap saya pun bisa menemui orang dituju_kasi pendma. Baru saja kami memulai perbincangan, Pak Arif utusan dari kanwil kemenag Jatim (beliau 1tim monev) juga datang. Alhamdulillah keberkahan yang tak terduga pagi itu saya bisa bersilaturahmi dengan Pak Kasi Pendma Lumajang serta berkenalan dengan Pak Arif. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, pihak pendma( 2 mbak cantik) maaf jika tidak salah, yang nyetir mobil mbak Vivin, dan mbak Farida yang menemani. Dengan mobil dinas mereka berdua mengantarkan kami ke lokasi bimtek virtual berlangsung.

Selama monev anak dan kemenakan, saya tinggalkan di pelataran kemenag Lumajang. Mereka lanjut dengan aktivitas hariannya, kuliah daring via androidnya masing-masing, entah di mana.


Pukul 12,30 seluruh rangkaian monev di 6 titik zoom usai. Kami sengaja menuntaskan kegiatan untuk 2 hari dalam waktu sehari saja. Waktu DL yang sehari saya programkan untuk menyusun laporan dan mengerjakan pekerjaan  lainnya .

Tepat pukul 13.00 kami meninggalkan pelataran Kankemenag Lumajang, lanjut perjalanan pulang. Sebelum keluar kota Lumajang kami mampir masjid untuk menunaikan salat duhur dulu. Plong rasanya hati, hari itu sudah diberikan kelancaran menunaikan tugas, pergi dan pulang dengan keadaan selamat berserta raga yang cukup penat.

Tugas harian ASN di bulan Ramadan pukul 15.30 selesai tidak selesai harus diakhiri. Tugas sebagai ibu rumah tangga sejak pukul itu akan dimulai. Biar pun  raga penat, tapi harus tetap semangat memasuki dapur. Memasak, menyiapkan segala sesuatunya terkait dengan ritual buka puasa, sebelum kumandang azan magrib menggema. Secercah kebahagian menjelma saat bisa menikmati buka bersama keluarga, letih dan lelahnya seakan hilang seketika.

Tapi anehnya usai buka puasa, saat menunggu salat isya dan tarawih, seringnya kantuk muncul tiba-tiba. Terkadang tak mampu dilawan apalagi bertahan, akhirnya ketiduran, tahu tahu sudah pukul 21.00. Rupanya hidayah Allah masih ada, di saat penghuni rumah yang lain bersiap beristirahat, saya sendirian memulai ibadah_salat isya, tarawih dan membaca Al qur'an sesuai kemampuan diri bertahan.
Biasanya paling akhir sampai pergantian malam. Lalu tidur lagi babak kedua,

Di penghujung malam, rentang pukul 2 atau pukul 3, sebagai ibu sudah harus  bangun untuk melanjutkan kewajibannya menyiapkan makan sahur untuk keluarga. Sebelum turun ke dapur diupayakan untuk menegakkan salat malam, walau hanya 2 rokaat. Lanjut membangunkan anak anak. Membangunkan anak yang ada di rumah tak cukup dengan waktu 5 sd 10 menit. Perlu berulang dan  kesabaran ekstra. Sangat berbeda dengan membangunkan mereka saat jauh dari jangkauan. Tiga kali vicall tak ada respon diabaikan. Jika dalam jangkauan selama belum beranjak dari tempat tidur, pangilan demi panggilan akan terus meluncur.

Peningkatan aktivitas kerja sebagai ibu rumah tangga juga terjadi saat 10 hari terakhir Ramadan. Sadar jika lebaran sudah di depan mata, persiapan belum ada seperti kue kue kering, masakan menu special lebaran dll.,sementara kantor belum libur, di sinilah menyiasati kesempatan jika ada tugas zoom meeting selama hanya jadi penyimak bisa mengikuti lewat you tube, atau mikropon dan video dimatikan. Androidnya zoom meeting, orangnya membuat kue.Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Terlena dengan pernak pernik lebaran Ramadan yang seakan kemarin petang kita sambut dengan Marhaban ya Ramadan tetiba senja itu Ramadan menghilang dari dekapan.

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan Ramadan terakhir dalam hidupku.
Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi. Aamiin


Taqabbalahu minna wa minkum taqabal yaa karim.

Bondowoso,19-05-2021
Husnul Hafifah

Salah Waktu


 Ketika anak-anak sudah menginjak remaja, kebiasaan berbuka  (membatalkan puasa) di keluarga diubah. Biasanya setelah azan magrib berkandang langsung serbu dari makan pembuka,  lanjut makan besar,  diubah  cukup dengan minum teh hangat, kurma, cemilan atau buah. Lalu dilanjut dengan salat magrib terlebih dahulu. Makan utama dilakukan usai salat. 

Hari ini,  hari kelima aku menikmati buka puasa (membatalkan puasa bersama si bungsu). Dia di hari 19 Ramadan kemarin baru pulang dari asrama. 

Di Ramadan 1442 ini biasanya aku menikmat buka  sendiri saja. Anak -anak sudah memiliki dunianya sendiri. Anak pertama di Probolinggo, anak kedua di Malang, meskipun kuliah daring, ada mata kuliah praktik yang tak bisa melalui daring, katanya. 

Anak kedua sebenarnya juga datang pada hari yang sama dengan anak bungsu. Hanya saja hari ini ia ke Probolinggo, ke kakaknya untuk menukar sepeda motor. Kasihan  kakaknya khawatir lebaran tahun ini tak bisa pulang lagi.  

Informasi pembatasan kendaraan yang akan dimulai tanggal 6 besok, mengerakkannya berikhtiar  menukar sepada kakaknya yang masih berplat no. Bandung itu dengan sepedanya, dengan harapan di hari libur kerjanya tanggal 12 Mei besok dengan motor plat Bondowoso, sang kakak bisa lebaran bersama di rumah. 

Suami semenjak Ramadan,  sebagimana kebiasaannya, setiap harinya pukul 17.00 sudah berangkat ke masjid dengan berbekal kurma dan air putih atau teh. Membatalkan puasa di masjid, usai salat berjemaah pulang baru kami makan bersama. 

Hari ini,  ada hal yang sebabkan hambarnya nikmat berbuka. Entahlah mungkin kata -kataku yang menurutku baik, tapi salah menurut si bungsu. Padahal inginku  memaksimalkan kualitas kebersamaan saat berdua itu saja. Tak ada maksud apa pun. Kecuali memberikan nasihat terbaik untuknya. Untuk anak perempuanku satu- satunya yang menginjak praremaja (15 tahun usianya). 

Aku salah rupanya, dia tersinggung, sampai tidak menghabiskan dan membuang sup kesukaannya. Salat magribnya di kamar lalu mengunci dan mengurung diri di kamarnya. 

Padahal aku hanya ingin memberitahu dan menyarankan agar dia mengurangi ngemil, dalam kalimat:

"Lihat badanmu, kurangi ngemil nduk jika di asrama! "

Eh dengan ungkapan begitu malah tak menyamankan suasana. Jika dengan bahasa yang halus saja "ngambek",  terus dengan cara bagaimana ibumu harus menasihatimu Nduk? 

Maafkan mamamu, mungkin hari ini mama salah waktu atau salah dalam cara penyampainya. Semoga saja dilain waktu kamu sudah bisa menerima dan membenarkan nasihat mama. 

Ya Allah ya rabb,  ampuni aku, jika silat lidahku melukai perasaannya. 

# Bondowoso, 5 Mei 2021/23 Ramadan 1442 H
Husnul Hafifah

Diet

(sumber wa grup )

Bu Keyshe terbangun dari tidurnya, saat terkaget mendengar pengeras suara masjid ramai dengan suara lantunan kalam ilahi. Dikuceknya kedua bola matanya yang masih terasa berat. 

Dalam temaram lampu lima watt,  ditengoknya jam dinding yang berada di kanan tempat tidurnya. Bruaag ia melompat dan berteriak.  Bangun, bangun sudah hampir imsak. Tak lupa ia pun lari ke menuju kamar depan, tempat tidur anak keduanya_dengan teriakan yang sama. 

Sang suami refleks lari ke dapur menyalakan kompor.  Bermaksud menjerang air untuk buat kopi dan menggoreng lauk untuk sahurnya. Rupanya  jiwa raga sang suami belum dalam kesadaran utuh. Bu Keyshe menegurnya "Yah hari ini kita diet, sahurnya cukup kurma dan segelas  air putih, ayo cepetan keburu azan". Baru dia tersadar, lalu kompor itu dimatikan.  

#Ramadan 15/270421
Husnul Hafifah

Bukan yang Terlihat

Waktu 24 jam serasa berputar 
begitu cepat
Tetiba Ramadan sudah hari kesembilan

Bulan ramadan adalah ...
kesempatan menuai pahala berlimpah 
kesempatan berbuat amal kebaikan
kesempatan membasuh dosa-dosa

Mereka yang menggunakan kesempatan...
ada yang berjalan 
bahkan  berlari dengan tilawahnya
Berlari menuju saf terdepan
Berlari menggapai amal kebajikan

Ada yang berjalan gontai bahkan terlihat lemas 
Diam seakan tak bergerak
Diam memang tak tergerak

Ramadan itu bukan tentang yang terlihat 
Yang terlihat berlari
Yang terlihat berjalan
atau yang terlihat diam
Itu bukanlah ukuran
bukan pula timbangan

Ramadan itu tentang tujuan 
tentang keikhlasan 
Ejawantah ketaatan
Sebagaimana firman-Nya
Puasa Ramadan itu untuk-Ku!


Bondowoso, 21.04.2021/9 Ramadan 1442

Husnul Hafifah

Bersama Anak dalam Maya


 Sahur ke -6 , aku bangun mendekati pukul 3.30. Itu pun dibangunkan suami. Mungkin tidurku yang terlalu larut. Hanya persis 4 jam dari berangkat tidur ke bangun. Beruntung suami siaga,  tanpa menunggu saya yang masih  seremonial di kamar mandi,  dia langsung menjerang air buat kopi, goreng lauk buat sahur sendiri. Menu sahur suami pagi ini nasi, rempelo ati ayam,  sambal kacang pedas level 1 dan lalapan timun. Suami jika sahur memang tak bisa lepas dari nasi dan kopi. Berbeda dengan istri,  cukup air putih dan buah saja. Kadang pisang, kurma, atau pepaya. 

Seperti biasanya, tugas emak dari tahun ke tahun Ramadan membangunkan anak- anak . Membangunkan anak era kekinian berbeda dengan zaman bahula. Ramadan tahun ini membangunkan anak pun ikut -ikutan via daring (vicall grup). Alhamdulillah begitu klik no.wa langsung  terkoneksi. Tak perlu memanggil berulang. Mas Adid dan Mas Eki  sudah sahur, ternyata. Mas Adid sahur lauknya beli katanya hanya menghangati. Mas Eki seperti biasanya telur rebus sama fitbar. Sekitar 15 menit kami ngobrol rasanya senang sekali. Info penutup yang disampaikan tentang agenda hari ini (Ahad), usai sholat subuh katanya mereka akan tidur lagi. 😅😅😅

Hari ini pukul 09.16- 09.30, jadwal telepon si bungsu di asrama. Rasanya  tak sabar menunggu. Ingin segera tahu bagaimana kabarnya. Sejak puasa baru kemarin sore pihak asrama mengirimkan foto-foto dan video kegiatannya. Foto pertama kegiatan pesantren Ramadan.  Satu-satu dari sekian foto saya teliti. Aduh susah sekali. Saya tak berhasil mengenali.  Hingga semua fofo tutas dipantengi si bungsu tak ditemukan. Mukanya sama,  berwajah masker semua. 

Foto kedua kegiatan buka bersama (bukber), nyaris juga saya tak menemukan. Dia memang susah jika di foto,  biasanya tak pernah mau,  harus dipaksa. Setelah lama mencari-cari akhirnya ketemu juga. Tak disangka di salah satu foto, si bungsu ada di depan sendiri,  tersenyum dikulum sembari tangan mengacung jempol. Sungguh marem hati walau cuma melihat fotonya. 

Ketiga video tadarus quran. Video dengan durasi singkat itu, menampilkan sekilas wajah seluruh peserta santri yang ngaji. Lagi-lagi saya tak menemukan penampakan  wajahnya. Nah ini perlu klarifikasi saat telepon nanti. 

Hanya bergeser 1 menit dari jadwal. Pipi cabi dengan senyum mengembang terpampang di layar HP. Disusul salam dan sapa yang membuncah. Kalimat -kalimat meluncur deras menceritakan keseruan berpuasa di asrama. Tak ada kesan sedih atau curhat rindu masakan rumah. Ramadan bersama teman-teman asrama serta ustazahnya, begitu dinikmati. Menu makan buka sahur sudah dalam paket/siswa, diterimanya dengan ikhlas. Tak ada protes suka tak suka dilahapnya.   
 
Baru tiga hari puasa terus "halangan". Untuk batal puasa katanya sarapan pagi, makan jatah sahur,  siang cukup ngemil sembunyi -sembunyi makanan ringan yang di punya. Ketika azan magrib ikut buka bersama. 😋😋😋
Hem seru menikmati buka bersama walau sedang tidak puasa, imbuhnya. 

"Ma jangan lupa jadwal perpulangan tanggal 2 Mei, trus kirimi uang saku ya, uangnya tinggal dikit".

Tak terasa 15 menit berlalu, ia pun menutup teleponnya. 
Alhamdulillah.

Baiti, 6 Ramadan 1442 H
Husnul Hafifah


 



Sahur ke-5


ALHAMDU LIL LAAHIL LADZII AHYAANAA BA’DA MAA AAMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR

 Kalimat itulah yang pertama kali dibaca saat  mata ini terbuka dini hari tadi. 

“Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”

Badan terasa segar sekali. Sangat berbeda dengan sebelum tertidur. Malas beraktivitas, mengantuk sampai-sampai salat witir tertunda. Alhamdulillah sudah dibangunkan sesuai harapan. Sayang jika peluang ibadah diabaikan. Segera setelah dari kamar mandi, berwudu kemudian kubentangkan sajadah. Menambah rokaat salat sunah ditutup witir. 

Sebagaimana yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadan, mereka biasanya berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadah dan amal kebajikan. Mereka tak ingin melewatkan waktu yang ada terbuang sia-sia. Ramadan merupakan bulan yang penuh ampunan. Dilipatgandakannya segala amal kebaikan. 

Namun sebaliknya ada orang terasa berat untuk melakukan puasa Ramadan serta ibadah lainnya.Mereka butuh perjuangan melawan hawa nafsu. Jika menang walau dengan tertatih akan melaksanakan puasa, serta ibadah di dalamnya Awalnya memang terpaksa, karena ingin mendapatkan janji-janji Allah. Lama-lama ikhlas menjalankannya. 

Yang tak mampu mengalahkan hawa nafsunya  akan merugi. Umat Islam yang mendapati Ramadan namun dari tahun- ke tahun Ramadan tak ada perubahan  Ramadan hanya jadi rutinitas dan seremonial semata. Naudzubillah, semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya pada kami,  anak keturunan serta muslimin dan muslimat.

Dengan membetah-betahkan dari rasa kantuk,  usai witir kulanjutkan membaca Alquran. Hening dan syahdu. Lama kemudian terdengar bunyi speker dari masjid membangunkan khalayak untuk sahur. Waktu masih menunjuk angka 02.30. Kulanjutkan bacaanku hingga pukul 3. Lanjut menyiapkan makan sahur,  sambil membangunkan kedua anak dalam vicall grup . Suami juga terbangun. 

Alhamdulillah tidak seperti malam sebelumnya. Mereka berdua sudah bangun dan sudah siap dengan menu sahur masing masing. Yang di Malang menunjukan kurma dan fitbar sedang yang di Probolinggo sedang proses buat mie goreng di beri kuah plus telur. Sedang yang di asrama semoga juga sudah bangun dan siap menikmati  sahur juga. 

Selamat menikmati makan sahur,  semoga kita semua dalam lindungan Allah,  dimampukan dalam menjalankan puasa dan ibadah wajib serta sunahnya. Ibadahnya cocok dan ditrimaNya. 

Baiti, Ramadan ke-5
16.04.2021
Husnul Hafifah







Hati-Hati, Hati!


Alhamdulillah ramadan ketiga tersudahi. Puasa kami di hari ketiga juga sampai finish. Semalam saya gagal membangunkan anak pertama dan kedua via daring. Maklum keduanya jauh dari jangkuan. Akibat gagal anak kedua tidak sahur, bagun-bangun sudah usai azan subuh. Anak pertama pengakuannya sahur mengawali (01.30) katanya sih migren tidur lagi,  salat subuhnya telat. Astagfirullah. 

Perkara diterima dan tidaknya puasa kami hanya Allah semata yang menghakimi. Sebagai hamba tentunya terus berupaya mempersembahkan yang terbaik menurut kemampuan diri. 

Seperti halnya yang kita pahami,  puasa tidaklah sekedar menahan haus dan lapar. Namun puasa itu juga menjaga hati,  pikiran  bersih tak ternodai. Tidak berprasangka buruk,  iri,  dengki, mengunjing, mencela, debat kusir tak ada guna apalagi sampai memancing amarah. 

Menjaga hati bersih tak ternodai bukan perkara mudah. Banyak ujian dan godaan yang harus dilewati. Ujian itu sering datang tanpa kita sadari. Saat kita keluar  rumah, misal belanja di warung lalu di jalan ketemu tetangga sudah emak-emak kok ya pas kebetulan pakaiannya seksi, memancing geli hati. Kita yang melihat sponta terbetik kata mengomentari, mencibir bahkan juga memberi julukan negatif walau tetap di dalam hati. 

Uji kesabaran juga timbul dari masalah sederhana. Seperti hari ini seseorang sudah buat janji mau datang ke rumah. Karena sudah janji, agenda saya keluar rumah terpaksa saya cancel. Eh ternyata janji tinggal janji. Di tunggu sejak sun rises,  hingga usai men sunlight ( cuci piring)  sampai sunset dia tak datang - datang. Sesabar sabarnya pasti akan mengundang kesal hati, ditambah ngome- ngomel sendiri. Untung  segera sadar diri. Saya 'kan puasa. Aiit terlanjur ngrundel sedikit. Astagfirullahil adzim... 


Baiti, 3 Ramadan 1442/14.04.2021
Husnul Hafifah

Sahur Pertama



Ada pemandangan berbeda di malam sahur pertama kami. Tahun kemarin malam pertama sahur, penghuni kursi meja makan itu nyaris penuh.  Hanya 1 saja yang kosong, formasi 5 min1. Posisi si sulung kosong dari awal hingga akhir, bahkan lebaran pun hanya vicall. 

Malam ini meja itu kian sepi, hanya berdua, aku bersama suami. Walau sepi , sebagai ibu, aku tetap tenang dan bahagia. Mungkin sudah adaptasi dengan pandemi covid,  hingga rasa was -was jauh dari buah hati tidak seperti Ramadan tahun lalu. 

Si bungsu sudah 2 pekan tinggal di asrama, uji coba pembelajaran tatap muka ( PTM). Alhamdulillah  kabar baiknya dia sehat-sehat dan baik- baik saja. Lega rasa hati ibunya saat teleponan Ahad kemarin ia tampak sumringah dan ceria. Tak perlu khawatir dia tidak sahur. Di asrama banyak teman dan saling menguatkan serta ada ustazah yang mendampinginya. 

Sementara anak tengah jelang senja kemarin kirim wa.

Wee besok dah puasa  selamat menjalankan ibadah puasa ma, Eqi puasa di Malang dulu ya❤️

Pesan singkat itu sudah cukup memberikan ketenangan dan ketentraman wanita yang telah melahirkannya. 

Dan...
Si sulung saat mamanya sedang menunggu pengumuman sidang isbat petang kemarin ia vicall. Senyum mengembang dan sapaan khasnya mengawali. Cerita tentang hilal yang infonya sudah kelihatan di 4 titik jadi hal utama yang disampaikan. Rencana salat tarawih di masjid sekitar kosnya, persiapan saur juga turut jadi topik pembicaraan."Tak perlu dikhawatirkan banyak warung buka jika males masak", imbuhnya. 

Mengakhiri perbincangan  "Mama maafkan kesalahan Adid, salam buat Ayah dan selamat menjalankan ibadah puasa". 

Aku masih duduk tertegun, usai menyiapkan saur untuk suami. Waktu menunjukkan pukul 03.00. Kuraih HP kucoba menghubungi si sulung  dan yang no.2. Alhamdulilah si sulung sudah bangun dan terlihat ia sudah menikmati makan sahurnya. "Nasi putih,  telur ceplok dan kering kentang goreng (kiriman mama bulan lalu)", imbuhnya. 

Percakapan telepon dengan  si sulung berakhir,  namun yang no. 2 masih juga tak ada respon. Aku pasrah, dalam doa semoga Allah membangunkannya. Aku gunakan waktu untuk membaca Alquran. Selang 20 menit terdengar  nada wa beruntun. Benar saja rupanya dia baru bangun. 

Sudah sahur le? Sahur apa?  Pertanyaan beruntun sang mama via wa. 

"Sudah, kurma sama air putih"

Lho kok tidak beli nasi? 
Tidak , Insyaallah  kuat. 

Sang mama pun tersenyum. Ia sadar melaksanakan ibadah puasa itu suatu pekerjaan yang berat bagi yang tidak terbiasa. Apalagi sedang enak-enaknya tidur, harus bangun untuk sahur. Usai sahur menuggu salat subuh, tak mudah dilakukan. 

Namun melihat anak -anaknya bangun menikmati sahur, melaksanakan ibadah wajib dan sunah-sunah di bulan ramadan, Insyaalah , (semoga) semua yang dijalankan ikhlas  semata karena-Nya. Rabbi warubbuka. Sang ibu pun sangat gembira, bahagia! 

Bondowoso, 13.04.2021
Husnul Hafifah